Naura dan Nyonya Elif kini berada di Kamar Naura yang sudah lama tidak ditempati Naura. Sejak Naura berumur delapan belas tahun, ia dihadiahi sebuah Apartemen oleh orang tuanya yang meninggalkannya di Keluarga Ozkan. Sejak saat itu pula, ia meninggalkan Keluarga Ozkan dan memilih tinggal sendiri untuk melatih dirinya menjadi wanita mandiri agar tidak terus bergantung pada keluarganya atau keluarga yang membesarkannya selama lima belas tahun. Wanita berumur dua puluh tahun itu pun bahagia dengan kehidupannya yang perlahan lepas dari bayang-bayang Keluarga Ozkan, bahkan semakin semangat menjalani kehidupannya kala ia berkenalan dengan Lucas dan menjalin cinta dengan pria itu.
"Barang-barang dikamarmu ini masih ada. Tidak ada orang yang tempati tapi setiap hari pelayan datang membersihkannya." Nyonya Elif bicara sembari berjalan ke arah tempat tidur, menunjukkan foto-foto Naura yang masih ada di atas meja.
"Dan mulai hari ini kamu tinggallah di rumah. Kamu tidak usah balik ke Apartemenmu. Ini demi dirimu juga yang sedang mengandung," lanjut Nyonya Elif.
"I-iya mom!" Rasanya berat menggerakkan bibirnya untuk membalas ucapan Nyonya Elif. Karena setiap kali mendengar kalimat Nyonya Elif yang memperhatikan dirinya-yang sedang mengandung, ia takut dan merasa sangat bersalah. Jika saja ia tidak berbohong, pasti saat ini ia senang mendengar Nyonya Elif yang memperhatikannya itu.
"Ya sudah. Kamu istirahat. Mommy mau bicara dulu sama Bibi Helena."
Naura mengangguk. Lalu, Nyonya Elif segera meninggalkan kamar Naura. Ketika pintu tertutup rapat, Naura langsung melempar dirinya di kasur. Ia yang berbaring terlentang sembari menatap langit-langit kamarnya, menghela nafas lelah. Hari yang sungguh melelahkan, bahkan seluruh tubuhnya lemas karena harus menghadapi sesuatu yang tak terduga. Ditambah lagi dengan dirinya yang sejujurnya tak sanggup menatap wajah Lucas-lelaki yang sudah berjanji untuk sehidup semati dengannya.
Mengingat Lucas, membuat perasaannya kembali sedih. Ia memutar tubuhnya hingga posisi miring. Sambil memeluk guling, ia menangis dalam diam-menangisi takdirnya yang tidak bisa bersama dengan Lucas, menangisi cintanya yang gagal.
"Maafkan aku Kak Lucas! Walau bukan keinginanku meninggalkanmu tapi aku sangat bersalah padamu yang tidak bisa menatap wajahmu!"
Aagha membuka pintu kamar Naura tanpa mengetuk pintu. Dan Naura tidak menyadari kedatangan pria itu di kamarnya. Ia masih larut dalam kesedihannya.
Sambil mendatangi Naura yang masih berbaring miring membelakangi pintu, Aagha berucap, "Sepertinya kau senang sekali berbohong pada semua orang."
Naura kaget mendengar suara Aagha yang sudah dekat. Dengan cepat, ia menghapus air matanya lalu buru-buru bangun melihat Aagha yang kini berdiri di hadapannya. Aagha mengerutkan kening melihat wajah dan mata Naura memerah. "Kau habis menangis?"
"Aku tidak menangis," jawab Naura. Ia memegang telinganya sembari melihat ke arah lain karena tak berani menunjukkan matanya yang habis mengeluarkan air mata.
Aagha malah sinis melihat Naura memegang telinganya yang menandakan bahwa ia sedang berbohong. "Huh, sebelum berbohong, kau hilangkan dulu kebiasaan burukmu yang pegang telinga itu."
Mendengar itu, Naura kaget tapi hanya sebentar dan ia dengan cepat menoleh melihat Aagha. "Aku tidak bohong. Aku tidak menangis. Tadi aku tidur sampai mataku merah begini."
Apapun yang dikatakan Naura, Aagha tidak percaya. Aagha hanya percaya dengan kebiasaan Naura ketika berbohong. "Kau pasti menangis karena cemburu dan iri pada Lunara kan? Jangan membela dirimu lagi! Aku tahu apa yang kau pikirkan tentang Lunara, Naura? Jangan coba-coba kau menghancurkan pernikahan mereka! Kalau tidak, aku akan membuatmu tidak bisa melihat Lucas lagi seumur hidupmu!"
Posisinya yang berdiri melipat kedua tangannya di bawah dada, menatap Naura dengan ekspresinya yang dingin.
Naura takut melihat ekspresi pria itu tapi rasa kesalnya mengalahkan rasa takutnya hingga ia pun berdiri di hadapan Aagha. "Kak Aagha bisanya cuma mengancamku. Kak Aagha sama sekali tidak memikirkan perasaanku yang sangat tertekan."
"Memangnya cuma kamu saja yang tertekan. Aku juga tertekan gara-gara dirimu." Aagha bicara sembari menunjuk Naura, "kau berbohong di depan semua orang kalau kau hamil karena aku. Sekarang, aku jadi pria brengsek yang menghamili adik sendiri!"
"Bukannya kemarin kakak bilang, aku bukan adik Kak Aagha. Kenapa sekarang malah mengakuiku sebagai adik?" Naura tidak mau kalah pada Aagha yang berteriak padanya, ia juga ikut meninggikan suaranya.
"Naura, kau sudah berani bersuara keras di depanku ya. Siapa yang mengajarimu tidak sopan begitu? Apa Lucas atau ada pria lain?"
Naura sungguh tak tahan dengan Aagha. Rasanya ia ingin menonjok saja wajah Aagha tapi rasa takutnya pada pria itu sudah bersarang dalam dirinya. Nyalinya kecil jika berhadapan dengan Aagha. Apalagi jika pria itu sudah berteriak di depannya.
"Pasti Lucas, iya kan?" Aagha kembali menyahut.
"Bukan. Ini karena aku sudah tidak tahan sama Kak Aagha." Akhirnya Naura merendahkan suaranya tapi ia masih marah pada laki-laki kejam di depannya itu.
"Oke. Terserah. Sekarang aku mau bahas masalah hamilmu itu. Siapa yang mengajarimu untuk berbohong? Apa kau sendiri yang punya ide seperti itu?" tanya Aagha.
"Iya. Aku tidak tahu harus bilang apa pada mommy. Mommy nggak percaya kalau kita menikah karena cinta. Dia nggak percaya kalau aku cinta sama Kak Aagha."
Jawaban Naura malah membuat Aagha tercengan. "Hah! Memang apa yang salah denganku sampai ibuku sendiri bilang seperti itu?" Aagha bergumam tapi masih bisa didengar oleh Naura.
Naura hanya diam karena tidak mau bicara yang bisa menambah amarah Aagha padanya.
Aagha kembali fokus pada Naura. "Naura, kau tahu, kau cuma menambah masalahku saja dengan kebohonganmu itu." Lagi-lagi Aagha berbicara sambil menunjuk-nunjuk wajah Naura, dan Naura hanya menunduk-menerima perlakuan Aagha.
"Sekarang bagaimana?" lanjut Aagha yang tampak bingung harus melakukan apa untuk membereskan masalah kebohongan Naura.
"Bagaimana apanya maksud Kak Aagha?" tanya Naura dengan kening mengerut.
"Ya kamu. Memangnya aku mau menghamilimu. Ya enggaklah. Tapi kau malah bilang pada ibuku kalau kau hamil. Apa kau memikirkan konsekuensinya sebelum melakukan sesuatu? Kalau kebohonganmu terbongkar, semua orang akan sakit hati. Terutama mommy yang kau bohongi."
Naura semakin merasa bersalah dan takut kebohongannya akan membuat Nyonya Elif kecewa. "Aku salah. Maafkan aku! Jadi aku harus bagaimana kak?" kata Naura dengan ekspresinya yang polos.
"Menurutmu? Dasar bodoh!"
Mendengar ucapan Aagha, membuat Naura berpikir vulgar. Refleks, ia menjauh dari Aagha sembari menutup dadanya dengan kedua tangannya. "Jangan bilang, kakak mau buat aku hamil! Nggak, a-aku nggak mau!"
"Kenapa? Kalau bukan aku siapa lagi? Apa kau mau panggil Lucas membereskan masalahmu itu?" kata Aagha yang makin kesal melihat Naura.
"Naura! Kau di dalam kan? Apa aku bisa masuk?" Disaat yang sama, terdengar suara dari luar pintu yang membuat Aagha dan Naura kaget sampai mereka secara bersamaan melihat ke arah pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
R⃟ Shezan Hayase
awal2 baca Naura + Aagha menegangkan, tapi skrg2 ko mereka lucu ya 🤣🤣 lanjutt ka
2022-12-25
0
Denita Precilla
dan polosnya Naura, jgn bilang km mau hamilin aku. terus kakunya Aagha, klo bukan aku siapa lagi🙄
2022-12-25
0
Denita Precilla
bukn tegang, gue mlh ngakak sih🤣aplgi Aagha bilang memangnya aku mau hamilin km🤣
2022-12-25
0