Perkataan ambigu dari Atar, kini membawa Sam pada beberapa tahun yang lalu.
"Sam, ikat dasi kamu yang bener!" Suara Atar menginterupsi Sam yang sedang duduk-duduk pada tempat duduk permanen dari semen di pinggir halaman sekolah.
Sam menoleh sinis pada Atar, anggota OSIS yang akan di lantik untuk beberapa hari kedepan. Ia berdiri, sedangkan lima teman yang sedari tadi bersama Sam juga ikut berdiri. Memandang remeh pada Atar yang berpakaian begitu rapi.
Sam bersedekap dan menaikkan dagunya. "Apa hakmu mengatur gayaku berpakaian?" tolak Sam tersenyum remeh.
Lima teman Sam yang lain pun ikut terkekeh menertawakan Atar yang tak bisa menjawab. Ada beberapa dari mereka pun juga tak mengikat dasi dengan benar.
"Sam. Bentar lagi upacara. Tolong, setidaknya berusaha rapi untuk satu jam kedepan." Tak ada nada gentar dari Atar untuk mengingatkan Sam, teman SMP yang kini melenceng jauh dari sifatnya dulu.
Meski mendengus kesal, Sam mengikat dasinya juga. Mata masih terus menatap Atar yang masih menungguinya membuat simpul dasi mengelilingi krah seragam OSIS.
"Ikat yang bener, Roy!" Sam menoleh pada Royan lalu pada Dika. Seolah mengajak kedua temannya yang sengaja mengantongi dasi di saku celana. Keduanya diam namun tetap menurut.
Setelah Sam mengikat dengan benar, barulah Atar mau beranjak dari tempatnya. Ada raut tenang dan resah bersamaan ketika melihat Sam dengan lingkungan teman-temannya yang baru.
Hingga upacara hari pertama sekaligus pembukaan MOS di lakukan. Sam ikut upacara dengan khidmat meski sangat ia paksakan. Ada dua teman segerombolannya yang sudah lebih dulu ijin ke UKS karena malas, bukan karena sakit.
"Sam di lihatin Mika, tuh," bisik Dika pada Sam. Sedangkan Sam hanya mengikuti arah telunjuk Dika pada gadis di sebelah barisannya. Sam tersenyum manis sambil mengunyah bubble gum dengan santainya. Ia menaikkan alisnya manakala gadis yang sedang mencuri pandang dengannya itu telah tersenyum malu-malu.
"Woy, woy. Inget Salsa. Mau kamu, Salsa di embat Royan!" Suara Akmal mengingatkan Sam akan pacar yang baru sebulan di pacarinya.
Sam sendiri hanya tersenyum santai. Pembina upacara yang sedang berpidato di tengah halaman tak mereka hiraukan. Lebih asyik dengan candaan receh hingga mereka jadi kerkekeh.
Hal itu masih akan terus berlanjut jika anak OSIS yang sedang berkeliling tak memperingatkan Sam dan gerombolannya.
*
Sam sedang asyik menemani Salsa yang sedang bercerita di taman sekolah. Duduk berdua di bangku permanen dengan bersenda-gurau.
"Mau ya, Sam. Nanti temenin aku ke mall. Aku udah janji soalnya, buat ngenalin kamu ke temen-temen aku. Di kira aku hanya halu aja bisa pacaran sama kamu."
Sam yang tadinya membahas hal-hal lucu mengenai ulah di kelas masing-masing seketika jadi mendengkus kesal. Apa kata dia? Di kenalin ke teman-temannya. Males banget.
"Akh, aku ada janji ma anak-anak yang lain buat pe-es. Gimana dong?" kelit Sam mencari alasan.
"Yyyah, ay. Kok gitu, sih!" Salsa cemberut karena inginnya tak di iyakan.
Sam masih berusaha menyakinkan Salsa bahwa ia sudah ada janji lebih dulu. Hingga seorang gadis berpakaian SMP dengan nama di gantung di depan dada bertulisan 'nada' berjalan tergesa menghampirinya.
"Maaf, kak eh Mas." Gadis dengan bulu mata lentik alami itu memeriksa catatannya lalu kembali menatap Sam. "Benar kamu yang namanya Sam, kan?" kali ini gadis berkalung papan dari kardus itu melirik nama terang di dada kanan Sam membuat Sam melihat ke arah yang sama lalu menatap Nada lagi.
Sam sendiri hanya menaikkan alisnya menoleh pada Salsa yang sudah bermuram durja lalu kembali melihat Nada. "Iya, ada perlu apa?"
"Saya Nada, ingin meminta tandatangan." Ia menyodorkan sebuah note book pada Sam. "Tolong tanda tangan di nomor teratas, Mas!"
"Kamu merintah aku?" kali ini tawa Sam meledak membuat lima teman yang berjalan di koridor menghampiri Sam.
Nada yang tadi begitu berharap jadi menciut. Wajah yang sedari tadi berusaha tersenyum kini tak ragu lagi menampakkan suasana hatinya. Kesal.
"Kenapa Sam?"
"Wah, wah, penggemar baru nih kayaknya,"
"Kalau kamu nggak mau, buat aku aja, Sam,"
Cuitan teman-teman Sam membuat Nada semakin tak nyaman. Berdiri gelisah dan menyimpan kesal yang teramat. Tugas dari OSIS begitu membebani. Jika tak ingat ini adalah tugas, sudah pasti Nada akan berlari dan tak perlu mengemis tanda tangan.
Hal itu di tangkap Sam dengan baik. Ia segera menoleh pada teman-temannya, dan seketika mereka jadi diam dengan menahan senyum.
