Chapter 13: Rasa Bersalah

POV (Harlow Elaina)

Aku tidak ingin mengkhianatinya, aku hanya tidak memiliki pilihan lain. Sesuatu seperti itu memang harus kulakukan. Jika Satomi membenci diriku karena hal ini, aku pantas mendapatkannya.

Rasa bersalahku tidak akan hilang, aku mengkhianatinya hanya karena tidak ingin rahasiaku tersebar. Tapi, aku akan sangat malu jika Weston menyebarkannya.

Aku memiliki kebiasaan buruk yang mungkin membuat banyak lelaki menjauhiku. Kebiasaan buruk itu adalah ketika aku melihat seorang lelaki bertelanjang dada, aku pasti akan terus memperhatikannya dan melihat bagian ototnya. Singkatnya, aku adalah seorang perempuan yang menyukai lelaki berotot.

Secara terpaksa aku harus mengikuti perkataan Weston tanpa bisa meminta tolong pada Satomi.

Keadaan yang semakin memburuk ini membuat diriku merasa takut, semua janji yang Satomi berikan padaku hilang begitu saja, kurasa dia tidak mempercayaiku lagi.

Sekarang tersisa dua hari lagi sebelum ujian dilaksanakan, aku tidak memiliki masalah dalam atletik, tapi yang jadi masalah adalah tentang ujian tertulis yang berisi banyak mata pelajaran.

Weston tidak pandai dalam mengajari seseorang, dia bisa mendadak marah hanya karena aku tidak mengerti dengan penjelasannya.

Aku takut, jauh dari dalam hatiku. Aku ingin Satomi menolongku, tapi akhir-akhir ini aku melihatnya sering membolos dalam pelajaran biasa dan hanya kembali pada waktu istirahat. Hal ini membuat Weston terus mendekatiku dan membuatku merasa tidak nyaman.

Sekarang adalah hari Sabtu, yang berarti aku telah bersekolah selama satu Minggu di sekolah khusus atletik ini. Para siswa hanya bersekolah dari hari Senin sampai hari Jum'at karena memang seperti itulah jadwal kehadirannya.

Di Minggu kedua, sepertinya akan menjadi Minggu yang berat bagi kebanyakan siswa kelas satu. Ditambah lagi, aku mendengar rumor tentang ujian pasangan yang akan dijalani setelah ujian tertulis dan atletik dilaksanakan.

Mencari pasangan lawan jenis dari kelas A dan melakukan sesuatu secara bersama-sama, itu hal yang menyulitkan karena aku selalu gugup ketika melihat lelaki, apalagi jika dia memiliki otot yang besar.

Berada di kamar asrama ternyata cukup membosankan, tidak ada televisi disini, hanya ada bunyi jam dinding yang mengisi seisi kamar ku.

Aku bosan, aku ingin keluar. Tapi aku tidak ingin bertemu dengan Weston, dia mengerikan dan aku takut dengannya. Memilihnya pada saat itu ternyata memang sebuah kesalahan besar, aku baru menyesalinya sekarang.

Pergerakan ku sangat terbatas karena Weston, dia tidak mengizinkan ku untuk berbicara dengan semua orang termasuk teman sekelas ku sendiri, karena itulah aku tidak memiliki teman sekarang.

Lawan itu! Aku harus bisa menghadapi Weston dan melawannya, aku harus keluar kamar dan berjalan-jalan.

Sekarang masih pagi hari, kurasa aku harus mandi terlebih dahulu sebelum keluar kamar.

Aku masuk ke kamar mandi dan melepaskan semua pakaianku. Aku menyalakan kran air dan duduk dibawahnya sambil merenungi atas kejadian yang sudah terjadi. Air terus mengalir membasahi tubuhku, sepertinya waktuku untuk mandi akan lebih lama dari sebelumnya.

Puluhan menit sudah berlalu, akhirnya aku selesai mandi dan langsung berpakaian rapi untuk pergi keluar kamar. Sudah ku putuskan, aku akan mencari Satomi dan berbicara dengannya karena selama satu Minggu ini, dia hanya sedikit berbicara padaku.

Satomi sangat menyukai rerumputan taman di area kelas satu, jadi mungkin saja dia sedang berada disana untuk bersantai.

Yosh!

Aku membuka pintu kamar dan menguncinya lalu pergi ke taman tempat Satomi biasa bersantai.

"Objek sempurnaku, mau kemana kau?"

Hah?! Sejak kapan dia ada disini?

"Kau menjijikkan! Jangan panggil aku seperti itu!"

"Ayolah, apa kau ingin jalan-jalan? Aku bisa memberimu pengalaman bagus, lebih bagus dari yang dulu."

"Enyahlah!"

Aku masih bisa menutupi rasa takutku pada Weston sambil berbicara menggunakan nada tinggi. Tapi tetap saja dia mengerikan.

"Kau jadi banyak berontak akhir-akhir ini, jangan bilang kau masih memikirkan orang aneh yang sering bolos itu?"

"Itu tidak ada urusannya dengan mu, aku pergi. Jangan ikuti aku!"

"Kau kira aku akan melepaskan mu dengan mudah? Setidaknya kau harus bermain-main denganku."

"TIDAK!! AKU TIDAK MAU!!!"

Kali ini aku berteriak dengan sangat keras, aku yakin kalau banyak siswa di asrama akan terganggu dengan teriakan ku, dengan begitu aku bisa lolos darinya.

"Sial! Jangan memberontak, ikut aku!"

"Ahh!!"

Sayangnya aku tidak bisa bergerak, Weston menarik tangan kananku dengan keras sambil berlari. Lalu dia menghentikan ku di tempat sepi.

"Sekarang ayo kita berciuman, objek sempurnaku! Sudah lama aku tidak berciuman denganmu, mungkin sekitar dua tahun lalu."

"Diamlah! Aku tidak akan mengizinkanmu!"

"Hoi, kau tidak bisa lepas dan lebih baik terima saja! Lagipula tempat ini sangat sepi, tidak ada kesempatan untuk selamat."

Weston mulai memegang daguku, perlahan wajahnya juga mendekat. Aku takut dan tidak bisa bergerak sama sekali, aku hanya bisa pasrah karena akan berciuman dengan orang yang kubenci.

"Bau tubuh mu memang yang terbaik, objek sempurnaku memang hebat!"

"..."

Maafkan aku, Satomi. Aku menjadi gadis murahan karena rasa takutku.

"Wah.. wah.. sepasang remaja sedang memperdalam hubungannya. Imut sekali!"

Kami belum sempat berciuman dan seorang gadis dengan rambut pendeknya yang berwarna hitam datang. Syukurlah, aku benar-benar tertolong karena kedatangannya.

"Hah?! Siapa kau? Jangan ganggu kami!"

"Wah.. wah.. menarik sekali."

"Sial! Jika kau tidak menyingkir, maka aku akan menghajarmu! Asal kau tahu, aku tidak akan menahan diri walaupun itu seorang gadis sekalipun."

"Wah.. aku takut! Sangat takut.. tolong aku!"

"Bersiaplah! Gadis perusak suasana."

Weston menjauh dariku, tapi kurasa masalahnya akan semakin besar karena kedatangan gadis ini. Aku panik karena Weston berniat untuk menghajar gadis yang sudah menolongku.

Apa tidak ada cara untuk menghentikannya?

Mau sampai kapan aku terus merepotkan orang lain?

Aku hanya bisa menyaksikan kejadian yang akan terjadi sambil berharap kalau gadis itu akan baik-baik saja.

"Wah.. wah.. apa boleh buat, ya?"

"Aku akan membuatmu menyesal!"

Weston semakin dekat pada gadis itu, hingga saat aba-aba menyerang, suara yang familiar terdengar di telingaku.

"Cukup, Fisa. Jangan main-main dengannya."

Tidak diragukan lagi, dia adalah Satomi. Dan dia mengenal gadis ini? Bagaimana bisa? Aku hanya bisa bingung menatap situasi aneh ini.

"Oh, Satomi. Dia bilang akan menghajarku, bagaimana menurutmu?"

Ternyata memang benar. Satomi berjalan mendekat ke arah kami bertiga.

"Hoi, Satomi. Kenapa kau bisa ada disini?"

"Entahlah."

"Haha.. orang aneh yang sering membolos, kebetulan sekali. Aku hanya ingin memberitahu sesuatu, jika kau tidak mengikuti ujian Minggu depan, aku akan menghajarmu sebanyak yang aku bisa! Kau sudah membuat objek sempurnaku kerepotan karena ulahmu."

"Begitu ya? Aku tidak peduli. Sekarang, Fisa, bukankah ada sesuatu yang ingin kau kerjakan? Aku akan membantumu."

"Wah.. terima kasih banyak! Kau sangat menolongku."

Situasi ini, aku benar-benar tidak mengerti. Satomi mengabaikan ku, dia tidak terlihat kesal, tapi aku penasaran kenapa dia bisa dekat dengan gadis yang kudengar bernama Fisa ini.

"Hoi, jangan kira aku akan membiarkanmu pergi!"

Weston menghentikan Fisa untuk mendekati Satomi, dia menjulurkan tangan kanannya untuk menghalangi jalan.

"Wah.. wah.. tapi maaf saja, aku hanya membuka hatiku untuk Cool-boy."

