Dunia ini memiliki konsep yang kuat bisa menaklukkan yang lemah dimana saling membunuh bukanlah sesuatu yang aneh, bahkan penjualan budak adalah sesuatu hal yang biasa terjadi di kota-kota tertentu.
Ardhi tahu itu, karenanya dia harus bertarung tanpa ragu atau dia sendiri yang mati. Inilah aturan mutlak yang harus dia terapkan mulai sekarang.
Para monster laut yang menyerupai ikan sapu-sapu membawa pedang dan tombak untuk menyerbu mereka semua, yang paling depan Todo menyabetkan pedangnya hingga darah menyembur ke udara, tubuh lawannya sedikit kejang namun setelahnya tidak bergerak lagi lalu dia mengincar yang lainnya.
Dua puluh orang melawan 50 adalah perbandingan yang terjadi di tempat ini, Ardhi mengambil dua pedang di tangannya sementara sisanya dia gunakan untuk melindungi rekan yang lainnya.
Mau bagaimana lagi dia tidak ingin siapapun mati dalam pertempuran ini, itu merupakan pikiran egois namun paling tidak Ardhi ingin melakukannya.
Akibat konsentrasinya yang terpecah ke segala arah, seekor monster laut datang menyelinap padanya, dia mengarahkan ujung pedang padanya.
"Celaka," adalah kata yang tepat untuk menggambarkannya namun ujung itu tak pernah sampai pada Ardhi karena Mery telah berada di depannya untuk menahan melalui perisainya, tepat monster itu kehilangan momentum, pisau di tangannya menembus tulang belakang kepalanya hingga roboh.
"Jangan khawatir aku akan melindungimu."
Owh, dia memiliki suara yang manis, pikir Ardhi sesaat lalu mengucapkan," Terima kasih" yang dijawab perkataan ringan.
"Bukan apa-apa."
Dengan keberadaan Mery, Ardhi bisa jauh leluasa untuk melindungi semua orang selagi bertarung. Beberapa orang dari kubunya menerima serangan tapi tidak sampai membahayakan nyawa hingga mereka terus melanjutkan pertempuran.
Dua monster laut di dorong dengan perisai Mery dan di saat yang sama satu pedang menembus keduanya dari samping.
"Kau baik-baik saja Mery."
"Tak apa."
Meski dia mengatakan tak apa, sejujurnya dia sudah terlalu kelelahan. Nafasnya tampak tersengal-sengal dengan keringat membasahi wajahnya.
Perisai itu jelas memang terlalu berat untuk dibawa seseorang apalagi jika diharuskan untuk bertarung.
Ardhi tidak bisa berkata dia bisa beristirahat karena ini pertempuran, memaksakan diri adalah satu hal yang bisa ia katakan namun jelas Ardhi tak akan mengatakan hal mengerikan itu, jadi sebagai gantinya dia memilih melindunginya.
"Kamu bisa diam dulu sebentar, biar aku melindungimu sekarang."
Pipi Mery terlihat merona mungkin Ardhi salah melihatnya dan hanya fokus menumbangkan monster laut yang jumlahnya semakin bertambah hingga akhirnya para monster bisa dikalahkan dan hanya menyisakan satu pemimpin yang berjalan ke hadapan mereka dengan pedang besar di tangannya.
Mery berdiri dan berkata bahwa dirinya tak masalah sekarang dan siap bertarung kembali.
Todo menyiapkan pedang untuk mengantisipasi serangan bos yang menerjang padanya, dia menahan dengan baik sayangnya tubuhnya terlempar dengan kuat.
Saat bos mengincar keberadaan yang lain Ardhi melompat ke depan untuk menahannya dengan menyilangkan dua pedang di depan.
"Lawan ini sangat berbahaya, kalian semua cepat mundur."
"B-b-b-baik."
Mereka mengikuti arahan secepat mungkin.
Empat pedang di udara menusuk bos monster laut hingga punggungnya tertusuk dari segala arah namun pedang itu hanya menempel di sana, atau sejujurnya daging darinya telah menjeratnya agar tidak bisa ditarik kembali.
"Hah?" Ardhi kebingungan sebelum Mery muncul menghantam perisainya dari samping membuat bos itu terlempar jauh.
Di sana Todo sudah siap menebas dengan gerakan dari atas ke bawah.
Dan Boom.
Tanah naik beberapa meter ke udara tapi tidak terlalu dapat menimbulkan efek apapun pada bos monster laut karena berhasil menahannya.
Sebagai gantinya dia ditendang menjauh dan Ardhi menahannya di belakang.
"Dia benar-benar kuat."
"Itu memang benar," kata Ardhi datar.
Kini hanya tiga orang yang akan menghadapinya sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments