Kapal itu tidaklah besar akan tetapi bisa muat paling tidak 10 orang, tidak ada awak dan hanya mereka bertiga yang akan pergi berlayar.
"Aku sudah memasukan makanan ke kapalku, kita bisa langsung berangkat."
"Kau tidak mencuri kapal ini atau sebagainya kan?" tanya Latifa.
"Tentu saja tidak, pelayaran terakhirku adalah menjelajahi seluruh samudera, setelah kapten meninggal seluruh awak dibubarkan termasuk aku dan akhirnya aku berakhir di sini dan membeli kapal ini."
Ardhi memiliki pertanyaannya sendiri.
"Berapa umurmu saat mengarungi samudera?"
"Enam tahun saat itu aku terlihat imut."
Latifa tersenyum masam sebelum naik ke atas perahu bersama yang lainnya, jangkar ditarik, layar diturunkan dan mereka meninggalkan pelabuhan.
"Sudah sejak lama ada orang yang ingin pergi ke sana? Apa kalian memiliki bisnis di sana."
"Bisa dibilang begitu."
"Benar juga, jika kalian ingin ke sana kalian harus membeli ramuan yang membuatmu bernapas di dalam air, mereka membandrol dengan satu koin emas jadi persiapkan itu."
Ardhi pikir orang-orang di tempat ini menentukan harga tanpa pikir panjang.
Ardhi adalah petualang rendah tapi jika itu sekitar dua koin emas ia masih sanggup membayarnya, jika membiarkan Latifa membayar untuk ini, harga dirinya sebagai pria jelas akan hilang.
Selagi memikirkan hal itu dalam benaknya dia bersandar di pinggir kapal selagi merasakan embusan angin segar, di depannya ada Latifa yang berdiri membentangkan kedua tangannya.
Rambut peraknya berkibar dengan indah.
"Ardhi kamu berdiri di belakangku, ayo lakukan."
"Tidak."
"Aku memaksa."
Ardhi mau tak mau menuruti perkataan Latifa, ia sepertinya mengingat adegan yang sama di dunia sebelumnya namun tidak mengingatnya cukup jelas.
"Yaw, ini sangat romantis."
"Kau sudah puas kan."
"Lebih lama lagi."
"Ogah."
Jelas Ardhi memilih mengabaikannya dan beralih pada Jenifer yang mengemudikan kapal di belakang.
"Jadi bagaimana rute yang kami lewati untuk sampai di sana?"
"Kau bisa melihatnya di peta, tanganku sibuk jadi silahkan ambil sendiri."
Ardhi mengambilnya dari saku celananya dan melihat bagaimana keseluruhan area dari pelabuhan menunju kota bawah air.
"Kita melewati arus bebatuan, kemudian pusaran black hole dan akhirnya melewati kawasan Kraken."
"Bukannya ini berbahaya."
"Sudah kubilang kan, terutama pusaran black hole, itu adalah penomena tornado di tengah lautan, kapal ini akan terhisap ke udara kemudian dijatuhkan dari atas."
Ardhi memucat. Ini bukan lagi bahaya akan tetapi berada di level kau akan mati jika salah melangkah.
"Ngomong-ngomong kenapa kau mau mengantar kami?"
"Sudah sejak lama aku tidak berpetualang seperti ini jadi rasanya sangat menyenangkan, aku ingin mati saat aku bersenang-senang seperti ini."
Ardhi sudah bisa menganggap orang ini gila.
Latifa terus berada di depan lalu berkata ke arah mereka.
"Di sana ada putri duyung."
"Putri duyung?" yang paling awal bereaksi adalah Jenifer.
"Tidak ada putri duyung di tempat seperti ini semua itu hanya sebuah dongeng belaka, jika pun ada mereka pasti, tutup mata dan telinga kalian!"
Menanggapi teriakan Jenifer, Ardhi dan Latifa melakukan hal demikian. Jenifer sendiri menggunakan penyumbat telinga selagi mengendarai kapalnya tanpa menoleh ke sana kemari.
Ketika merasa sudah aman, dia menyentuh bahu Ardhi tanda bahwa semuanya telah berlalu, dia juga menyentuh Latifa dan sebelum akhirnya berkumpul dengan Jenifer.
"Putri duyung itu tidak ada, mereka adalah makhluk yang disebut Siren, mereka menghipnotis siapapun dengan penampilan cantik serta nyanyiannya hingga kau terpesona kemudian mereka akan membuat kalian jatuh ke air lalu mengambil jantung kalian, mereka kadang disebut sebagai hantu lautan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments