Ujian hari ketiga berlalu begitu cepat, 100 soal tentang berbagai permainan dalam olahraga terasa lebih mudah dari sebelumnya. Aku hanya memerlukan waktu 4 menit untuk menjawab 50 soal dan sisanya aku serahkan pada Elaina sama seperti kemarin.
Untuk peringkat ujian, kami tidak lagi memasuki peringkat tiga besar padahal nilai yang kami dapatkan lebih tinggi yaitu 86. Mungkin karena ini adalah sekolah khusus olahraga, jadinya kebanyakan siswa memiliki pengetahuan luas dengan bidang atletik.
Peringkat satu mendapatkan nilai 98, disusul peringkat kedua yang mendapatkan nilai 96, dan yang terakhir peringkat ketiga dengan nilai 92.
"Sampai nanti, Elaina!"
"Ya."
Pembicaraan antara aku dan Elaina hari ini sepertinya lumayan buruk, mungkin dia masih terkejut karena kejadian kemarin. Perkataan Fisa membuat suasana di kelasku terasa lebih mencekam, banyak teman sekelas yang menatapku dengan tatapan aneh. Sebenarnya aku tidak peduli, tapi bagaimanapun hal itu membuat Elaina merasa takut, jadi aku harus menjauhkan diriku untuk melindunginya.
Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan karena Weston telah berubah secara drastis dan menyadari kesalahannya.
Kemungkinan itu tidak terbatas, kurasa Weston bisa saja kembali melakukan sesuatu yang membuat Elaina ketakutan. Tapi untuk sekarang, aku yakin kemungkinan itu masih belum terjadi.
Kini aku berpisah dengan Elaina karena aku memiliki janji dengan Fisa yang akan melatihku di taman tempat kami saling bermesraan kemarin. Aku tidak ingin membuat Fisa menunggu, jadi aku datang lebih awal dan menunggunya sambil berbaring di rerumputan taman.
Rasanya, rerumputan taman agak berbeda dari kemarin. Tidak seperti sebelumnya, aku merasakan sensasi yang agak kasar dari rumput ini.
Alasannya?
Aku juga tidak tahu, entah itu karena faktor musim atau karena aku sudah sangat nyaman tidur di paha Fisa.
"Kau datang lebih awal, ya."
"Aku tidak bisa membuatmu terus menunggu."
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat dan akhirnya aku bertemu dengan Fisa, orang yang kuharap akan mengeluarkan sisi manusia ku.
Jika kejadiannya terus berlangsung, aku akan memiliki beberapa pertanyaan.
Aku mencintai Fisa, apakah itu benar?
Aku memandang Fisa sebagai lawan jenis, apakah itu benar?
Jika Fisa tidak bisa mengeluarkan sisi manusia ku, apakah aku akan membuang dan menganggapnya tidak berguna?
Perasaan bisa berubah kapan saja, kemungkinan untuk aku mengkhianati Fisa atau Fisa yang mengkhianati ku akan tetap ada.
Waktu terus berjalan dan semuanya akan terjawab dengan jelas.
"Fufu- tidak kusangka kau bisa belajar dari kesalahan."
Fisa tertawa kecil, itu membuat wajahnya yang terlihat dewasa menjadi semakin imut.
"Tolong ajari aku untuk ujian besok, mohon kerjasamanya!"
Aku menundukkan kepala seperti yang biasa orang Jepang lakukan ketika memohon sesuatu.
"Angkat kepalamu, Cool-boy! Latihannya akan segera dimulai."
"Ya."
Kini Fisa akan melatihku untuk ujian fisik besok. Kami berada di taman yang hanya ditempati oleh beberapa orang saja, di mana aku berlatih gerakan gulat dengan boneka kayu.
"Kau harus bertarung dengan seluruh tubuhmu."
Fisa mengeluarkan sesuatu dari tasnya, sepertinya itu adalah sebuah boneka kayu. Sambil memegang boneka itu, dia lalu melemparkannya padaku.
"Kakimu harus seperti piston, kau harus menggerakkannya secara eksplosif."
"Bagaimana dengan sedikit strategi?"
"Strategi seperti apa?"
"Jika kau akan bergulat dengan musuh, bukankah seharusnya ada beberapa strategi?"
"Yah, tentu. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, seperti berapa banyak waktu yang aku punya? Seberapa kuat orang ini? Apa gaya bertarungnya?"
Seolah membaca pikiranku, Fisa juga terus menambahkan perkataannya.
"Tapi hanya itu yang akan kau pikirkan setelah pertandingannya akan dimulai."
Lupakan tentang itu, sepertinya latihan fisik lebih penting bagi Fisa. Jadi sekarang, aku akan fokus pada teknik yang diajarkan olehnya. Tidak peduli apa yang terjadi, begitu aku mulai melemparkan pukulan dan tendangan secara acak. Fisa langsung menegurku.
"Serangannya harus lebih bervariasi lagi! Selain bagian kepala, kau bisa memukul dan menendang pada bagian perut dan kaki, sisanya terserah padamu."
"Baik."
Sambil menahan diri, aku menendang bagian kepala tepat di bagian tempurung. Lalu disusul dengan pukulan beruntun di bagian perut. Aku yakin kalau Fisa akan puas dengan gerakan ku.
"Wah.. ternyata kau hebat juga, aku salah karena meremehkanmu. Terus lakukan hingga kau merasa lelah!"
"Hmm.. Fisa, kenapa aku harus latihan seperti ini?"
"Dengar, Cool-boy! Kekuatan fisik bisa meningkat ketika menggerakkan bagian utama yaitu tangan dan kaki, jadi gerakan bela diri cukup bagus untuk meningkatkan kekuatan fisik itu."
"Begitu ya?"
"Ya, jangan berhenti! Lakukan sampai kau berkeringat banyak!"
"Hmm.. ya, baiklah."
Perkataan Fisa memang benar, kekuatan fisik biasa diukur berdasarkan stamina, kelincahan dan juga kecepatan.
Aku terus melakukan gerakan monoton yang sama hingga saat kurasa sudah berkeringat lumayan banyak, aku langsung berhenti.
Sepertinya menipu Fisa lebih mudah dari yang kukira, dia hanya melihatku berlatih sambil tersenyum tipis. Fisa sama sekali tidak curiga dengan kemampuanku, ini sangat bagus karena aku bisa menahan diri tanpa ketahuan.
"Cool-boy, bertarunglah denganku. Gerakan mu agak aneh dan aku jadi penasaran. Apa kau pernah mengikuti bela diri sebelumnya?"
"Bertarung, kenapa? Padahal aku tidak pernah mengikuti bela diri apapun selama aku hidup."
Baru saja aku berpikir kalau bisa mengelabuinya, tapi ternyata dia merasa ada yang aneh denganku. Kupikir aku harus berlatih lebih keras lagi untuk menjadi orang yang lemah.
Sekarang aku dihadapkan pada situasi yang agak berbahaya, kehidupan tenang yang kuinginkan akan menghilang jika aku tidak bisa menahan diri. Bagaimanapun, aku harus kalah dalam pertarungan ini.
"Bersiaplah!"
"Hah? Aku tidak mengerti."
"Aku maju!"
Entah apa yang terjadi dengan Fisa, dia tiba-tiba menyerangku tanpa ampun, aku dapat melihat kalau gerakan Fisa itu lumayan cepat.
Daripada mengindar atau menangkis serangannya lalu menyerang balik, aku memutuskan untuk menutup mataku agar dianggap takut olehnya dan membiarkan Fisa menyerangku.
"PAK!!"
Telapak tangan Fisa tertempel di pipiku dan bunyi tepukannya terdengar cukup pelan. Rasanya tidak sakit sama sekali, aku membuka mataku dan melihat wajah Fisa dalam jarak yang sangat dekat.
"Aku bercanda, fufu- bagaimana menurutmu?"
"Apanya? Daritadi aku tidak mengerti."
"Fufu- kau memang lucu, Cool-boy. Aku suka sikapmu itu."
"Hmm.."
Aku memang tidak mengerti, tapi aku merasa lega karena dia tidak curiga denganku. Atau mungkin, dia akan membuntuti ku lagi secara diam-diam dan menilai kemampuanku. Aku tidak lega sepenuhnya jika itu benar.
"Sudah dulu, ya. Aku harus berlatih juga agar dipilih jadi pemain inti bola voli nanti."
"Begitu ya? Apa aku boleh ikut melihatmu berlatih?"
"Ya, tidak masalah. Aku juga ingin memamerkan mu pada teman sekelas ku."
"Eh? Memamerkan?."
"Tentu saja, kau itu sangat lucu. Jadi akan sangat rugi jika aku tidak memamerkan mu pada yang lainnya, termasuk anggota ekskul bola voli."
"Ah, begitu. Aku tidak keberatan."
"Sekarang ayo pergi ke gedung olahraga! Aku akan mengenalkan mu pada teman-teman ku. Tidak, mungkin teman palsu."
"Hmm.. ya."
Selesailah latihan hari ini, kurasa Fisa bukan pengajar yang baik dengan sikapnya yang seperti itu.
Kami berdua berjalan beriringan sambil membicarakan banyak sesuatu hingga akhirnya sampai ke gedung olahraga tempat Fisa akan berlatih.
"Ayo masuk!"
Lalu kami masuk ke dalam dan aku lumayan terkejut dengan gedung olahraga yang seluas stadion sepak bola ini. Bukan seperti lagi, gedung ini sangat luas yang memang bisa memuat lapangan apa saja.
"Oh, Fisa. Kau datang, ya."
"Ya, tentu saja."
"Siapa dia? Apakah lelaki ini adalah pacarmu? Kudengar kalian sudah berciuman sebanyak dua kali."
"Fufu- rumornya menyebar begitu cepat."
Kami disambut oleh seorang gadis berambut pirang yang hampir sama dengan Lina, tapi bedanya dia masih kalah cantik darinya.
"Salam kenal, namaku Selena!"
Dia menatap ke arahku dan memperkenalkan dirinya. Sepetinya dia juga memiliki kepribadian yang unik.
"Hmm.. ya, panggil Satomi. Itu namaku."
"Heh.. kau dingin juga, ya."
"Begitu ya?"
"Kau menarik juga."
"Hentikan, Selena! Dia milikku!"
"Ah, kalau begitu maafkan aku."
Aku dapat melihat ekspresi Fisa yang terlihat kesal karena Selena terlalu dekat denganku.
"Tenang saja, Fisa. Aku hanya tertarik padamu."
Untuk sekarang, aku memang tertarik pada Fisa saja. Mengajaknya berpacaran memang ide yang bagus karena aku bisa dekat dengannya sambil mengharapkan sesuatu.
Sesuatu seperti apa yang ku harapkan?
Sisi manusia, aku ingin menjadi orang yang berperasaan dan menaruh empati pada orang lain.
"Fufu- aku mencintaimu. Cool-boy!"
"Ya, aku juga."
Kami saling menatap satu sama lain.
"Sudah, cukup. Aku tidak kuat melihat kemesraan kalian! Fisa, pak pelatih sudah datang. Kita harus berbaris."
Hanya beberapa detik setelahnya, Selena mengacaukannya.
"Tolong dukung aku dari atas, Cool-boy!"
"Ya, aku akan mendukung mu!"
Selesai dengan kata-kata yang belum tentu ada artinya, Fisa dan Selena meninggalkanku begitu saja dan ikut berbaris dengan anggota ekskul bola voli lainnya. Aku juga langsung naik ke atas untuk menonton Fisa dari bawah.
Dasar permainan bola voli, ini juga dasar dari semua olahraga, yaitu pemanasan. Tanpa pemanasan, maka cedera akan rentan terjadi.
Aku melihat Fisa berlari keliling lapangan dan setelahnya mereka melakukan pemanasan, sepetinya tubuh Fisa memang sangat atletik untuk seorang perempuan. Wajar saja jika dia bisa memasuki kelas A dengan kemampuannya yang seperti itu.
Selesai melakukan pemanasan, mereka melanjutkan latihan dengan belajar passing bawah dan atas. Aku dapat melihat kalau Fisa memang lumayan baik dalam penguasaan bola, dia bisa mengarahkan bola yang diterimanya dengan cukup baik. Tapi walaupun begitu, dia masih belum bisa disebut Tosser yang baik.
Mungkin aku akan mengajari Fisa cara passing atas yang baik dan terarah sebagai balas budi karena dia telah mengajariku.
Sudah kuputuskan, aku akan menonjolkan permainan bola voli untuk ditunjukkan pada Anthony. Dengan begitu, beliau tidak curiga lagi denganku. Ini juga berguna agar Fisa bisa mempercayaiku untuk melatihnya.
Ujian atletik besok hari, aku benar-benar menantikannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments