Part 15

🌼Happy Reading🌼

Linda menghampiri sang adik ipar, lalu merangkulnya erat. “ga usah ngomong gitu dek, kita ngerti kondisi kamu, tapi mulai sekarang ga usah pikirkan mereka lagi. Hmmm”

“iya kak, Nia udah coba lupain mereka kok, meski tiap hari mereka coba hubungi Nia, tapi Nia abaikan mereka”

“tapi suatu saat kamu harus berani hadapin mereka dek, oke untuk saat ini kamu bisa hindarin mereka, tapi nanti kamu harus tunjukan ke mereka kalau kamu ga masalah dengan pengkhianatan mereka. Ambil sisi positifnya, kamu tau mereka saat ini jadi tak perlu lagi mengharapkan mereka lagi. Mereka tak pantas kamu tangisi, tunjukan ke mereka kamu akan lebih bahagia tanpa mereka.”

“iya kak, Nia akan coba, makasih ya kak, kalian selalu dukung Nia”

Linda memberikan nasihat untuk menguatkan hati Nania yang masih dalam tahap penyembuhan. Luka yang tak terlihat namun begitu sakit dirasakan.

Setelah berbicara hingga larut malam mereka akhirnya tertidur karena rasa lelah. Berhara esok hari akan lebih baik dari hari-hari sebelumnya.

***

Klontang!!!!

Suara berisik di pagi buta membuat penghuni Home Car itu terbangun dari tidurnya.

Nania segera beranjak dari tidurnya dan menuju suara berisik itu berasal.

“John!!!” geram Nania saat melihat adiknya itu tengah mengobrak-abrik sisi dapur di Home Carnya,

“hehe..” John hanya nyengir memperlihatkan gigi putihnya saat kepergok sang kakak, untung saja yang lain tak mendekat karena masih memulihkan diri mereka karena terkejut.

“kamu ngapain sih? pagi buta gini bikin gaduh”

“John laper kak, sama mau bikin susu hangat” John menggaruk kepalanya yang tak gatal, semalam ia hanya makan sedikit jadi pagi buta begini dirinya sudah terasa lapar, di tambah semalam bergantian dengan papanya mengemudi ke Danau ini serasa makanan yang masuk ke tubuhnya sudah habis untuk tenaga selama perjalanan.

Nania menggelengkan kepalanya, kemudian berdiri di sisi sang adik, mengambil alih gelas kosong yang sudah di ambilnya, dan mendorong adiknya itu keluar,

“sana, tunggu di sana, kakak buatkan susu”

Dengan cekatan Nania membuatkan segelas susu coklat kesukaan sang adik, lalu membuatkan roti lapis dengn selai dan keju untuk mengganjal rasa lapar adiknya.

“Terimakasih kak” John menerima piring dan gelas susu dari tangan Nania dengan penuh rasa bahagia.

“lain kali bangunkan kakak saja, jangan bikin kegaduhan” gerutu Nania sambil membereskan beberapa barang yang di berantakin adiknya.

Saat mereka berdua keluar dari dapur, nampak semua anggota keluarga tengah berdiri menatap mereka,

“Maaf, John laper” ucap John sembari mengangkat piring dan gelasnya, menunjukan kepada mereka kalau keributan itu memang berasal darinya yang tengah mencari makanan.

Hembusan nafas kasar keluar dari mereka, lalu menggelengkan kepala,

“ya sudah, karena sudah pada bangun semua, habis ibadah, kita langsung mancing saja, lumayan kalau dapat nanti buat sarapan” ajak Uncle Ferdinand pada anggota keluarganya.

“ma, nanti siapkan cemilan ya, biar para lelaki saja yang mancing ikan, yang cewek-cewk siapkan saja keperluan untuk masak nanti”

“ok pa” ucap tante Dea sumringah menyetujui permintaan suaminya.

Pagi itu mereka sibuk dengan tugas masing-masing. Kedua anak dan menantu Rahardian itu tengah sibuk menyiapkan alal-alat untuk memanggang ikan di luar Home Car, sementara snag tante malah asyik video call dengan kedua kakaknya

“Wah, kalian ini curang ya, liburan ga ajakin kakak” kesal papa Doni saat tante Dea menunjukan suasana danau dan kesibukan putra dan keponakannya.

“emangnya kakak mau ke sini kalau Dea bilang kita mau piknik ke Danau” tante Dea mencebik “kemarin aja bilang kalau lagi sibuk handle perusahaan karena Nando ke sini”

“ya kalau kak Doni jangan di tanya gimana sibuknya dek, tapi kenapa kakak juga ga di kasih tau” Uncle Bram sebagai anak kedua keluarga Rahardian ikut menimpali.

“hasih, kak Bram sama saja, kalian itu kalau di ajakin liburan juga gimana

“Mama sama saja uncle, coba kalau ga ada Kak Nia di sini, mana mau di ajakin liburan kaya gini” timpal William menggoda sang mama dengan membela kedua Unclenya.

Tante Dea yang mendengar godaan putra sulungnya itu mencebik kesal, lalu mengalihkan layar ponselnya agar wajah sang anak tak masuk dalam frame ponselya.

“sana-sana, katanya mincing, kok malah ke sini sih?’’ usir tante Dea saat William kembali mendekat dan berusaha menyela obrolan kedua uncle nya.

Semua orang yang mendengarnya terkekeh pelan,

“kalau gitu Nia pindah sini aja” lanjut Uncle Bram, membuat tante Dea semakin kesal.

“ga bisa uncle, Dea masih kuliah di sini, lanjut S2” timpal Nania akhirnya saat melihat tantenya merasa kesal dengan candaan dari kedua kakaknya.

“Kalau gitu selesai kuliah pindah ke sini”

“enak aja, kalau sudah selesai ya pulang, princess ku itu harus pulang” ujar Doni tak terima, putri satu-satunya itu diperebutkan.

“yach, berbagi lah kak, kakak kan tau Bram ga ada anak perempuan, kakak kan sudah ada menantu Linda di rumah”

“enak aja, suruh kedua anak mu itu nikah biar punya anak perempuan”

“ck, ya kali kak, mereka masih sekolah”

Nania yang ikut mendengarkan obrolan mereka hanya menggelengkan kepala, ‘emangnya Nia apaan, seenaknya di rebutin gitu’

“Sabar ya Nan, jadi princess satu-satunya di keluarga ini harus sabar” goda Linda sambil mengusap pelan punggung adiknya.

“ga habis pikir aku kak, dari dulu selalu aja gini”

Linda tersenyum mendengar keluhan adiknya. Semenjak Nania kecil memang sudah diperebutkan, karena hanya dia satu-satunya anak perempuan dari tiga bersaudara anak Rahardian.

Uncle Bram yang menikah paling akhir pun memiliki dua anak yang semuanya laki-laki. Jadilah Nania yang yang menjadi satu-satunya putri cantik hingga membuat uncle Bram dan tante Dea berebut ingin mengasuh Nania.

“abaikan saja para orang tua itu, kita lanjutkan siapkan untuk sarapan kita”

Nania menurut dan menyiapkan alat-alat yang akan mereka gunakan untuk memasak ikan hasil pancingan uncle dan sepupunya.

Tak berapa lama, Nando dan Uncle Ferdinand menghampiri mereka dengan membawa ember berisi beberapa ekor ikan,

“wih, ikannya gedhe” takjub Nania melihat hasil pancingan yang di dapatkan.

“ga nyangka kakak pinter juga mancing ikan” lanjutnya

Nando yang merasa gemas melihat wajah berbinar sang adik, spontan tangannya mengacak rambutnya.

“Uncle bersihkan dulu, lalu kalian masak, sudah siapkan bumbunya kan?”

“sudah dong, kak Linda sudah siapkan bumbu ikan panggangnya” ucap Nania yang tak mengalihkan pandangan dari ikan besar yang ada dalam ember.

Saat uncle membersihkan ikannya, Nania pun mengikuti dan menunggunya, serasa tak sabar merasakan ikan besar itu.

“kaya ga pernah lihat ikan aja sih dek?” ucap Nando terkekeh dengan tingkah sang adik.

“yang ini beda kak, langsung dari Danau, kalau di rumah dari pasar, udah di potong-potong sama penjualnya kalau bibi beli”

Tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!