🌼Happy Reading🌼
Ketika malam tiba, setelah makan malam, John mendesak Nania untuk segera mengutarakan rencana mereka kepada sang mama. Karena kalau ia yang menyampaikan sudah bisa ditebak, mamanya itu pasti akan menolak,
“Kak, cepat sih” bisik John pada sang kakak yang duduk di sampingnya, kebetulan semuanya masih duduk di ruang makan sembari menikmati puding yang di buat asisten rumah tangga.
Sekali lagi John meminta sang kakak kali ini dengan menyenggolkan kaki kirinya ke kaki Nania,
“Kak” rengek John karena Nania mengabaikannya, masih sibuk dengan menyuapkan puding mangga kesukaannya.
“bentar dek” ucap Nia dengan berbisik pula, terdengar santai menjawab rengekan sang adik.
Tingkah keduanya tak luput dari perhatian sang mama yang duduk di seberang mereka,
“Kalian ini kenapa sih? Bisik –bisik gitu?”
John langsung duduk tegak dan nyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya.
“kakak mau bicara ma”
“Kenapa sayang?” tante Dea bertanya begitu lembut kepada keponakannya, merasa bahwa John menunjuk kepada Nania sang kakak sepupu yang di maksud ingin berbicara.
“Weekend depan, kita ke Danau ya tan, piknik keluarga” ucap Nania to the point setelah menatap sang adik yang masih nyengir di sampingnya.
“pasti di bujuk sama adikmu ya?” bukannya menjawab tante Dea malah kembali bertanya.
“ga sih tan, Nia pengen ke sana aja, lagian selama beberapa bulan di sini kita belum pernah liburan bersama.”
“oh, tante kira karena kedua adikmu ini membujukmu untuk ikut mereka mancing”
“ih mama, suudzon aja sih” ucap John sembari mengerucutkan bibirnya.
“ya kan, mana tau, sudah beberapa kali kalian ngajakin mama kan”
“ya mama kan selalu ga mau” John masih saja menjawab ucapan mamanya
Uncle Ferdinand dan William hanya diam menyimak obrolan mereka bertiga, berharap sang ibu negara di rumah mereka ini menyetujuinya dan bisa pergi pikinik bersama.
“ya kan, boring dong kalau mama cuma sendiri nunggu kalian mancing.” Elak tante Dea tak terima di sudutkan. “mana kalau mancing kalian suka lupa waktu, nanti mama ditinggal sendiri , ya ga mau lah”
“makanya itu tan, mumpung Nia ada di sini, ayo kita piknik, nanti sewa Home Car saja” timpal Nania membujuk sang tante.
Tante Dea menatap satu persatu pada putra dan suaminya yang terlihat berharap sang mama menyetujui ajakan untuk piknik keluarga yang telah mereka rencanakan.
“Baiklah, kita pergi, tapi ..... selama satu minggu kedepan, sebelum piknik John harus bantu mama di butik, setelah kuliah adek harus ke butik buat bantu mama”
“asssiaaappp..... “ ucap John tanpa pikir panjang, “tapi mama janji lho, ga boleh tiba-tiba cancel rencana kita”
“iya, mama janji”
Obrolan selanjutnya mereka sambung dengan rencana keberangkatan piknik keluarga, dan diputuskan uncle Ferdinand akan menyewa Home Car milik teman bisnisnya untuk perjalanan pekan depan.
Setelah memutuskan jam keberangkatan dan apa saja yang perlu di siapkan, masing-masing kembali ke kamar mereka untuk beriistirahat.
Nania pun membaringkan tubuhnya sembari memainkan ponselnya, mencari daftar contact yang selalu berada di catatan panggilan prioritas.
“Assalamu’alaikum kak..” sapa Nania saat panggilan telponnya terhubung, nampak kakaknya di sana baru saja bangun dari tidurnya.
“wa’alaikumsalam dek, kok belum tidur sih?”
“ini baru mau tidur kak, tadi habis ngobrol sama semuanya,”
“aku ganggu kakak ya?” lanjut Nania merasa tak enak karena kakaknya terbangun karena telpon darinya.
“nggak kok, kakak emang udah bangun, mau keluar kota, jadi bangun awal ini”
“oh, kakak sudah mau siap-siap?”
“sebentar lagi dek, kak Linda juga masih nyiapin keperluan kakak, jadi masih tunggu, kenapa tumben telpon?”
“kangen rumah kak, “ ucap Nania sendu, kalau di hadapan uncle dan tantenya atau kedua orang tuanya ia akan terlihat tegar dan ceria, beda kalau sudah berhadapan dengan sang kakak, ia akan sangat manja dan mencurahkan semua keluh kesahnya.
“ada yang ganggu kamu dek?” tanya Kak Nando merasa curiga, selama beberapa bulan ini perubahan sikap adiknya sangat terlihat jelas, bahkan keterpurukan akibat pengkhianatan kekasih dan sahabatnya dulu seolah tak berbekas, namun entah kenapa malam ini kenapa adiknya terlihat berbeda, dan terlihat sedih, tak mungkin hanya sekedar rindu rumah, tapi tampangnya seperti itu.
“hmm...”
“ceritakan sama kakak” pinta Nando pada adik tersayangnya, karena dirinya memang belum mengetahui perihal kejadian tak menyenangkan yang Nania dapatkan saat membantu tantenya di butik.
“ada yang ganggu adek di sini, papa mesti sudah tau, apa belum cerita ke kakak?”
“belum dek, kemarin kakak pulang ke rumah kakak dek, jadi belum ketemu papa, siapa yang ganggu adek?”
Istri Nando yang telah selesai menyiapkan keperluan suaminya nampak mendekati sang suami yang tengah sibuk mengobrol dengan seseorang.
‘siapa?’ tanya Linda tanpa bersuara, dan hanya menggerakkan bibirnya.
‘Adek’ ucap Nando pula tanpa bersuara, dan meminta sang istri untuk diam agar adiknya mau bercerita.
“temennya John di kampus kak, yang ternyata juga anak dari pelanggan VVIP di butiknya tante Dea, sudah beberapa kali dia itu ganggu adek, sampai tadi pagi, waktu adek bantu tante di butik, dia malah fitnah adek,”
“hmm, kok bisa sih?” Nando masih mencoba bersikap tenang, karena tau adeknya belum selesai bercerita
“iya, Raymond kan sapa adek, minta bicara sama adek, karena adek lagi sibuk plus ga suka sama dia, jadi adek cuekin, eh tiba-tiba tangannya pegang pinggang adek, trus puter badan adek biar ngadep dia, adek marah sama dia, eh dia malah belikin fakta fitnah adek tidak memperlakukan dia dengan sopan, karena orang-orang lihatin adek sama dia”
“kurang a**r banget tuh orang, tapi adek ga papa kan?”
“ga kak, risih aja kak, mana dia tadi coba raba-raba adek pas pegang pinggang, untungnya adek cepet tepis tangan dia,” Nania kembali memperlihatkan wajah sendunya.
“kakak kirim bodyguard buat jaga adek ya?”
“ga mau, nanti adek ga bebas di sini kalau ada bodyguard” tolak Nania “uncle Ferdi udah wanti-wanti adek, mulai besok kalau kemana-mana harus sama John, jadi kakak ga perlu kirim bodyguard”
Nando menghela nafas mendengar jawaban adik, ada rasa lega sekaligus khawatir yang bersarang di hatinya, “kakak hanya khawatir dek”
“sebisa mungkin adek akan jaga diri, kalau adek udah bisa lupain rasa sakit adek, adek akan pulang, ga mau lama-lama di sini juga, adek suka kangen sama mama papa, tapi kalau adek di rumah adek selelu keinget cowok br****k itu kak, cewek itu juga, adek ngrasa sakit”
Nando memahami bagaimana hancurnya sang adek, bukan hanya satu orang yang mengkhianati tapi sahabatnya yang selama ini begitu dekat dan di anggap seperti saudara sendiri juga begitu tega menkhianatinya.
“iya, jangan ingat mereka lagi, buka hati adek untuk orang lain.... hmmm”
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments