Dunia bisnis

***

Memikirkan Nada tiada habisnya. ia tak punya keberanian untuk mendekati Nada kembali sejak raut tak mengenakan membayangi diri Sam.

Beruntung, ada Aksel sebagai teman ribut saat di rumah.

Beberapa hari sejak pernikahan Wulan, Sam kembali sibuk di bengkelnya.

Rusno, Tantri dan si imut Aksel sudah bertolak kembali ke Manado, Sulawesi. Baru kemarin Sam mengantarkan orang tua dan keponakannya itu ke Jogja lantas berangkat dengan pesawat dari sana.

Awalnya, Sam yang sedikit kerepotan karena Aksel sudah lengket dengannya, kini merasa ada yang kurang. Tanpa sadar dalam seminggu ini, si kecil yang mirip dengannya itu telah menghiburnya. Jangan tanyakan respon Alif saat menerima video call dari Rusno, kakak kandung Sam itu tak percaya bila Sam dapat menaklukkan anaknya yang super aktif itu.

"Kangen sama tukang rusuh itu," gumam Sam.

Saat sudah jauh begini, baru terasa rumah jadi sepi. Tinggallah Sam seorang diri.

Maka dari itu, Sam lebih betah di bengkel daripada di rumah.

"Pak Sam, saya sudah kirim salinan faktur PO untuk besok pagi. Saya kirim ke email njenegan (anda), nggih (ya). Silakan di cek dulu!"

Suara Pipin, pekerja admin bengkel mengagetkan Sam yang sedang melamun.

Entah sedang melamunkan apa. Dengan membenahi posisi duduknya, Sam kembali pada layar lipat di hadapannya. "Saya cek dulu, Pin," sahut Sam pelan.

Lama berkutat dengan pekerjaannya, getar di saku celananya membuat Sam mengangkat sambungan telepon.

"Kapan?" tanya Sam pada orang di seberang sana.

"Baiklah. Bisa kok, bisa. Jadi pilih yang kemarin aku tawarkan?"

"Iya, siap. Kebetulan saya sedang free saja. Tak begitu sibuk."

Sam lekas meraih kontak mobilnya. Mobil papa, tepatnya. Ia harus segera ke Kartasura untuk membantu temannya. Untuk pengajuan promosi produknya di suatu mall.

Tak menyangka jika Rudi, teman kampus di Manado dulu punya bisnis di sini. "Keren banget sih, punya jaringan bisnis seluruh Indonesia."

"Mau kemana, Mas?" tanya Agus yang hendak ke ruangan Sam. Melihat Sam sudah rapi dan mencangklong tas hitam sudah pasti Agus mengira Sam hendak pergi.

"Cari jodoh, Gus!" Sam tertawa pelan melihat Agus melongo. Tentu Agus tak akan mengira dirinya akan menjawab se-absurd itu.

"Dah, Mas. Gaskeun aja, biar nggak kesepian kalau di rumah."

"Cariin, Gus!" Sam berjalan santai sambil memainkan kunci mobil di tangan.

"Ngeledek apa gimana, nih. Aku aja cari keliling sawah trus naik gunung nggak nemu juga!"

"Mau cari jodoh apa rumput, kamu!" Sam jadi makin terkekeh begitupun juga Agus dan pekerja yang lain. Ia masuk mobil dan membuka kacanya. "Keluar dulu, ya, Gus! Nitip bengkel lagi."

"Ya, Mas!"

Semakin akrab saja Sam pada semua karyawannya. Memang membangun kedekatan dan kenyamanan sangatlah penting saat bekerja. Jika tidak, bekerja akan jenuh dan membosankan.

Sampai di tempat tujuan Sam segera menemui temannya di ruangan khusus. Rupanya ia sudah di tunggu oleh empat orang dari dua pihak. Berdiskusi cukup lama hingga menghasilkan kata sepakat. Sam sebagai penghubung antara teman dan rekan pakde Wahid sebagai pemilik Mall agar menyewakan lantai utama mall sebagai tempat promosi produk mobilnya kini telah selesai tanda tangan kontrak.

