Lucas marah pada kedua orang tuanya yang memaksanya menikahi Lunara. “Pa, Ma. Aku tidak mau menikahi gadis buta itu. Aku tidak mencintai dia. Aku mencintai Naura. Dan sebentar lagi kami akan menikah. Kita sudah sepakat. Kedua keluarga pun sudah sepakat.”
“Papa tahu Lucas, tapi kamu lihat sendiri. Naura tidak mau menikah denganmu. Dia membatalkan pernikahan kalian lewat surat. Wanita itu sudah menganggap remeh keluarga kita. Jadi, akan lebih baik kalau kamu menikahi Lunara, karena Lunara gadis baik. Dia dari keluarga terhormat. Kalau kamu bisa menikahi dia, papa yakin bisnis keluarga kita pun akan melesat. Aagha sudah berjanji pada papa untuk berinvestasi di perusahaan kita. Kita tidak bisa melewatkan ini karena banyak perusahaan yang mau bekerja sama dengan Perusahaan Ozkan, tapi Aagha malah memilih perusahaan kecil seperti kita. Papa tidak bisa membuang kesempatan ini begitu saja.”
“Papa juga bisa bekerja sama dengan Perusahaan Ozkan kalau aku menikah dengan Naura. Karena Naura anak Tuan Ozkan juga. Adik Aagha,” jelas Lucas.
“Jangan bodoh! Naura bukan anak kandung di keluarga Ozkan. Dia itu cuma anak pembantu yang diangkat anak oleh Tuan dan Nyonya Ozkan. Neneknya sekarang pun masih bekerja menjadi Kepala Pelayan di Kediaman Ozkan. Jadi, kamu dan dia sebenarnya tidak cocok Lucas. Sejak awal, papa tidak suka dengan perempuan itu. Kami setuju dengan pernikahan kalian karena menghormati Keluarga Ozkan yang ingin menikahkan kalian berdua. Sekarang, Aagha meminta kamu menikahi Lunara, adiknya. Dan kamu, suka tidak suka. Kamu harus menikahi Lunara.”
Lucas muak mendengar ucapan ayahnya yang tetap kekeh dengan keinginannya. Dia meninggalkan rumah dengan mobil pribadinya untuk mencari keberadaan Naura. Beberapa kali dia berusaha menghubungi Naura, namun panggilannya tak kunjung diangkat.
“Sial!” Dia memukul stir mobilnya ketika panggilan ke limanya tak diangkat. Ponselnya pun dia lempar ke kursi sebelahnya.
“Sebenarnya, kamu di mana Naura? Kenapa kamu tiba-tiba membatalkan pernikahan kita dan menghilang begitu saja? Apa salahku?” Lucas terpuruk dan putus asa.
Dia sudah bertanya pada teman-teman Naura, namun tak ada yang mau memberitahukan keberadaan Naura. Mereka malah mengatakan bahwa Naura saat ini berlibur di luar negri.
Bu Retno yang merupakan nenek kandung Naura pun mengatakan hal yang sama kepadanya.
Tiba hari pernikahan Lucas dan Lunara. Naura menyaksikan pernikahan mereka di layar LED di kamarnya. Aagha sengaja menyiarkan langsung pernikahan adiknya untuk membuat Naura hancur.
Naura masih terborgol. Dia hanya bisa duduk di ranjang besi, menatap Layar LED yang ada di depan kasurnya.
Naura terlihat sedih ketika melihat wajah kedua pengantin yang tampak bahagia hingga menambah rasa sakit dihatinya. Bahkan air matanya menetes tanpa henti.
“Mereka sudah menikah, Naura. Kau tidak bisa lagi mengganggu kehidupan bahagia mereka!” Tiba-tiba suara Aagha terdengar.
Naura memutar kepalanya dan melihat Aagha berdiri di depan pintu terbuka dengan kedua tangannya terlipat di dadanya. Naura tidak mengatakan apapun dan hanya menundukkan kepalanya, tak mau melihat wajah Aagha. Naura semakin menangis. Dia menangis tersedu-sedu.
Aagha benci melihat itu hingga dia melangkah mendekati Naura dan langsung meremas dagu Naura-mengangkatnya ke atas. “Kenapa? Kau sangat tidak rela melihat kekasihmu menikah dengan sahabatmu, hah?”
“Kamu sangat kejam kak. Sangat kejam!” Air mata Naura semakin deras melihat sikap kasar Aagha kepadanya.
“Kau bilang aku kejam. Yang mana kejam? Aku atau kau yang tega menghancurkan kebahagiaan sahabatmu sendiri,” bentak Aagha sembari menatap wajah Naura dengan matanya yang melotot marah.
“Aku tidak pernah menghancurkan kebahagiaan Lunara. Kalau aku tahu bahwa dia dan Lucas berhubungan. Aku pasti meninggalkan Lucas. Aku tidak mungkin menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka kak,” bantah Naura dengan tangisan kesedihannya.
“Bohong! Dari dulu, kau tahu Lunara mencintai Lucas tapi kau sengaja menyembunyikannya dari Lunara. Kalau saja aku tidak menyelidiki semuanya, aku mungkin tidak akan tahu sampai hari kau menikah dengannya? Dan hari pernikahanmu itu, akan menjadi kehancuran adikku! Kau sangat licik Naura. Lihatlah, mereka sudah menikah sekarang dan tidak ada tekanan dari wajah kekasihmu itu. Itu artinya dia menyukai pernikahan ini.” Aagha menunjuk video Lucas dilayar LED yang membuat Naura tak bisa berkata-kata, “huh, kau itu perempuan munafik. Tidak akan kubiarkan perempuan munafik seperti dirimu mendekati adikku lagi. Kau akan tetap berada di sini sampai semuanya berjalan sesuai keinginanku.”
Aagha meninggalkan kamar Naura dalam keadaan marah. Sementara Naura hanya bisa menangis tersedu-sedu di dalam kamar. Dia meringkuk dan menangis tanpa henti di sana.
Malam hari, keadaan di Villa itu sepi seperti biasanya meski ada pengawal yang berjaga. Naura tertidur dalam posisi duduk bersandar di sandaran ranjang besi.
Tiba-tiba suara jendela kamarnya terbanting keras hingga Naura yang tidur, tersentak kaget. Matanya langsung tertuju ke arah jendela kamar yang terus terbanting karena tiupan angin kencang.
Detik berikutnya, angin semakin kencang masuk ke kamar Naura. Hujan pun mulai turun dan semakin deras. Naura sangat kedinginan akibat hembusan angin serta hujan deras yang seketika turun.
Naura yang tidak bisa menutup jendela kamar itu, hanya bisa duduk memeluk kedua lututnya.
Esok paginya.
Pelayan membuka pintu kamar Naura untuk memberikan sarapan pagi kepada Naura. Dia melihat Naura masih menutup matanya dalam posisi duduk bersandar di ranjang. “Nona Naura, saya bawa sarapan untuk Anda. Nona harus makan sebelum tuan datang. Kalau tidak, beliau akan marah lagi.”
Pelayan mengira Naura mendengarnya meski matanya masih tertutup, hingga dia bicara terus ketika meletakkan nampang makanan di atas meja. Namun, setelah selesai bicara, Naura tidak kunjung menjawab, bahkan tidak bergerak. Pelayan itu pun mendekati Naura untuk membangunkannya.
Akan tetapi, ketika menyentuh lengan Naura, dia merasakan kulit Naura yang sangat panas. Disentuhnya dahi Naura untuk memastikan. Pelayan itu begitu terkejut ketika merasakan dahi panas Naura.
“Nona Naura, Nona Naura! Apa nona mendengar saya?” Si pelayan mengguncang-guncang tubuh Naura untuk membangunkan Naura, tapi Naura lagi-lagi tak bangun sampai si pelayan panik.
Pelayan berlari keluar dan berteriak meminta tolong. “Tolong, tolong! Nona Naura pingsan!”
Teriakannya didengar oleh dua pengawal yang berjaga di Villa itu. Mereka berlari mendatangi pelayan Villa yang berdiri di depan pintu kamar Naura.
“Apa yang terjadi?” tanya salah satu pengawal.
“Nona Naura pingsan di dalam. Badannya panas sekali tuan pengawal.”
Salah satu pengawal buru-buru menghubungi bos besarnya untuk memberitahu keadaan Naura. Lalu, pengawal itu segera menghubungi dokter setelah mendapat perintah dari Aagha.
“Aku sudah menghubungi dokter. Dokter akan segera datang kemari. Tuan juga sudah dalam perjalanan ke sini. Sambil menunggu dokter, tuan memberi perintah untuk mengompres tubuh nona. Kau bisa melakukannya, kan?” kata pengawal itu pada si pelayan Villa.
“Bisa.” Pelayan itu segera melakukan tugasnya.
Sementara kedua pengawal ke depan pintu masuk Villa untuk menunggu dokter dan bosnya.
Lima belas menit setelah dokter tiba di Villa, Aagha datang ke Villa itu. Dia buru-buru masuk ke dalam di ikuti kedua pengawalnya.
“Apa dokter sudah datang?” Aagha bertanya sembari berjalan cepat menuju kamar Naura.
“Baru saja tuan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Ilma Kikyo
next
2022-12-11
0
R⃟ Shezan Hayase
Aagha masih peduli dgn Naura yg kondisinya seperti itu. Dihatinya mgkn masih syg sebatas adik ataukah?? ahh entahlah. Mgkn masih tertutupi rasa kesalnya k Naura d kira mengkhianati adik kandungnya.
2022-12-09
0