Naura mengikuti Aagha masuk ke kamar pria itu. Ia sama sekali tak canggung ketika Aagha membuka kemejanya di depannya, bahkan ia tampak biasa saja. Itu karena ia sedari kecil tumbuh bersama Aagha. Melihat pria itu tak memakai baju dan celana panjang atau hanya memakai celana renang-menunjukkan badan kekarnya, bagi Naura tidak ada pengaruhnya untuknya. Bukan karena Aagha tidak sesuai dengan tipe pria yang ia sukai. Malah Aagha banyak digilai wanita-wanita cantik karena pria itu tampan dan tinggi, badannya pun kekar layaknya model sampul majalah ternama. Ya, pria itu memang sering muncul di majalah sebagai petinju yang kini beralih profesi sebagai wakil Direktur Perusahaan Ozkan, perusahaan keluarganya. Namun, Naura selalu menganggap Aagha sebagai kakak laki-lakinya meski beda orang tua.
"Jadi kenapa Kak Aagha mau bicara?" tanya Naura yang tidak duduk dan malah berdiri di depan Aagha yang sudah duduk bersandar di sofa dengan gaya angkuhnya.
"Aku tidak menyangka bisa sesial ini." Aagha tidak menjawab Naura malah bergumam sembari melihat Naura.
"Kak Aagha mau bilang apa sih?" tanya Naura yang mendengar suara Aagha bergumam tapi tidak terlalu jelas apa yang dikatakan Aagha.
"Kita akan menikah!" ungkap Aagha.
Naura syok mendengar ucapan Aagha yang tidak pernah ia sangka-sangka. "Menikah? Aku tidak salah dengar kan?"
"Tidak."
"Aku dan Kak Aagha? Menikah? Menjadi pasangan suami istri, begitu?" Karena terlalu syok, Naura kembali memperjelas kata-kata itu.
"Benar." Aagha dengan santainya menjawab Naura seolah hal yang ia lontarkan adalah hal yang sudah biasa ia katakan.
"Aku dan Kak Aagha adalah saudara. Bagaimana bisa aku dan kakak menikah? Menjadi pasangan suami istri. Itu tidak dibenarkan."
"Memangnya kamu lahir dari rahim ibuku atau kau anak haram dari ayahku. Kau itu cuma anak angkat yang tidak diinginkan oleh kedua orang tuamu Naura. Kita tidak sedarah jadi menikah bukanlah masalah," ucap Aagha tanpa rasa bersalah dengan ucapannya.
Dan ucapan Aagha membuat Naura tersinggung serta sakit hati sehingga ia hanya diam saja di depan pria itu.
"Besok kau akan pulang denganku untuk bertemu ibu dan ayah."
"Apa Kak Aagha mau menikahiku karena takut aku merusak rumah tangga Lucas dan Lunara?" tanya Naura yang sudah menebak maksud Aagha.
"Kau tahu, untuk apa kau bertanya lagi."
"Kak Aagha masih belum puas mengurungku di sini. Sekarang Kak Aagha mau menikahiku. Apa Kak Aagha masih waras?" Naura marah sampai ia meninggikan suaranya di depan Aagha, bahkan matanya memerah berkaca-kaca.
"Huh, hari ini sudah dua orang yang mengatakan aku tidak waras. Kalian berdua memang sangat cocok. Sama-sama kurang ajar."
"Kalau Kak Aagha takut aku menghancurkan hubungan Lunara dan Lucas, lebih Kak Aagha kirim aku ke Italia. Aku lebih senang tinggal bersama ayah dan ibu, ketimbang harus menikah dengan Kak Aagha." Naura menolak bukan karena Aagha tidak cocok dijadikan seorang suami atau karena ia tidak suka dengan Aagha. Namun karena ia tidak mau, pria yang selama ini ia anggap sebagai kakak kandungnya sendiri, menjadi suaminya hanya untuk mencegahnya agar tidak menghancurkan hubungan Lunara dan Lucas. Ia sangat menyayangkan hubungan persaudaraannya hancur begitu saja karena pernikahan yang tidak dilandasi cinta.
"Memang kau pikir aku bersedia menikah denganmu. Aku terpaksa menikahimu, Naura."
"Iya aku tahu kakak terpaksa. Makanya aku tidak mau menikah dengan Kak Aagha," tegas Naura yang tidak mau mengalah pada Aagha.
Aagha berdiri dan berjalan mendekati Naura. Kemudian memegang belakang leher Naura-mencengkramnya dan menariknya sampai wajah Naura begitu dekat dengan wajahnya.
"Kalau aku bilang kita menikah, ya kita menikah. Aku tidak mau dengar apapun keluhan ataupun pendapatmu. Paham!" tegas Aagha menatap Naura dengan tatapan matanya yang dingin dan tajam.
Naura menggeleng. "Aku tidak mau."
Aagha tersenyum miring, kemudian mendekatkan bibirnya ditelinga Naura. Ia membisikan sesuatu yang membuat Naura tampak kaget.
"Kak Aagha tega sekali!" kata Naura yang seketika menangis melihat Aagha.
Aagha melepaskan cengkramannya dan tidak peduli dengan Naura yang menangis di depannya. "Pergilah ke kamar mu. Aku mau mandi! Besok kita pulang sama-sama."
Naura menurut. Perempuan itu buru-buru keluar dari kamar Aagha dan tangisannya masih berlanjut. Itu karena ancaman yang dikatakan Aagha padanya jika sampai menolak untuk menikah. Tentu saja ia tidak bisa menolak dan harus menuruti keinginan Aagha agar Aagha tidak melakukan sesuatu yang kejam pada siapapun. Oleh sebab itu, Naura hanya bisa menangis sebagai bentuk penolakannya sendiri.
Esok harinya sekitar pukul satu siang. Aagha dan Naura meninggalkan Villa. Keduanya kini berada di mobil menuju Kediaman Ozkan. Mereka hanya berdua di mobil, tidak ditemani siapapun.
"Ingat Naura. Kau harus mengatakan sesuai yang kujelaskan padamu tadi. Jangan banyak bertingkah saat kita sampai di rumah. Mengerti!" Sebelum meninggalkan Villa beberapa menit lalu, Aagha memang mengajarkan Naura untuk bicara sesuai yang ia katakan pada Naura bukan sesuai kemauan Naura. Naura pun sudah menyimpan semua yang dikatakan Aagha dikepalanya agar tidak salah ketika berada di depan semua keluarga.
"Ya. Aku mengerti!"
"Bagus. Sekarang perbaiki riasanmu! Bibi Helena dan ibu tidak boleh melihat wajahmu yang berantakan itu," kata Aagha sembari melihat wajah Naura yang memerah karena air mata.
Naura menuruti Aagha lagi. Ia mengambil cermin di tasnya lalu memperhatikan wajahnya yang merah dan matanya yang bengkak. Sungguh malu jika semua orang melihat wajahnya yang berantakan itu. Akhirnya ia merapikan kembali riasannya sampai wajahnya tidak terlihat berantakan lagi.
Tak lama, mobil Aagha berhenti di depan pagar besi hitam yang menjulang tinggi-menutupi depan rumah mewah Keluarga Ozkan. Aagha membunyikan klakson mobilnya sampai pagar besi itu terbuka dan segeralah mobil melaju masuk ke pekerangan rumah. Aagha turun dari mobil lalu melempar kunci mobilnya pada penjaga rumah yang berdiri di depan pintu. Ia masuk ke rumah bersama Naura yang mengekorinya di belakang.
Ketika melewati pintu rumah, Aagha tiba-tiba menghentikan langkahnya. Begitu juga dengan Naura yang tampak bingung melihat Aagha berhenti.
"Ada apa?" tanya Naura.
"Pegang tanganku," titah Aagha.
Naura pun meraih tangan Aagha lalu keduanya berpegangan tangan.
"Dan tersenyumlah. Tunjukkan ekspresimu yang bahagia. Kalau kau sekali-kali memperlihatkan wajahmu yang suram itu, mati kau," ancam Aagha yang tidak bisa ditolek oleh Naura.
Perempuan itu berusaha untuk tersenyum pada Aagha seolah-olah ia bahagia dengan pria dingin itu.
Sebenarnya Aagha bukan pria dingin bagi keluarganya. Pria itu pria yang hangat jika bersama dengan keluarganya. Naura tahu itu. Bahkan ia pernah merasakan kehangatan pria itu tapi berubah dingin padanya setelah Lunara mengalami kecelakaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
𝚁⃟• ꂵ꒤ꇙꋊ꒐꒐ ✨ꃅꀤꍏ꓄ꀎꌗ✖️
apa jgn" emg Aagha suka sm naura ya?
2022-12-19
0
Denita Precilla
gue penasaran. kok Aagha kayak suka gitu y sama Naura🤔
2022-12-19
0