Kewajiban paginya Ardhi bangun lebih awal selagi duduk bersila di atas batu, sebentar lagi matahari terbit maka tidak apa untuk melihatnya dari tempatnya berada sekarang.
Terdengar bunyi langkah kaki dari belakangnya saat dia menoleh Latifa mengangkat tangannya.
"Ini aku."
"Kau sudah bangun juga."
"Iya, kami di ibukota terbiasa bangun lebih awal untuk penyucian diri."
"Penyucian?"
"Cuma membasuh diri di air suci pada pagi hari lebih tepatnya."
Ardhi bisa mengerti hal itu, Latifa duduk di sebelahnya selagi meregangkan otot tangannya.
"Semalam aku banyak bernyanyi, bagaimana suaraku?"
"Bagus."
"Tolong puji aku lebih, gadis suka sekali dipuji loh."
"Bagaimana mengatakannya kau terlihat cantik saat bernyanyi."
"Fuahaha ini pertama kalinya aku mendengar pria mengatakan hal itu."
Kebanyakan pria mungkin berfikir demikian tapi tak ada yang berani mengatakannya secara langsung kecuali Ardhi, ia terlalu jujur dengan apa yang dia lihat dengan matanya.
"Hoyah, kau tampak malu... sesekali menggoda seseorang ternyata menyenangkan, pantas saja pria selalu melakukannya pada banyak wanita."
Mungkin mereka punya niat berbeda dibandingkan hanya menggoda, pikir Ardhi dalam hati sebelum mencoba mengalihkan pembicaraan ke tempat berbeda.
"Ngomong-ngomong soal pahlawan dan raja iblis, lagu itu tidak begitu mengabarkan kematian raja iblis."
"Ah iya, katanya pahlawan tidak benar-benar mengalahkannya, katanya suatu hari nanti raja iblis akan bangkit kembali dan membawa bencana pada dunia ini sekali lagi, aku juga menanyakan hal sama pada penyair yang melantunkan nyanyian tersebut dan mereka juga mengatakan hal demikian."
"Jika hal itu terjadi pasti sangat gawat."
"Aku yakin saat itu terjadi akan ada pahlawan baru yang mengemban tugas untuk melakukannya."
"Begitu."
Keheningan terasa di antara keduanya, itu bukan suatu keheningan menyesakan melainkan keheningan yang nyaman, matahari muncul dari balik pegunungan memberikan udara hangat sebelum akhirnya suara dehaman terdengar dari belakang keduanya.
"Ini waktunya sarapan, aku harap aku tidak menganggu momen romantis kalian."
Yang muncul adalah pedagang yang mengantarkan mereka.
"Kami tidak melakukan hal aneh-aneh."
"Benarkah, tapi tampaknya gadis di sampingmu tampak mengharapkan sesuatu."
"Aku tidak mengharap apapun, titik."
Latifa berdiri dan lebih dulu pergi sebelum keduanya menyusul.
"Kau beruntung memiliki gadis cantik yang menyukaimu."
"Anda salah paham, aku hanya bertugas mengawalnya saja."
"Aku tidak berfikir demikian nak."
Kereta mereka melanjutkan perjalanan kembali, sesampainya di tempat tujuan Adhi membungkuk sekali sembari mengucapkan terima kasih, Latifa melakukan hal sama dan keduanya melihat bagaimana kereta itu meninggalkan mereka.
Pelabuhan Orleans merupakan sebuah pelabuhan utama yang menyediakan pelayaran ke segala tempat. Biasanya para kaptennya berada di bar dan salah satunya merupakan wanita dengan penutup mata, tangan kiri besi serta dandanan bajak laut.
"Kami ingin pergi ke kerajaan bawah laut, tolong antar kami ke sana," ucap Ardhi demikian.
"Kau ingin pergi ke sana, bayarannya dua kali lipat."
"Kalau uang aku ada."
Latifa membayar sebesar 4 koin emas.
1 koin emas \= 50 koin perak.
1 koin perak \= 50 koin perunggu.
Itu sudah cukup untuk hidup bermewah-mewah selama beberapa Minggu.
"Bukannya itu terlalu banyak."
"Dengar anak muda, di sana itu lautan berbahaya, ada monster laut yang disebut sebagai Kraken cobalah tanya apa di tempat ini ada yang mau menyewakan kapalnya padamu."
Ardhi melirik ke beberapa orang dan mereka segera mengalihkan pandangan mereka ke samping.
Paling tidak wanita berambut merah muda panjang ini berkata jujur.
"Ngomong-ngomong namaku Jenifer, kapalku ada di pelabuhan jadi ikut aku."
Ardhi dan Latifa saling memandang sebelum akhirnya mengikutinya dalam diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments