Part 16

🌼Happy Reading🌼

“yang ini beda kak, langsung dari Danau, kalau di rumah dari pasar, itu aja kalau mama atau bibi bawa pulang udah di potong-potong sama penjualnya”

Nania masih saja mengagumi ikan yang tengah di bersihkan,

“makanya kalau di ajak ke pasar mama itu mau dek, ga banyak alasan, ya kalau di pasar bakal lihat ikan yang masih utuh dek” timpal Linda

“males kak, mama kalau ajak ke pasar mesti lama, belum lagi aku jadi bahan perbincangan ibu-ibu penjual kenalan mama.

Semua orang terkekeh mendengar penuturan sang adik, benar apa yang dikatakannya, saat masih sekolah dulu Nania pernah ikut sang mama berbelanja, tapi pulang-pulang wajahnya sudah tak berbentuk. Katanya selama di pasar dia jadi bahan pembicaraan, belum lagi mereka selalu mengusap wajahnya karena gemas hingga dirinya tak nyaman. Sejak saat itu kalau mamanya mengajak ke pasar, Nania tak pernah mau.

“Willy sama John mama Nan?” tanya tante Dea yang sedari tadi tak melihat kedua putranya.

“masih mancing tan, belum dapat mereka”

“tumben, biasanya John juga jago mancing kaya papapnya”

“dari tadi mereka ribut terus” ucap Nando terkekeh, mengingat tingkah kedua adiknya tadi “ikan-ikan ga mau deketin mereka kali karena mereka berisik”

Tante Dea menggelengkan kepalanya, sudah bisa membayangkan bagaimana kakak beradik itu bertingkah.

“Biarkan saja kalau gitu, nanti kalau ini sudah siap makan kamu panggil mereka ya”

“oka tan”

Setelah satu jam berlalu, ikan hasil pancingan yang uncle Ferdi dan Nando sudah siap dan tersaji di meja lipat yang mereka bawa.

Mereka menggelar tikar di samping tenda untuk menyantap sarapan mereka.

“Kak panggil John dan Willy sih, Nia udah ga sabar pengen makan ikannya”

Nania sudah duduk bersiap dan terus memandangi beberapa ekor ikan yang tersaji di piring, sementara tante Dea dan Linda masih sibuk menyiapkan makanan pelengkap lainnya.

Suasana cerah di pagi hari membuat suasana begitu sejuk ditambah dengan aroma ikan yang sudah dimasak membuat cacing di perut semakin meronta untuk diberi makan.

“Kalian lama banget sih” belum juga William dan John duduk Nania sudah mengomeli kedua adiknya yang membuat mereka hanya nyengir memperlihatkan gigi putih mereka.

“tangkapan kalian mana?” tanya uncle Ferdinand yang melihat John menenteng embernya.

“nih” dengan senenag John meperlihatkan hasil pancingan mereka

“wih” Nania semakin takjub saat melihat bebepa ekor ikan yang berada di ember yang John sodorkan “mantap!!!! kita pesta ikan beneran”

“bener-bener deh, norak tau dek” Nando menggelengkan kepala lagi melihat tingkah adiknya yang masih terlihat seperti anak-anak.

“ini gedhe tau kak, lebih gedhe dari yang kakak bawa tadi”

“nanti kita bakar kak” timpal William, “rasanya akan lebih gurih”

Nania hanya mengangguk menyetujui usulan sang adik, namun pandangannya masih tak beralih dari ikan yang tergelepar di ember.

“ayo makan dulu, katanya sudah lapar” ajak Linda membuat mereka beralih mengelilingi meja untuk menyantap sarapan pagi mereka.

“Kamu rencana pulang kapan dek?” tanya Nando di sela-sela mereka makan

“belum tau kak, bentar lagi Nia ajuin thesis, kalau bisa selesai cepat Nia akan pulang dulu setelah sidang, nanti ke sini lagi sama papa mama waktu wisuda”

Ucapan Nania membuat mereka semua tersenyum senang, tampaknya keceriaan itu sudah kembali dalam diri princess Rahardian itu.

“bener lho ya, kakak pegang omongan mu dek”

Nania mengangguk sembari menikmati ikan masakan kakak dan tantenya. “masakan tante sama kakak emang the best”

Mereka begitu menikmati sarapan dengan suasana yang begitu syahdu, berada di pinggir danau dengan semilir angin yang menyejukan dan pantulan sinar matahari yang belum terik membuat mereka begitu nyaman, dan suasana ini sudah lama mereka impikan.

“harus sering-sering kaya gini kayanya” celetuk Nania tiba-tiba

“setuju kak” timpal William dan John bersamaan dan mengajak Nania bertos ria.

“denger itu ma, harus sering-sering piknik”

Tante Dea mencebik mendengar sindiran sang suami, karena selama ini tante Dea lah yang paling susah di ajak piknik.

“Selama kakak di sini, kalian harus sering ajak kakak piknik kalau gitu”

“siap..!!!!” seru William dan John bersamaan

Seharian mereka menghabiskan waktu untuk menikmati suasana di pinggir danau, hingga sore harinya mereka memutuskan untuk kembali ke rumah.

***

Keesokan harinya karena masih hari minggu, mereka memutuskan untuk jalan bersama di Mall terdekat sekaligus menemani Nando untuk membeli oleh-oleh sebelum ia kembali pulang ke tanah hari lusa, karena tidak bisa meninggalkan pekerjaannya terlalu lama.

“Kamu betah di sini dek?” tanya Linda saat mereka memilih tas yang akan di berikan kepada sang mama.

“hmm, iya kak, kalau ga betah Nia sudah pulang dari dulu kak”

“ga kangen rumah?”

“ya kangen lah kak, tapi belum siap aja pulang, takut ketemu mereka lagi”

Linda memahami rasa sakit adiknya, kekhawatiran akan bertemu dengan pengkhianat itu membuatnya takut untuk pulang, hingga saat ini Nania belum mengetahui apa saja yang dilakukan sang papa untuk mencegah mereka bertemu Nania. Nania sama sekali belum mengetahui bagaimana cara sang papa membalas pengkhianatan mantan kekasih dan mantan sahabatnya itu.

Keluarga Rahardian memang tak menceritakan hal itu pada Nania, agar tak membuat Nania kembali luluh dan langsung memaafkan mereka, mengingat begitu lembutnya hati princess Rahardian itu.

“hmm, baiklah, segera selesaikan studymu di sini, lalu kembali pulang, mama papa kesepian ga ada kamu di rumah dek”

“iya kak, Nia akan berusaha, semoga semua kembali baik-baik saja saat Nia pulang nanti”

“Sayang, aku sama uncle pergi ke Food court dulu ya, ada yang mau ketemu di sana” tiba-tiba suara Nando menyela pembicaraan mereka.

“oke, setelah ini kita akan susul ke sana”

“tidak usah buru-buru, tuh tante Dea aja masih asyik pilih-pilih barang, enjoy your time honey”

Linda pun tersenyum mendengar perkataan sang suami, dan Nania hanya memutar bola matanya karena jengah, tidak di rumah, tidak di sini mereka selalu menunjukan kemesraan, ga lihat apa ada adekya di sini, kan bikin iri, mana udah ga ada yang bisa di ajakanin bermesraan. Nania mencebik mengalihkan pendangan, lalu menjauh, menyibukan diri memilih lagi agar tak teringat dengan sang mantan.

Saat Nando berlalu pergi, Linda langsung mencari keberadaan sang adik, yang tadinya di sampingnya kini beralih di sudut yang agak jauh darinya. Seketika rasa tak enak menyelimutinya, merasa bersalah karena pamer kemesraan di depan adiknya yang sedang patah hati.

Huff

“Maafkan kakak dek”

Tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!