Part 11

🌼Happy Reading🌼

Tampak sepasang pria dan wanita sedang bercumbu mesra di salah satu sudut Cafe, tak mempedulikan situasi di sekitarnya yang terlihat mulai ramai, tak mempedulikan beberapa orang memperhatikan tingkah mereka,

“Kakak mengenal mereka?” tanya William setelah melihat kedua orang yang bermesraan di sudut café, sepertinya kedua orang itulah yang membuat kakaknya menggerutu.

“hmm, siapa?” tanya Nania sembari mengerutkan dahi, belum paham maksud sang adik yang ikut memperhatikan sepasang kekasih itu.

“mereka kan yang bikin kakak menggerutu?” Tunjuk William dengan dagunya.

Nania mengikuti arah yang di tujuk William, dan memang benar saja sepasang kekasih itulah yang membuatnya merasa kesal dan menggerutu pelan, dan meski di perhatiakn beberapa orang, merek masih asik bermesraan.

“hmm," Nania membenarkan "yang cowok anak kampus kakak, baru saja tadi pagi menggoda kakak di Butik, sekarang sudah bermesraan dengan cewek di tempat umum,” Nania merasa kesal sekaligus jijik dengan perilaku cowok itu yang tak lain adalah Raymond.

“dia menggoda kakak?!” William terkejut mendengar penuturan kakaknya, telapak tangannya langsung mengepal, wajahnya yang putih seketika berubah merah karena amarah yang tertahan.

“hmm, tapi tak usah khawatir, kakak bisa mengatasinya” Nania tersenyum agar amarah snag adik tak meledak, “tak usah pedulikan mereka, lanjutkan makanmu”

Nania melanjutkan makan siang dengan santainya, membuat William mengikuti makan dan berusaha meredakan amarahnya. Kalau saja ini bukan tempat umum, sudah di pastikan bogem mentah sudah ia layangkan di wajah lelaki yang berani menggoda kakaknya.

Tak butuh waktu lama, Nania dan William pun meninggalkan Café untuk segera kembali ke rumah.

Saat sampai di rumah, tanpa di sangka mereka sudah di sambut kedua Pria Abraham di ruang keluarga. Membuat Nania merasa heran,

Bukankah kedua pria Abraham beda generasi itu sedang pergi memancing? Kenapa sudah pulang? Katanya mau pulang sore hari?

Beberapa pertanyaan bersarang di otak Nania, karena merasa ada sesuatu yang aneh pada tingkah uncle dan sepupunya itu.

“Hai Uncle!…Hai John!” sapa Nania saat melihat mereka berdua duduk di sofa dengan raut penuh gelisah.

Tanpa kata William pun ikut duduk di samping adik bungsunya, lalu mereka bertiga menatap sosok gadis cantik yang tengah kebingungan dengan sikap mereka.

“Ada apa sih?” Nania ikut duduk bersebrangan dengan kedua sepupunya

“Raymond goda kakak lagi?” tanya John to the point.

Nania mengerutkan dahi, bagaimana adik bungsunya ini tau? Kemudian tatapan tajam ia tujukan kepada William yang duduk di sampingnya. Mengira kalau Williamlah yang memberitahu adik bungsu dan unclenya.

“Uncle juga dapat info dari tantemu kalau ada anak pelanggan VVIP butik menggodamu, iya Nan?” timpal uncle Ferdinand yang ikut geram setelah mendapat informasi dari istrinya, kalau keponakan cewek satu-satunya itu digoda oleh lelaki yang sepertinya bukanlah pria yang baik.

Huff

‘bakal panjang nih urusannya, jangan sampai papa denger masalah ini dan narik gue pulang atau kirim bodyguardnya ke sini'

Nania memperlihatkan senyum manisnya agar ketiga pria di hadapannya ini tak mecemaskannya,

“Iya Uncle, Dek, tapi tenang saja, Nia gapapa kok, Nia bisa jaga diri”

“Besok kalau mau ke mana-mana harus sama John ya Nan?” pinta uncle Ferdinand “Uncle tidak ingin ada yang menyakiti kamu di sini, ok?”

“uncle tidak mendapat ancaman dari papa kan?” tebak Nania yang tepat sasaran, pasalnya ia memperhatikan raut wajah uncle nya terlihat tertekan. Unclenya tak akan bersikap seprotective ini kalau tak mendapatkan ancaman papanya.

“hmm…. Tentu saja papamu itu selalu mengancam uncle," jawab Uncle Ferdinand jujur "tapi disisi lain uncle juga begitu menyayangimu Nan, uncle tak mau kamu kembali bersedih dan terpuruk seperti beberapa waktu lalu, selama kamu di sisi sudah menjadi tanggung jawab kami mengenai keamanan dirimu”

“oh….. so sweet…. “ucap Nania dengan mata berkaca-kaca,"terimakasih uncle" Nania merasa terharu dan merasa begitu di sayangi di keluarga Abraham “Give me hug…” Nania mendekati mereka bertiga dan memeluknya secara bersamaan.

“kalian kok sudah sampai rumah sih? katanya mau pulang sore?” ucap Nania setelah melepaskan pelukannya.

“uncle dapat telpon dari tantemu, jadi langsung pulang tidak jadi sampai sore”

“lalu dapat ikannya ga?”

“tuh, dapat 5 ekor doang, lagi di bersihkan sama bibi” timpal John sembari menunjuk ke arah dapur di mana sang bibi asisten rumah tangga sedang membersihkan ikan hasil pancingannya.

“wah, dikit doang, harusnya kalian ga usah pulang dulu, Nia aman lho” Nania menyayangkan kepulangan uncle dan sepupunya itu, padahal dia sudah beranda-andai nanti malam bisa membakar ikan.

“ck, kaya ga tau mama aja sih kak” timpal John yang kembali merasa kesal "kalau sudah kesal dan memberi info begitu, artinya minta kami segera menemui kakak, ck" John sekali lagi berdecak kesal “lagian juga kenapa sih tu Raymond selalu aja ganggu kakak, ga tau diri banget coba, udah diperingatin berkali kali masih aja ganggu”

“hehe. Maafin Nia deh, kalau kalian jadi ga menikamati waktu macingnya” Nania nyengir memperlihatkan gigi putihnya mendengar kekesalan adik sepepunya itu.

“kalau gitu kita mincing aja di kolam belakang rumah aja yuk, ikannya banyak kan uncle?” lanjut Nania bermaksud untuk menghibur sang adik, karena Nania tau sang adik sudah begitu excited saat minggu lalu uncle Ferdinand mengajak anak bungsunya itu mamancing di danau.

“ikan apaan, itu bukan untuk di konsumsi Nia” cegah uncle Ferdinand merasa geram ‘enak saja ikan hias kesayanganku akan di jadikan santapan’

“ga seru kak, di belakang rumah doang, tantangannya kurang”

“hmm, ya sudah kalau gitu minggu depan ke danau lagi, kakak ikut deh kita bakar ikannya di danau sekalian” tawar Nania

“setuju!!!” jawab Willian cepat membuat uncle Ferdinand terkejut dan mambuat mata John berbinar senang,

“bener lho kak, ga bohong lagi….?” John merasa senang sekaligus ragu pada sang kakak.

Beberapa waktu lalu kakaknya ini mengatakan akan ikut pergi ke danau kalau John pergi, tapi nyatanya waktu itu kakaknya berkilah tidak jadi ikut dengan alasan tugas kuliahnya sangat banyak.

“iya, kali ini kakak janji, nanti kita ajak mama kalian sekalian kita piknik keluarga.”

“Yes!!!” ucap kedua putra Abraham secara kompak lalu bertos ria.

Sudah beberapa kali kedua putra Abraham itu mengajak sang mama piknik ke danau, namun mamanya itu selalu menolak dengan alasan nanti bosan menunggu sendiri ketika ketiga prianya memancing. Namun kali ini pasti tak akan menolak karena kakak perempuan mereka ada disini.

“Klau gitu kita berangkat dari sore saja kak, kita menginap di sana, sewa home car atau tenda gitu” usul John yang begitu antusias dengan rencana pikinik keluarga ini.

Tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!