"Kalau kau masuk, izin dulu. Jangan main terobos saja ke ruangan orang!" kata Aagha sembari melepas headphone yang menempel ditelinganya.
"Aku minta maaf! Ini karena kamu tidak dengar kalau aku ketuk pintu dulu. Makanya aku langsung masuk." Tasnya menjawab dengan ekspresinya yang gugup. Bila berhadapan dengan Aagha, Tasya selalu merasa grogi dan sedikit takut meski ia dan Aagha sudah mengenal sejak kecil. Alasannya sederhana saja. Pria itu selalu berwajah dingin meski sebenarnya Aagha tidak pernah main tangan pada perempuan.
"Jadi kamu mau bicara apa sampai menerobos masuk?" tanya Aagha yang masih duduk di kursinya tapi matanya tetap fokus pada Tasnya yang berdiri di depannya.
"Ini masalah kita dan masalah Naura juga. Bukannya kita punya perjanjian pernikahan? Tapi kamu malah mengingkarinya dengan menikahi Naura. Ga, Naura itu kan, sudah diadopsi di Keluarga Ozkan. Dia sudah jadi adikmu. Kau tidak boleh menikahinya!" Tanpa sadar, Tasya meninggikan suaranya ketika ia melarang Aagha menikahi Naura.
"Lalu, aku harus menikahi siapa? Kamu? Ya nggak mungkinlah! Aku tidak cinta sama kamu! Sudah lah. Aku tidak mau bahas masalah yang tidak penting itu!" Aagha kembali memasang headphonenya sembari memutar tubuhnya menghadap ke komputer miliknya.
Tasya kesal. Dengan kekesalannya pada Aagha, ia melepas headphone Aagha lalu memutar kursi putar Aagha menghadap dirinya.
"Kau apa-apaan sih?" Aagha yang marah, meninggikan suaranya di depan Tasya.
"Aku belum selesai ngomong Ga."
"Apa lagi yang mau kita bahas? Semuanya sudah jelas. Aku mau menikah dengan Naura. Jadi please! Hentikan sikapmu yang seperti anak kecil ini!" tegas Aagha yang membuat Tasnya takut.
Namun Tasya tetap bertahan di depan Aagha untuk memperjuangkan keadilan dirinya. "Aku tidak setuju dengan pernikahan kalian Ga. Ini nggak adil buat aku yang sudah nunggu kamu selama tiga tahun ini."
"Apa kamu sudah dengar kalau Naura hamil?"
"Aku tahu tapi aku tidak peduli. Kalau hanya karena dia hamil lalu kamu harus menikahinya. Itu tidak bisa dijadikan alasan dan kewajiban untukmu. Kalau dia hamil. Ya tinggal gugurin kan, beres." Tasya adalah perempuan yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia hanya ingin bahagia tanpa harus memikirkan kebahagiaan orang lain.
"Jadi kamu tetap mau menikah denganku?" tanya Aagha dengan tatapan dinginnya melihat Tasya.
Tasya menjawab dengan cepat, "Iya. Seperti yang sudah direncanakan!"
"Apa tidak masalah kalau aku juga menikahi Naura?"
Tasya diam memikirkan ucapan Aagha dan Aagha yang melihat itu, malah tersenyum sinis.
"Aku bersedia. Asalkan kita menikah!"
Aagha tercengan mendengar jawaban Tasya. Ia sampai melongo melihat Tasya yang tampak percaya diri dengan ucapannya. "Kau masih waras Ta?"
"Ga, apa kamu belum sadar kalau aku sangat mencintaimu? Aku tidak pernah menganggapmu saudara seperti yang selalu kamu tekankan di depanku," jelas Tasya.
Aagha menghela nafas kasar melihat Tasya kemudian ia berkata, "Oke. Aku akan menikahimu. Asalkan kamu membelikanku drone terbaru yang hanya ada satu di dunia."
Meski Tasya tidak paham dengan benda itu tapi ia percaya diri bisa memenuhi keinginan Aagha. "Hanya itu syaratnya?"
Dengan ekspresi datarnya, Aagha mengangguk.
"Oke. Aku akan membelikanmu benda itu. Dan saat benda itu sudah kudapatkan, kamu harus memenuhi janjimu padaku."
"Oke." Aagha menjawab dengan tampangnya yang biasa-biasa saja seolah hal yang ia janjikan pada Tasya adalah hal yang biasa. "Sekarang kamu sudah bisa keluar kan?" tanyanya kemudian.
Tasya pun keluar dari ruangan itu. Dan Aagha yang melihat perempuan itu pergi, menggeleng-gelengkan kepalanya. "Carilah sampai kau mati!"
Bagi Aagha, sesuatu yang ia ucapkan pada Tasya adalah permainan untuknya. Namun bagi Tasya, hal itu adalah sesuatu yang sangat berharga untuknya hingga ia merekam saat Aagha berjanji untuk menikahinya. Aagha tentu tak tahu karena jika tahu maka pria itu pasti akan marah pada Tasya yang merekamnya diam-diam.
"Aku tidak peduli harus cari di mana benda mahal itu. Yang jelas, aku harus mendapatkannya. Lihat saja Ga. Aku akan berhasil. Dan kamu akan menikahiku lebih dulu," kata Tasnya sembari menatap ruangan Aagha lalu ia pergi.
Sementara itu, Lucas masih ada di kamar Naura. Ia masih belum puas bicara dengan perempuan itu. "Ra, kamu benar-benar tidak mencintaiku."
Pertanyaan itu sudah tak terhitung berapa kali diucapkan oleh Lucas. Naura sendiri sudah bosan mendengarnya dan juga sudah bosan terus mengulang kebohongan nya tapi ia tetap menjawab dengan baik. "Iya. Hubungan kita berakhir saat aku mengirim pesan itu kepadamu."
"Aku masih belum percaya kalau kamu tidak mencintaku Ra."
"Lucas, tolong jangan memaksa sesuatu yang sudah kamu tahu jawabannya. Please, hentikanlah! Lebih baik kamu fokus pada Lunara!"
"Kamu kejam sekali. Kamu menyuruhku peduli dengan wanita yang tidak kucintai. Naura, jangan berlebihan hanya karena aku sangat mencintaimu!" tegas Lucas dengan tajam.
"Lalu kamu mau, aku bagaimana hah? Kamu menyuruhku bunuh diri, supaya kamu tenang dengan pernikahanmu!" Naura tak mau kalah. Ia juga meninggikan suaranya di depan Lucas.
"Bukan begitu. Yang kuinginkan adalah bersamamu Ra. Seperti yang dulu janji yang kita ucapkan saat berlibur di Bali. Apa kamu sudah lupa dengan janji kita?"
Naura menghela nafas lelah mendengar Lucas terus membahas janji mereka. Ia kesal sendiri dengan mantan pacarnya itu. "Aku sudah bilang untuk melupakan janji itu. Kenapa sih kamu bikin aku susah terus?"
"Aku tidak akan begini kalau bukan kamu yang buat masalah duluan. Dengar ya Naura, aku Lucas tidak akan pernah melepaskanmu. Aku akan melakukan segala cara untuk menggagalkan pernikahanmu dengan Aagha. Dan kalaupun kalian berhasil menikah, aku tidak akan tinggal diam." Lucas sangat marah dengan Naura sehingga ia mengancam Naura dan setelah itu, ia meninggalkan Naura yang terkejut.
Naura tercengan melihat Lucas yang sangat marah padanya. Bahkan ia melempar tubuhnya di sofa dan menenggelamkan tubuhnya di sana sembari menutup matanya.
Tiba-tiba Naura mengeluarkan air mata yang berusaha ia tahan. "Hiks, hiks, hiks! Kenapa malah jadi rumit? Rasanya aku mau menghilang saja dari sini. Aku lelah menghadapi semua orang. Aku lelah."
Sementara Lucas yang berjalan ke arah tangga untuk berkumpul bersama dengan keluarga di lantai bawah, tak sengaja berpapasan dengan Aagha. Sejenak, ia berhenti memandang Aagha dengan raut wajahnya yang marah, kemudian ia buru-buru mendekati Aagha ketika Aagha ingin menuruni tangga.
"Tunggu sebentar!"
Aagha menoleh ketika mendengar suara Lucas. "Ada apa?"
Lucas tersenyum miring lalu berkata, "Aku sudah dengar kalau Naura hamil. Aku terkejut tapi tidak marah. Aku malah senang mendengar dia hamil. Mau tahu alasannya apa? Karena anak yang dikandung Naura adalah anakku. Asal kau tahu Ga. Sebelum berhubungan denganmu. Dia sudah lebih dulu tidur denganku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
ARTI SUNARTI
babang lucas cinta banget sm naura 😍😍😍
2023-01-08
0
R⃟ Shezan Hayase
pasti Aagha akan percaya sama Lucas dan mendesak Naura apa benar dia hamil?? Duhh takutnya Naura suruh membuktikan kalo dia ga pernah Hb dgn Lucas.
2023-01-08
0
Devi Sinoehajie
wkkkwkkkkwkkkk
lucas terobsesi banget ya sm naura sampe2 ngaku2 klu anak yg d kandung naura anak'y.....
kayak'y agha juga terpancing kata2 lucas nich,akhhh kasihan naura...
di tunggu kelanjutan'y thor...
tetap semangat nulis'y ya thor...💪
2023-01-08
0