"Kalau aku tanda tangan, aku dapat apa nih?" tantang Sam pada Nada. Membuat gadis itu segera mendongak sambil membenahi poni di kepala yang terasa mau keluar dari jilbab putih yang di bentuk jadi segitiga.
"Memang harus ya memberi setelah di beri?" tanya Nada polos.
Seketika itu tawa Sam dan teman-teman nya pecah mendengar jawaban polos dari Nada.
Nada melihat mereka semua jadi semakin kesal berlipat-lipat, hanya perkara tanda tangan, ia jadi di kerjain oleh kakak kelas sialan.
Di akhir tawanya, Sam akhirnya mengambil pen yang ada di tangan kanan Nada. Tak tega juga mengerjain anak orang. Dalam sekejap coretan itu sudah terbubuh dengan rapi di urutan pertama tepat di samping namanya.
Sialan anak OSIS, apa nggak ada cara lain buat latih mental orang. Hal itu hanya Sam simpan dalam hatinya.
"Dah." Sam memberikan kembali note book pada Nada," perihal memberi setelah di beri itu aku tagih kapan-kapan. Jangan di anggap serius. Tapi juga jangan di abaikan. Karena di dunia ini, selalu ada hukum timbal baliknya." Sam tersenyum melihat raut wajah Nada yang menegang. Tak menjawab apapun.
"Dah, balik sana. Tapi kalau mau lama-lama di sini, juga nggak apa-apa." Kali ini Sam tersenyum lebar hingga menampakkan jajaran giginya.
Tak mau membuang kesempatan, Nada gegas berlari dari sana. Sedangkan Sam segera mendapatkan timpukan kasar di lengannya.
"Apa?" tantang Salsa sewot, "bisa-bisanya, ya, godain cewek lain di depan pacar sendiri! Heran!" Salsa kini berkacak pinggang memandang Sam.
"Wuih, bini tua ngegas coy,"
"Ada urusan rumah tangga, nih."
"Kabur yok, kabur!"
Sam diam menahan geram. Kesabarannya sudah habis, selama sebulan ini, ia sudah cukup sabar serasa jadi ojek Salsa. Kemanapun Salsa akan pergi selalu minta di antar. Hingga pernah Sam menjadi bahan ledekan teman-temannya.
"Salsa, stop," ucapnya dingin. "Aku udah sabar, ya sama kamu. Tapi lama-lama kamu semakin ngelunjak, ya." Sam juga ikut berkacak pinggang. "Kita putus mulai hari ini!"
Tanpa menunggu jawaban Salsa, Sam meninggalkan gadis itu yang masih menganga mendapatkan kejutan tak terduga dari Sam.
Saat sadar Salsa, ia segera mengejar Sam yang sudah berjalan dengan langkah lebar. Panggilan darinya tak mendapatkan hirauan dari lelaki dengan rambut sedikit gondrong yang berjalan semakin menjauh darinya.
"Sam! Aku nggak mau putus."
"Kamu nggak bisa gini ke aku."
Masih dengan langkah cepat Salsa mengejar Sam, tapi sedikitpun San tak mau menoleh.
"Sam, berhenti aku bilang!"
"Sam, aku yang salah. aku minta maaf."
"Sam. Aku masih cinta kamu!"
"Hhhuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!"
Sorakan penghuni koridor kini membuat Salsa sadar telah mempermalukan dirinya. Ia bahkan baru menyadari saat ia sudah berjalan terlalu jauh hingga ke koridor kelas sepuluh.
Ada banyak pasang mata yang memandang remeh dan ada banyak pula yang memandang iba.
Tak ubahnya Nada dan Via, SIWI baru di SMA BATIK VI itu terheran melihat drama kakak kelas mereka.
Nada sendiri ingat saat tadi baru saja melihat kedua kakak kelasnya itu duduk bercanda di kursi permanen sisi halaman. Namun, sekarang keadaannya sudah berbeda?;
Entahlah, Nada tak mau memikirkan. Ia masih ada tugas dari OSIS. Masih ada dua hari lagi.
"Cowoknya cakep, sih. Wajar itu mbak-mbak ngejar-ngejar," ungkap Via yang masih di dengar Nada.
"Apa, Vi? Cakep? Orang menyebalkan begitu di bilang cakep! Ih amit-amit."
"Awas loh, jaga bicaramu. Ntar kamu yang suka, berabe jadinya," ucap Via menakut-nakuti Nada.
Nada segera menarik tangan Via masuk ke dalam kelas. Tak menghiraukan komentar-komentar teman-temannya yang masih suka membahas tentang apa yang barusan mereka lihat. Tentu, hanya cewek-cewek saja yang melanjutkan acara ghibah dadakan itu. Anak cowok mana mau berghibah.
"Cantik-cantik, kok, sampai ngemis cinta, ya,"
"Iya, kasihan,"
"Kalau kasihan pepet aja, mumpung suasana hatinya sedang galau, kan habis di putusin,"
Ternyata pemikiran Nada salah. Anak cowok pun jika ada yang melek sedikit langsung 'on'.
"Oh, ya, ampyuunn. Kirain yang suka ghibah anak cewek aja." Nada menepuk jidatnya sedang Via mengelus-elus dahi Nada. "Salah ya, neng,"
Tawa Nada dan Viapun pecah seketika berbaur dengan riuhnya suasana istirahat pertama.
_tbc_
...Up malam-malam, ya , pren. 🙏...
...jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan likenya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Tatananika_Sazenka
jangan bilang mau di kerjain
2023-02-09
1
Tatananika_Sazenka
wahh, Sam. jangan kasih harapan palsu dong
2023-02-09
0