Naura ingin melangkah untuk membuka pintu kamarnya tapi Aagha menahannya dengan memegang pergelangan tangannya. "Kau mau ke mana?"
"Tentu saja mau buka pintunya."
Aagha tampak kesal melihat ekspresi Naura yang polos. "Naura, kau ini sedang meremehkanku atau sengaja menguji kesabaranku sampai kau berani buka pintu untuknya."
Nafas lelah berhasil lolos dari mulut Naura setelah mendengar ucapan Aagha. "Aku tahu Kak Aagha nggak suka aku bicara atau ketemu sama Lucas tapi aku tidak bisa selamanya menghindar kan? Apalagi Lucas datang ke kamarku jadi tidak ada salahnya untuk menemui dia dan bicara baik-baik. Aku janji nggak macam - macam kok."
"Apapun alasanmu. Aku tidak bisa membiarkan mu menemuinya. Jadi biar aku saja yang buka pintunya. Kau diam saja di sini!" titah Aagha dengan tegas.
"Tapi ...,"
"Diamlah! Oke!"
Naura tidak bisa membantah mendengar bentakan Aagha yang memaksanya untuk diam di tempat. Ia hanya diam sembari melihat Aagha berjalan ke arah pintu kamarnya.
Aagha pun membuka pintunya dan melihat Lucas berdiri di hadapannya. Ia tidak senang melihat Lucas di sana tapi sikapnya tetap santai di depan Lucas. Lucas juga tidak senang melihat Aagha tapi ia sedikit kaget melihat Aagha yang membuka pintu untuknya.
"Kau di sini? Sedang apa?" tanya Lucas penasaran.
"Justru aku yang tanya. Ada urusan apa kau di sini?" tanya Aagha dengan suaranya yang tegas.
"Aku mau bicara dengan Naura. Naura di dalam kan?"
Aagha melipat kedua tangannya di bawah dadanya dengan tatapannya yang semakin tajam melihat Lucas mengalihkan pandangannya ke dalam kamar. "Naura memang ada di dalam, tapi dia tidak bisa bicara dengan orang yang tidak penting."
"Menurutmu aku orang yang tidak penting bagi Naura tapi ada hal penting yang harus aku bicarakan berdua dengan Naura."
"Aku tahu hal penting itu menyangkut pernikahan kalian yang batal. Dengar Lucas, kau dan Naura tidak perlu membahas masalah itu lagi. Itu sudah berlalu. Apalagi tidak baik bagi Lunara dan Naura jika kau terus mengungkit masalah pembatalan Naura. Jadi lebih baik kau pergi dari kamar Naura dan jauhi Naura juga. Jangan pernah berniat menemui dia! Dia sudah mau menikah denganku!" kata Aagha.
"Kamu tidak bisa terus-terusan menekan Naura. Naura berhak untuk bicara pada siapapun, termasuk aku. Lagipula kita serumah. Bagaimana bisa kau menyuruhku menjauh dari Naura?" Lucas tidak mau mengalah karena ia ingin sekali bicara berdua dengan Naura yang sejak kemarin ia tunggu.
"Selama ada aku, kau tidak akan bisa bebas ketemu dengan Naura, karena sebentar lagi aku akan menikahinya. Jadi lebih baik kau pergi sekarang!" kata Aagha dengan kasar.
Naura yang ada di dalam terlihat khawatir dan gelisah melihat Aagha bertengkar dengan Lucas. Ia mau datang tapi tidak bisa karena larangan Aagha.
Karena tidak mau berdebat dengan Aagha hingga Lucas mengalah. Akhirnya ia pergi dari kamar Naura. Sejenak Aagha melihat Lucas pergi hingga menuruni tangga kemudian menutup kembali pintunya. Ia mendatangi Naura yang baru saja duduk di sofa.
"Lain kali kalau Lucas datang menemuimu di kamar. Jangan buka pintunya! Awas kalau kau melakukannya!" ancam Aagha.
"Iya." Mau tidak mau, Naura harus menuruti Aagha yang selalu mengancamnya.
"Naura! Apa kau ada di dalam?" seru Lunara yang membuat Aagha dan Naura kembali melihat ke arah pintu.
Aagha tersenyum miring dengan ekspresinya yang sedikit tercengan mendengar Lunara datang ke kamar Naura. "Kau seperti artis saja di rumah ini. Semua orang ingin menemuimu. Setelah Lunara, pasti Bibi Helena."
Dari ekspresi dan nada bicaranya, jelas Aagha kesal pada Naura tapi ia hanya bisa menyindir perempuan itu.
"Biar aku saja yang buka. Kak Aagha di sini saja!"pinta Naura.
