Part 18

🌼Happy Reading🌼

Suasana yang begitu sepi membuat seseorang yang tengah duduk di dalam mobil kembali menguap.

“Lama banget sih, apa dia ga langsung pulang ya?” gumam pria itu, terlihat dirinya begitu lelah dan bosan, “beli kopi dulu deh?” pria itu pun keluar dari mobil dan melangkah kan kakinya menuju minimarket yang berada di samping area memarkirkan mobilnya.

Saat dirinya tengah menyeduh kopi di dekat pintu masuk , ia melihat Nania yang telah sampai di gerbang depan, Nania melambaikan tangan hendak menghadang taksi yang akan melewati gerbang depan, arahnya berdiri. Namun, tangan nya langsung di cekal seseorang yang selama ini dalam pengawasannya .

“Lepasin gue!!” teriak Nania terus meronta karena cengkraman yang begitu kuat di rasakan di pergelangan tangannya.

“S***!” umpat pria itu kemudian bergegas membayar copy yang ia seduh, lalu berlari keluar tanpa membawa kopi yang telah di bayarnya.

Pria itu bergegas memasuki mobil dan mengejar mobil yang membawa Nania pergi dari kampusnya.

“kenapa aku bisa kecolongan gini sih” gerutu pria itu sembari terus memperhatikan mobil yang telah jauh di depannya.

Hingga beberapa lama kemudian, ia lihat mobil yang ia kejar memasuki halaman sebuah Villa, untung saja Villa itu tak berpagar, jadi dia bisa memarkirkan mobilnya dan memasuki Villa itu tanpa ada halangan.

“S***! Kenapa Nania tak sadarkan diri?” Pria itu bergegas mengejar masuk ke dalam Villa, ingin memastikan kondisi Nania yang di bopong pria yang membawanya.

“maaf tuan, anda siapa?” tanya sang sopir yang tadi mengantarkan Raymond,

“saya teman dari wanita yang di bawa tuan mu”

“maaf tuan, Tuan Raymond tidak ingin di ganggu, mungkin anda bisa berkunjung lain kali” sang driver masih bersikap sopan, lalu menutup pintu depan sebelum melangkahkan kaki keluar area Villa karena tak merasa curiga dengan perilaku pria yang baru saja ditegurnya.

Setelah memastikan sang driver pergi, pria itu segera masuk dan mencari keberadaan Raymond dan Nania.

“B****!” pria itu mengumpat melihat perlakuan buruk di depannya,

Bug!!!

Pria itu melayangkan pukulan bertubi-tubi pada Raymond, hingga membuatnya tak berdaya.

“jangan coba-coba menyentuhnya. B****!!!” ucap seseorang yang memukul Ryamond dengan membabi buta.

“apa kau juga ingin mencicipinya?” Raymond menampilkan senyum smirknya.

“jaga bicaramu!” mendengar ucapan yang di lontarkan Raymond membuatnya semakin naik pitam.

Bug!!

Ia pun kembali mendaratkan pukulan di wajah Raymond yang sudah babak belur, bahkan darah keluar dari ujung bibirnya yang robek.

“benar-benar b****!!!” pria itu kembali meluapkan amarahnya.

“kau akan menyesal melakukan ini padaku” bukannya memohon ampun Raymond malah mengancam pria yang memukulnya.

“lihat saja, siapa yang akan menyesal!” pria itu memberikan pukulan terakhir membuat Raymond terduduk lemah tak berdaya di atas lantai.

Setelah melihat Raymond dalam kondisi yang tak mampu menyerang, pria itu akhirnya mendengar Nania yang histeris ketakutan. Lalu ia pun berbalik menatap gadis yang ditolongnya dengan penuh rasa khawatir.

“are you okay Na?” tanyanya lembut, membuat mata sipit Nania membola,

“Kau!!!” Nania terkejut dengan pria yang kini berdiri dengan nafas terengah-engah di depannya.

“are you okay?” pria itu kembali bertanya dan mendekati Nania yang masih gemetaran.

Nania tak menjawab melainkan melirik ke arah belakang pria itu dan melihat Raymond berusaha bangkit dengan susah payah.

“Kita pergi dari sini, oke?” pria itu mendekat dan mengusap pipi Nania yang memar. Sepertinya Raymond sempat melukai Nania sebelum ia datang.

Nania hanya mengangguk, dan mendekat ke arah pria yang yang menolongnya, pria itu merangkulnya erat, menyalurkan rasa aman di tubuh Nania yang bergetar karena ketakutan.

Melihat pakaian Nania yang berantakan pria itu segera melepas jaket yang di kenakannya dan menutupkannya pada tubuh Nania.

“di mana tas mu?” tanya pria itu yang tak melihat tas yang biasa Nania bawa di kamar itu.

Nania menggeleng “dia… dia tadi melemparkannya di bagasi mobilnya.” Lanjutnya pelan setelah mengingat dimana barang-barangnya tadi.

“oke, kita ambil lalu pulang” pria itu pun merangkul pundak Nania dan menuntunnya perlahan keluar rumah itu, mengabaikan Raymond yang merintih kesakitan.

Setelah sampai di luar rumah, merekapun segera mengambil tas yang ada di dalam mobil yang terparkir, kebetulan kondisi mobil dalam keadaan tak terkunci.

***

Mereka sampai di rumah uncle Ferdinand setelah sore hari bahkan hampir petang. Kondisi Nania yang tak bisa di hubungi membuat semua keluarga panik, terlebih sang tante yang tadi dipamiti Nania. Nania mengatakan hanya akan menyelesaikan segala administrasi untuk keperluan wisuda, namun sampai sore Nania tak kunjung pulang, teleponnya sedari tadi terabaikan.

Perjalanan yang cukup jauh membuat Nania terlelap selama perjalanan, dan pria yang menolongnya pun menggendong Nania untuk masuk ke dalam rumah.

Keadaan Nania yang sangat kacau dan dalam kondisi tak sadarkan diri membuat semua anggota keluarga yang telah menunggunya seketika memekik terkejut.

“Nia.. Ya Allah, apa yang terjadi?”

“nanti saya ceritakan tante, saya baringkan Nia dulu, dia hanya tertidur.” Ucap pria itu dan meminta ditunjukan kamar Nania yang berada di lantai dua.

Setelah membaringkan Nania pria itu turun ke bawah, dan menemui semua anggota keluarga yang tengah menunggu penjelasannya.

“Bagaimana Nia bisa sama kamu Van?” tanya sang tante yang begitu mengenal sosok pria yang telah membawa keponakan tersayangnya.

“Abang kok ada di sini?” timpal John yang begitu heran mengapa pria yang merupakan tetangga sekaligus teman masa kecil kakak sepupunya itu berada di negara ini, “ketemu kakak di mana?”

“Biarkan Adrivan menjelaskan dulu dek, jangan bertanya dulu” tegur uncle Ferdinand pada putra bungsunya,

“Maaf om, tante, Adrivan tadi melihat Nia di bawa sama laki-laki yang kalau tidak salah bernama Raymond” ucap Adrivan mengawali hal yang harus ia jelaskan mengenai kondisi Nania saat ini.

Umpatan demi umpatan keluar dari mulut John dan William ketika Adrivan menceritakan bagaimana sikap tak beradab Raymond yang di tujukan pada Nania. Sementara tante Dea menangis tertahan membayangkan bagaimana ketakutannya sang keponakan yang di perlakukan seperti itu.

Selesai menjelaskan panjang lebar mengenai kejadian tadi, mereka mendengar teriakan dari kamar Nania yang pintu kamarnya tak tertutup.

“Nia!!!”

“Kak Nia!!!” pekik semua anggota keluarga yang berada di ruang keluarga.

Merekapun bergegas menghampiri Nania yang tengah duduk meringkuk di kamar mandi, raut ketakutan jelas terlihat dari wajahnya.

“Sayang!!” Nia menghampiri sang keponakan dan memeluknya erat.

“papa akan panggil dokter dan psikolog ma” ucap uncle Ferdinand yang di jawab dengan anggukan oleh tante Dea. Sementara ketiga pria yang beranjak dewasa itu memandang miris kondisi Nania.

“Nia takut tante..” ucap Nia lirih.

Tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!