Membuka hati?

Cool-boy?

Apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka berdua?

Aku benar-benar tidak mengerti, otakku tidak bisa berpikir karena kejadian yang terlalu cepat ini.

"Kalau tidak salah, kau Weston bukan? Hentikan perbuatanmu ini, kau membuat Elaina takut. Lihatlah belakangmu!"

"Tidak masalah, dia sangat penurut padaku. Hoi, mau kemana kau?"

Satomi mendekat padaku dan mengabaikan Weston.

"Elaina, aku memang tidak tahu rahasia apa yang kau sembunyikan itu. Tapi dengarkan baik-baik, kau sudah memilih jalan mu sendiri dengan bersama Weston dan aku memilih jalan ku bersama dengan Fisa. Jika kau merasa itu adalah keputusan yang salah, maka kau harus membuktikannya."

"Emm.. ya."

"Kalau begitu aku pergi, jalani hidup itu dan buktikan jika jalan itu salah!"

Selesai mendengarkan nasehat dari Satomi, aku langsung tersadar akan perkataannya. Aku memang harus melawan Weston dan bersiap untuk resikonya.

"Kau ini bicara apa, orang aneh? Jelas-jelas aku ini lebih baik darimu!"

"Ya, itu berdasar pada pemikiran mu saja."

Tanpa sadar aku mengeluarkan air mata dan berlari ke arah Satomi. Bahkan ketika sudah didekatnya, aku langsung memeluk Satomi dengan erat, mengabaikan semua orang yang ada di tempat sepi ini.

"Hiks! Hiks! Satomi.. aku.. a-aku takut sekali! Hiks! Maafkan aku, Satomi! Hiks!"

"Begitu. Jadi kau memaksakan diri, ya."

Aku terus memeluknya dan menangis sejadi-jadinya tanpa memperdulikan keadaan sekitar.

"Apa-apaan ini?! Hoi, objek sempurnaku. Kenapa kau memeluknya!?"

"Dia manusia, bukan objek sempurna. Setidaknya kau juga tahu itu, Weston. Dia ini mudah takut, jadi aku akan melindunginya. Ini peringatan terakhir, jika kau membuatnya takut lagi, maka aku tidak segan membuatmu takut juga!"

Satomi masih memegang janjinya, aku jadi bingung harus berbuat apa ketika bertemu dengannya lagi. Dalam keadaan masih memeluk orang yang kucintai, aku sekali lagi menyatakan perasaanku dihadapan Weston dan Fisa.

"Satomi, aku mencintaimu! Maafkan aku, tolong jangan abaikan aku lagi. Sebenarnya aku sangat mencintaimu!!"

Berteriak dengan lumayan keras, aku menghabiskan suaraku dalam satu hari ini. Sepertinya tenggorokan ku juga terasa kering sekarang.

Satomi melepaskan pelukannya dan aku pun melihat keadaan sekitar, seperti kepala Weston yang agak menunduk dan tidak menatap kami berdua, dan juga ekspresi tidak senang Fisa yang terlihat dengan jelas.

"Maaf, Elaina. Mungkin ini agak mendadak, tapi aku sudah berpacaran dengan Fisa. Jika kau ingin tahu, aku yang menembaknya lebih dulu dan dia menerimanya."

"..!? Ini bohong kan?"

Perasaan takut, cemas, sedih. Semuanya menjadi campur aduk, dadaku mendadak sakit ketika mendengar kalau Satomi sudah berpacaran dengan Fisa, terlebih lagi dia mengatakannya dari mulutnya sendiri tanpa keraguan, dia juga tidak memikirkan perasaanku sama sekali.

"Weston, kuharap kau bisa berubah jadi orang yang lebih baik. Atau kau harus diberi pelajaran lebih dulu? Aku akan meladenimu."

"Cukup, Satomi. Ayo kita pergi, kau tidak perlu ikut campur lebih jauh. Kau memang berjanji akan melindunginya, tapi jangan sampai menyakiti hatinya."

"Baik, maafkan aku! Aku akan pergi, sampai nanti."

Mereka pergi meninggalkanku berdua dengan Weston. Aku tidak takut lagi, perasaan takut berubah menjadi perasaan sedih sekarang. Jadi seperti ini, rasa sakit ketika melihat orang yang kucintai sudah berpacaran dengan orang lain.

Namun, aku tidak akan menyerah karena hal ini. Masih ada kemungkinan kalau mereka akan putus, benar sekali, akulah orang yang akan menjadi pasangannya di masa depan.

Waktu masih lumayan banyak, jadi aku tidak boleh menyerah. Aku harus fokus pada ujian yang akan dijalankan nanti agar tidak dikeluarkan dan bisa terus melihat Satomi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!