"Aku tidak mau. Lebih baik aku keluar." Tanpa menunggu Naura membuka pintu, Aagha segera berjalan ke arah pintu dan membuka pintu kamar itu untuk Lunara.
"Lun!" Raut wajahnya yang tadi kesal, seketika berubah senang melihat Lunara berdiri di hadapannya bersama salah satu pelayan yang selalu menemani Lunara. Bahkan Aagha tersenyum pada adiknya yang buta.
"Kakak di sini?"
"Ya." Aagha menjawab sembari mengangguk, "kamu mau bicara sama Naura?"
"Iya tapi nanti aja kalau kakak sudah selesai bicara sama Naura."
"Aku sudah tidak punya urusan dengannya."
"Benar? Apa aku nggak ganggu kalian?" tanya Lunara yang merasa tak enak pada kakaknya dan tentunya pada Naura yang kini berdiri di dekat Aagha.
"Nggak Dek. Kalau kamu mau bicara, bicara aja. Sekarang aku ada urusan dengan Bibi Helena." Aagha tidak mau mengganggu urusan adiknya dengan Naura hingga ia segera pergi dari kamar Naura tapi sebelum pergi, Aagha memegang atas kepala Lunara seperti yang biasa ia lakukan sebagai bentuk kasih sayangnya.
"Ayo masuk Lun!" ajak Naura sembari membuka lebar-lebar pintu kamarnya.
"Candy, kamu di sini aja! Aku mau bicara berdua dengan Naura!" kata Lunara pada pelayan pribadinya.
"Iya nona."
Lunara pun perlahan melangkah masuk ke kamar Naura dengan tongkat yang menuntunnya berjalan ke depan. Namun Naura tetap membantu Lunara berjalan hingga Lunara duduk di sofa.
"Terima kasih!" ucap Lunara yang sudah duduk.
Naura pun sudah duduk di samping Lunara.
"Lun, aku minta maaf karena selama ini aku cuma mementingkan diriku sendiri tanpa peduli sama kamu!" Naura tampak kasihan melihat sahabatnya itu, tak bisa melihatnya seperti dulu. Bahkan matanya berkaca-kaca melihat Lunara. Terlebih ia mengingat cerita Aagha yang mengatakan bahwa Lunara dua kali mencoba bunuh diri karena putus asa dengan hidupnya. Akhirnya air mata jatuh ke pipi Naura tapi ia berusaha untuk menahan suara tangisannya agar Lunara tidak tahu bahwa ia menangis sedih.
Lunara menggerakkan tangannya sampai berhasil menyentuh tangan Naura. "Jadi kenapa kamu tidak datang menemuiku selama ini Naura? Bukankah kau bilang kita akan selalu menjadi teman walau kau tidak tinggal di sini lagi? Apa karena Lucas?"
Naura menggeleng dengan menahan suara tangisannya. Air mata terus jatuh ke pipi Naura. "Bukan karena Lucas tapi karena aku bersalah padamu. Aku memberikanmu mobil itu sampai kamu mengalami kecelakaan. Aku tidak berani menemuimu langsung."
Sebenarnya Naura selalu datang melihat Lunara ketika dirawat di Rumah Sakit. Namun ia merasa bersalah pada sahabatnya itu karena merasa Lunara kecelakaan gara-gara dirinya yang memberikan Lunara mobil-yang dihadiahkan oleh orang tua Lunara.
"Sekarang aku tanya! Apa kamu melakukan sesuatu pada mobil itu?"
Naura terkejut mendengar pertanyaan Lunara sampai ia menatap Lunara dengan matanya yang penuh air mata. "Tidak Lunara. Sama sekali tidak. Aku tidak tahu kalau rem mobilnya rusak."
"Kalau kau tidak melakukannya. Lalu kenapa kau harus minta maaf padaku Naura? Tolong, kalau kau masih menganggapku sahabatmu, jangan menyalahkan dirimu lagi. Karena yang terjadi padaku adalah takdir tuhan. Sama sekali tidak ada hubungannya denganmu."
Mobil Naura yang dipakai Lunara memang ada masalah tapi Lunara tidak pernah punya pikiran bahwa Naura sengaja ingin mencelakainya. Ia berpikir bahwa hal itu murni kecelakaan meski sebenarnya ada yang janggal.
"Walau kamu bilang seperti itu tapi aku tetap salah sama kamu, Lunara."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
R⃟ Shezan Hayase
stop merasa bersalah Naura
2022-12-28
0
Denita Precilla
gue kira Lunara jahat tapi dia baik. cuma Krn manja aj kali ya mknya dia bgitu
2022-12-28
0