"Terimakasih Sam atas bantuannya. Tak heran aku hubungi kamu di sini. Tanpa berbelit-belit, pihak kedua langsung menyetujuinya."

"Jangan di berlebihan. Dalam berbisnis, jika mereka sudah pasti mendapatkan untung, pasti akan mudah mencapai kata deal."

Sam memang tak suka di puji berlebihan. Akan terasa aneh bila pujian terlalu banyak di berikan padanya. Ia dulu bahkan lebih akrab mendapatkan cibiran juga komentar pedas nan menusuk, itu lebih mengena di hati daripada mendapatkan sanjungan yang membuat lupa diri.

Selanjutnya kehadiran wanita cantik memakai celana jeans, high heels tujuh centimeter dan tunik bunga-bunga menghampiri Sam dan Rudi.

"Sudah, Pa?" tanya wanita itu pada Rudi, membuat Sam menunduk sambil sedikit tersenyum.

"Eh, kamu. Sam, kan? Sambara?" tanya wanita itu antusias.

Sam sedikit tersenyum lalu mengangguk pelan membuat Rudi berbinar dan tertawa tanpa suara.

"Iya, Ma. Kok kamu kenal Sam? Kalian sudah saling kenal rupanya?" tanya Rudi membuat Sam mengangguk. Sedangkan Sam sendiri masih menyimpan rasa penasarannya.

"Sam, dia ini istri aku." Rudi dengan bangga memperkenalkan wanita itu sebagai istrinya.

Sam ber-oh saja menanggapinya.

"Aku penasaran Ma, kalian teman sekolah?" tanya Rudi pada istrinya.

Melihat istri Rudi yang masih berfikir dan terlihat bingung, dengan cepat Sam menyahut. "Kalau tidak salah, dia teman SMA dulu Rud."

Tidak mungkin kan, istrimu itu bilang dulu mantan pacarku. Pacar dua minggu. Batin Sam menahan tawanya. Dasar aku, bisa-bisanya mainin anak orang.

*

Siang ini Nada tak sempat mengajar. Ia hanya meninggalkan tugas pada siswa kelas empat. Walau ia merasa tak tega pada mereka yang terlihat tak rela melepasnya. Ia tetap pergi juga. Padahal sudah ada guru ganti yang mengawasi kelas. Namun, Nada merasa tak enak hati pada mereka.

"Duh, semoga nggak antri aja," gumamnya sambil memutar gas motor maticnya. Ia membawa printer sekolah yang ngadat saat deadline.

Sampai di tempat service, Nada segera memberikan printer yang harus di benahi pekerja.

"Kalau kertas keluar tuh, jadi ya blur, Mas. Udah di ganti juga padahal, tapi nggak tahu. Masih aja tetep gitu," terang Nada pada pekerja lelaki berseragam SMK. Melalui lokasi pada bet, rupanya anak itu sedang PKL (praktek kerja lapangan).

Sementara printer sedang di periksa kerusakannya. Nada bertukar pesan pada pemilik jasa service. Kebetulan pemiliknya adalah tetangga sendiri.

"Mbak, harus nunggu nanti sore jadinya. Gimana?"

Nada berdiri dari kursi dan memeriksa ponselnya kembali melihat balasan dari pemilik jasa servis ini. "Iya, Mas. Saya sudah WhatsApp Mas Thariq, biar nanti dia bawa pulang."

Setelah sepakat, Nada pun kembali pulang. Tak lupa ia membeli bahan-bahan kue untuk membuat dagangan. Ia ingat anak didik di kelasnya sudah riques bomboloni untuk besok pagi.

Nada juga tak berhenti sampai di situ, ia ambil pesanan tas pada temannya. Ya maklum saja, gaji wb di sekolah tak seberapa. Jadi ia harus pandai-pandai dalam mencari uang tambahan. Harga skincare pun pasti mahal, jadi ia harus memutar otak agar tetap punya penghasilan lain.

"Buna, bulan ini omsetnya bagus loh, tingkatkan lagi yah promosinya. Lumayan akhir tahun dapat reward nanti."

Ucapan wanita berjilbab syar'i itu membuat Nada lebih bersemangat lagi.

"Iya, Mbak. Story' WhatsApp aku isinya cuma dagangan terus, jarang-jarang aku pasang foto sendiri." Nada tertawa, "sampai ada teman bilang gini, Gedeg aku lihat story' kamu, isinya dagangan semua."

"Anggap mereka sebagai spirit buat terus berusaha."

"Iya sih, Mbak. Hp juga butuh kuota kan, jadi gunakan kuota agar menghasilkan juga," ujar Nada.

"Nah, betul tuh. Bijak banget. Daripada medsos cuma buat ajang curcol, kan. Mending di pakai buat bisnis."

Nada mengangguk sambil membantu memasukkan dua pieces tas limited edition yang masih ragu untuk ia ambil. Buat stok.

"Gimana, jadi ambil yang itu?" tanya wanita bernama Nur pada Nada.

Nada masih ragu, terlihat berfikir. Masing memperhitungkan uang bensin atau kebutuhan pribadi yang lain jika terpakai. "Boleh, deh, Mbak. Aku ambil," putusnya.

Nur membaca keraguan di diri Nada. "Percayalah. The power of stok. Kamu akan punya power buat getol promosi trus. Dan dengan promosi, maka peluang untuk closing juga lebih besar."

Nada mengangguk seiring senyum terbit di bibir yang semakin memucat.

"Na, kamu sakit?" tanya Nur sambil memegangi bahu Nada.

Nada sendiri menggeleng, ia rasakan hanya sedikit pusing yang tanpa ia sadari dirinya tengah pucat. Apa aku lupa lagi, siang ini belum makan? Aduh jangan-jangan gerd aku kambuh. Ia rasakan juga mual di perut.

Sementara Nur sudah pergi ke dalam. Nada mencari-cari obat yang biasa ia taruh di dalam tasnya.

"Nih, minum air putih hangat dulu. Semoga segera membaik."

Nur mengulurkan air putih hangat pada Nada agar segera meminumnya.

"Makasih, Mbak. Sakitnya sampai di ulu hati." Tangan Nada mengelus pelan tepat di atas perut agar sedikit mereda rasa sakitnya.

"Jangan kebanyakan pikiran, kamu. Punya gerd itu musti hati-hati. Karena sejatinya semua rasa sakit itu berasal dari pikiran kita."

" Kamu lagi mikir berat?" tebak Nur.

Saran dan tebakan Nur memang cukup tepat. Nada tengah bimbang manakala ia memikirkan ajakan Atar untuk melangkah ke jenjang serius. Memang mereka tak sedang menjalin suatu hubungan seperti pacar. Namun, Atar justru tak ingin pacaran tapi langsung menikah saja.

"Karena kamu sudah lulus kuliah. Jangan menolak aku lagi, Nada. Aku ingin bawa kamu langsung pada hubungan yang lebih serius. Aku tak mau pacaran. Bagiku cukup mengenalmu sejak beberapa tahun ini. Itu sudah membuatku cukup yakin."

Itulah kata-kata yang membuat Nada selalu kepikiran. Bila ingat kata Atar saat bertemu di koridor sekolahnya kemarin.

.

...***...

...Jangan lupa tinggalkan jejak, ya, mam teman 🙏...

Terpopuler

Comments

Widya Ekasari

Widya Ekasari

nahh kan,,, Atar

2023-03-25

0

miss©©©lee

miss©©©lee

part, aman, next

2023-01-09

1

Miss Ayyyu_ptr

Miss Ayyyu_ptr

iyain aja Nad😀

2023-01-06

0

lihat semua
Episodes
1 Kembali ke tanah kelahiran
2 Kotak Coklat
3 Sisi yang berbeda
4 Benang kusut
5 Kehilangan
6 Kang Paket
7 Dejavu
8 Jelang Pernikahan
9 wisuda
10 Ucapan selamat
11 Dunia bisnis
12 Merasa cacat
13 Mengapa?
14 Usaha Sam
15 Rasa bersalah
16 Mengejutkan.
17 Kilas balik di mulai
18 Insiden
19 Rasa aneh
20 Kamu lagi!
21 Perasaan Bella
22 Attarasiqh Baihaki
23 Surat peringatan
24 Raja jalanan
25 Kode keras.
26 Es cekek
27 Muka masam!
28 Rip love
29 Pasca sakit
30 Tantangan pagi
31 Dita, lagi.
32 Menghindar
33 Meminta maaf.
34 Simbiosis Mutualisme
35 Vidio
36 Vidio 2
37 Sunmori
38 Sunmori 2
39 Motor baru
40 Terhukum rasa
41 Hobi baru
42 Jadian
43 Unspecially moments
44 Pergulatan batin
45 Sadari Hati
46 Saat terakhir di SMA
47 Breakness
48 Pendirian Sam
49 Jelang Pensi
50 Malam perpisahan.
51 Dangerous zone
52 Is this the right solution,
53 Sesal
54 Akhir cerita lama.
55 Mengumpulkan Niat
56 Find solution
57 Satu demi satu ...
58 Pertanyaan mengerikan
59 Pertanyaan mengerikan 2
60 Banyak Do'a untuk kita
61 It's my dream
62 Aku dan perasaan ini
63 Tentang dia
64 Menunggu itu ...
65 Aku dan kenangan.
66 Seputar pekerjaan
67 Resah kembali menyapa
68 Buka puasa yang bermakna
69 Kejutan
70 Mulai ruwet
71 Canggung
72 Besengek
73 Sekali pembangkang, tetap pembangkang.
74 Cemburu
75 Gugup
76 Lagi-lagi karena Sam!
77 Iba
78 Kerikil-kerikil kecil
79 Hari bahagia
80 Long distance relationship
81 Bad felling
82 Mr. Tidak Peka
83 Say something
84 Meluruskan pemikiran.
85 Untuk pertama kalinya
86 Malunya setengah mati.
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Kembali ke tanah kelahiran
2
Kotak Coklat
3
Sisi yang berbeda
4
Benang kusut
5
Kehilangan
6
Kang Paket
7
Dejavu
8
Jelang Pernikahan
9
wisuda
10
Ucapan selamat
11
Dunia bisnis
12
Merasa cacat
13
Mengapa?
14
Usaha Sam
15
Rasa bersalah
16
Mengejutkan.
17
Kilas balik di mulai
18
Insiden
19
Rasa aneh
20
Kamu lagi!
21
Perasaan Bella
22
Attarasiqh Baihaki
23
Surat peringatan
24
Raja jalanan
25
Kode keras.
26
Es cekek
27
Muka masam!
28
Rip love
29
Pasca sakit
30
Tantangan pagi
31
Dita, lagi.
32
Menghindar
33
Meminta maaf.
34
Simbiosis Mutualisme
35
Vidio
36
Vidio 2
37
Sunmori
38
Sunmori 2
39
Motor baru
40
Terhukum rasa
41
Hobi baru
42
Jadian
43
Unspecially moments
44
Pergulatan batin
45
Sadari Hati
46
Saat terakhir di SMA
47
Breakness
48
Pendirian Sam
49
Jelang Pensi
50
Malam perpisahan.
51
Dangerous zone
52
Is this the right solution,
53
Sesal
54
Akhir cerita lama.
55
Mengumpulkan Niat
56
Find solution
57
Satu demi satu ...
58
Pertanyaan mengerikan
59
Pertanyaan mengerikan 2
60
Banyak Do'a untuk kita
61
It's my dream
62
Aku dan perasaan ini
63
Tentang dia
64
Menunggu itu ...
65
Aku dan kenangan.
66
Seputar pekerjaan
67
Resah kembali menyapa
68
Buka puasa yang bermakna
69
Kejutan
70
Mulai ruwet
71
Canggung
72
Besengek
73
Sekali pembangkang, tetap pembangkang.
74
Cemburu
75
Gugup
76
Lagi-lagi karena Sam!
77
Iba
78
Kerikil-kerikil kecil
79
Hari bahagia
80
Long distance relationship
81
Bad felling
82
Mr. Tidak Peka
83
Say something
84
Meluruskan pemikiran.
85
Untuk pertama kalinya
86
Malunya setengah mati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!