Setelah selesai mereka memutuskan untuk berjalan ke luar kota, Ardhi merasakan beberapa gerakan mencurigakan di belakangnya namun dia memilih untuk tidak terlalu terlihat mencolok.
"Ada apa Ardhi?"
"Kita diikuti."
Keduanya berbicara tanpa menoleh dan juga berbisik-bisik. Selama hidup sebagai petualang Ardhi telah melalui beberapa quest seperti ini dan seiring waktu ia mulai terbiasa dan ahli merasakan saat dia diikuti dari belakang.
"Jumlahnya sekitar sepuluh orang."
"Lalu bagaimana kita lolos dari mereka?"
Ardhi mengambil satu pedangnya lalu melemparkannya ke jalanan, semua orang yang mengawasi tampak kebingungan.
"Apa yang dia lakukan?" tepat saat mereka bertanya-tanya tiba-tiba saja pedang itu melesat menembus satu kepala, kemudian menarik diri ke udara lalu menyerang satu orang yang lain dan seterusnya.
Mereka mulai berhamburan.
"Apa-apaan ini, ini bukan sihir?"
Satu orang ditebas di udara hingga mayatnya jatuh menimpa tong sampah di bawahnya. kemudian pedang itu terus bergerak sendiri di udara membunuh mereka kecuali satu orang yang ditahan tepat di dalam sebuah gang sepi.
Ardhi dan Latifa berjalan untuk menemuinya sedangkan pedang yang tadi melayang telah kembali menyarungkan dirinya sendiri.
"Ardhi kamu bisa mengendalikan pedang."
"Hanya trik sederhana."
Mengabaikan Latifa yang bersemangat Ardhi lebih memilih untuk mengintrogasi yang satu ini.
"Cepat katakan, siapa yang menyuruh kalian mengincar Latifa."
Pria itu tersenyum lalu tak lama kemudian tubuhnya kejang dan mati begitu saja.
"Dia menggigit racun yang berada di mulutnya."
"Sampai segitunya, yang jelas orang yang memintanya pasti seseorang yang memiliki kedudukan tinggi, siapapun itu nanti juga akan ketahuan."
"Tunggu, jangan tinggalkan aku."
Mereka memutuskan untuk menumpang pada karavan pedagang lalu meninggalkan kota, karena Latifa tidak mengenakan pakaian pendeta kebanyakan orang tidak bisa mengenalinya dengan pasti.
"Jadi kalian ingin pergi ke pelabuhan Orleans?" suara itu berasal dari pria pedagang yang duduk di depan sebagai kusir.
"Iya, maaf karena kami menumpang seenaknya."
"Tak masalah, lagipula kami juga melewati daerah tersebut."
Untuk sampai ke kota kerajaan bawah laut mereka harus pergi ke pelabuhan Orleans, itu cukup memakan waktu tiga hari kendati demikian rutenya sendiri bukan rute yang berbahaya. Mereka melewati padang rumput serta beberapa desa.
"Kita tidak menginap di desa itu?" tanya Latifa.
"Sebagai pedagang kami tidak bisa berhenti begitu juga di suatu desa yang tidak kami kenal, itu akan merepotkan jika kami dirampok atau sebagainya, karena Itulah kami selalu memilih menginap di alam liar selagi menjaga barang bawaan kami."
Ardhi pikir mereka terlalu waspada meski demikian apa yang mereka lakukan tidakkah salah, berjaga-jaga lebih baik dibandingkan bertindak ceroboh dan berakhir dengan penyesalan.
Semua orang berkumpul di depan api unggun selagi menyanyikan beberapa lagu yang cukup populer. Ardhi hanya bertepuk tangan bagi siapapun yang menyanyi.
"Nah sekarang, bagaimana kalau Anda bernyanyi?"
"Eh aku, aku tidak."
"Jangan khawatir kami akan mengiringinya dengan musik, silahkan."
"Kalau kalian memaksa apa boleh buat."
Latifa menarik nafas sesaat sebelum membuka mulutnya, setiap dia bernyanyi semua orang akan mengikutinya dengan gerakan tubuhnya, lagunya sendiri menceritakan seorang pahlawan yang gagah berani melawan raja iblis, meski rekannya meninggal dia terus berjuang dan terus mencoba untuk melindungi dunia ini.
Di akhir lagu pahlawan itu meninggal setelah menusuk raja iblis, dan hanya meninggalkan sebuah bagian kecil darinya.
Sebuah harapan dan juga masa depan yang diberikannya untuk orang-orang yang hidup.
Semua orang tampak terduduk dengan wajah sangat sedih. Itu lagu yang menyentuh hati terlebih dinyanyikan penuh dengan penghayatan serta suara merdu.
Semua orang bertepuk tangan setelahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments