Chapter 1: Kesan Pertama

Ada pertanyaan tambahan walaupun aku tidak terlalu mementingkannya.

Apakah aku benar-benar manusia?

Terdengar konyol, tapi itulah kenyataannya. Aku selalu ditanya seperti itu oleh seseorang sebelum aku bersekolah menengah ke atas.

Jawabannya? Tentu saja aku tidak tahu.

Aku bisa saja bertanya balik kepada mereka.

Seperti apa seseorang yang disebut manusia itu?

Jika terus dipikirkan maka semuanya akan menjadi hal yang terus terulang sama seperti pertanyaan sebelumnya. Oleh karena itu aku tidak akan menanyakan hal seperti itu pada mereka, aku hanya perlu diam dan menjawabnya dengan Entahlah jika perlu.

"Bangunlah! Satomi Adney!"

Seseorang memanggil dan menyuruhku untuk bangun, aku membuka mata perlahan dan mendapati kalau dia adalah seorang lelaki bertinggi badan 185 cm dengan wajah yang menyeramkan. Aku sangat yakin kalau tidak segera bangun, maka hukuman yang berat menanti ku.

Walaupun agak berat, aku dengan terpaksa segera menggerakkan dan membangunkan tubuhku dari kasur. Salah satu kakiku menapak pada lantai kamar, lalu disusul oleh kakiku yang satunya.

Dia sangat berbeda dari ayahku dan tentu saja dia berbeda, bodoh sekali diriku ini. Mungkin karena aku masih belum terbiasa terpisah dengan ayahku, sekarang aku malah membayangkan dirinya.

Walaupun aku mengetahui kalau ini adalah sekolah asrama yang dibatasi, tapi tetap saja aku berharap kalau ayahku akan datang mengunjungi ku nantinya. Aku juga berharap agar bisa melihatnya lagi nanti.

"Waktumu 10 menit, segera bersiap-siap dan pergi!"

Pria ini menyuruhku dengan tegas.

Aku mendapatkan kembali kesadaranku dan berusaha untuk fokus menghadapi apa yang sedang kuhadapi sekarang, yaitu sekolah ini.

"Siap laksanakan!"

Aku lalu menjawab lantang dengan postur tubuh tegap walaupun agak goyah.

"Bagus!"

Selesai mengatakan itu, dia pergi keluar kamar.

Sekarang aku harus mandi lalu bersiap pergi ke sekolah. Aku hanya mandi selama kurang dari 5 menit, lalu aku membuka lemari dan berpakaian seragam olahraga.

Hanya ada tiga seragam di sekolah ini, pertama seragam olahraga wajib, kedua seragam khusus beladiri, dan ketiga seragam klub.

Saat ini aku mempunyai seragam olahraga wajib dan seragam beladiri, itu dikarenakan aku belum memilih klub apa yang harus diikuti.

Selesai bersiap-siap, aku tidak sarapan dan langsung pergi ke sekolah karena makanan disediakan oleh pihak sekolah.

Sesampainya di sekolah aku langsung memasuki kelas. Aku sendiri berada di kelas 1-E, ini adalah kelas dengan kemampuan terendah berdasarkan hasil tes ujian masuk sebelumnya.

Di sekolah ini terdapat 5 kelas setiap angkatannya yaitu kelas A sampai E. Sepertinya jumlah siswanya itu sendiri adalah 31 siswa.

Kelas A adalah kelas unggulan dan sering menjadi kebanggaan sekolah karena selalu memenangkan kejuaraan atletik tingkat nasional maupun internasional. Berbanding terbalik dengan kelas E, ini adalah kelas yang menampung siswa dengan kemampuan pas-pasan atau bisa dibilang naik sedikit tingkatan dari siswa biasa.

"Wah, lihat! Bukankah dia sangat cantik?"

"Kau benar! Dia seperti model dengan kecantikannya yang seperti itu!"

Baru melangkahkan kaki memasuki kelas, aku langsung mendapati keadaan kelas yang tidak biasa. Banyak anak laki-laki yang kagum dan terpesona dengan kecantikan gadis berambut pirang yang duduk di bangku depan.

Semua bangku belakang telah diisi oleh laki-laki mengerikan, jadi terpaksa aku harus duduk di bangku depan sama seperti saat tes dulu.

"Hei, siapa namamu?"

"Apa ada sesuatu yang kau sukai?"

"Ayo kita berteman baik!"

Banyak siswa di kelas yang mengerumuni gadis itu dan kurasa dia sedang dalam kesulitan menghadapi mereka semua. Tidak hanya para laki-laki, para perempuan juga tidak ingin kalah untuk berbicara dengannya.

Orang yang berwajah cantik serta memiliki penampilan yang bagus memang selalu menarik perhatian, itu karena dia memiliki satu daya tarik yang bisa mentolerir semua kesalahan yang diperbuatnya.

Semua berbanding terbalik dengan orang yang tidak memiliki daya tarik satupun, dia akan terus dianggap bersalah walaupun tidak memiliki kesalahan.

Begitulah kehidupan yang tidak adil ini akan terus berlangsung.

"Namaku Lina Lyubochka, aku menyukai tentang pelajaran atletik, salam kenal semuanya!"

Jadi namanya adalah Lina Lyubochka, dia dengan mudahnya populer di hari pertama bersekolah. Dia menyukai pelajaran atletik dan karena itulah dia masuk ke sekolah khusus atletik. Alasan yang bagus, Yuboh.

"Wah, apa kau berasal dari luar negeri? Namamu terdengar asing."

"Kau pasti sangat atletik!"

"Hehe, tidak juga. Tapi terima kasih, kuharap kita bisa berteman baik!"

"Tentu, kita pasti bisa berteman baik!"

Ternyata mengamati dan sedikit memperhatikan sekitar cukup bagus untuk dilakukan, walaupun aku tidak peduli dengan kejadian apa saja yang akan terjadi.

Beberapa menit kemudian, seorang guru laki-laki berambut hitam dan bertubuh tinggi kurus datang memasuki kelas, jika dilihat mungkin tingginya diatas 190 cm. Beliau langsung duduk di kursi guru, membuat banyak siswa panik lalu berhamburan untuk duduk di bangku mereka masing-masing.

"Ya, harap tenang! Aku akan memperkenalkan diriku, namaku adalah Smith Afton, panggil saja pak Smith. Aku akan menjadi wali kelas kalian selama satu tahun penuh, mohon kerjasamanya!"

"Baik, Pak Smith!"

Hanya sedikit siswa yang membuka mulutnya ketika Pak Smith selesai berbicara, mungkin mereka takut dengan tatapan intimidasi yang dikeluarkan olehnya. Tubuhnya lumayan berotot dan tinggi badannya yang seperti atlet lalu tatapannya juga seperti elang yang siap berburu mangsa. Tentu saja itu menakutkan.

"Sebelum aku menjelaskan tentang ujian, ada baiknya kalian saling memperkenalkan diri terlebih dahulu. Dimulai dari kau, perkenalkan dirimu!"

Pak Smith menunjuk jari tangannya ke arahku, itu berarti beliau menyuruhku untuk memperkenalkan diri.

Sebenarnya teman sekelas ku ini sedang bingung dan bertanya-tanya tentang ujian apa yang akan dijalani di hari pertama, tapi karena pak Smith terlalu menakutkan jadinya tidak ada satupun dari mereka yang berani bertanya.

Semua tatapan teman sekelas mengarah padaku. Seperti biasa dan tanpa emosi apapun, tidak perlu berdiri lalu aku langsung mengenalkan diriku.

"Hmm.. ya, namaku adalah Satomi Adney, panggil saja Satomi! Sekian."

"Tunggu Satomi, jangan bercanda! Apakah terlalu sulit bagimu untuk memperkenalkan diri?!"

Tentu saja beliau marah karena perkenalanku yang terlalu singkat. Bahkan aura menakutkannya terasa sangat jelas memenuhi seisi kelas dan itu membuat mereka ketakutan, kecuali diriku sendiri.

"Hmm.. maaf, aku tidak memiliki kelebihan apapun, lagipula tidak ada yang peduli jika aku menyebutkan hal merepotkan seperti hobi dan cita-cita. Bukankah kebanyakan dari mereka hanya akan mengingat bagian pentingnya saja? Seperti nama."

Dengan sedikit bualan, aku menjawab pertanyaannya.

"Menarik sekali Satomi, aku kagum dengan kata-katamu. Baiklah, jika ada satu orang lagi yang memperkenalkan diri sama seperti Satomi, aku akan langsung menyuruhnya keluar. Paham?! Perkenalkan diri kalian dengan benar!"

"Ya! Kami mengerti!"

Semua siswa kecuali aku sontak menjawab dengan tegas ketika Pak Smith mengancam mereka.

Tidak ada yang salah dengan perkenalanku, hanya saja apa yang kulakukan dan kukatakan membuat beliau tak berkutik hingga berujung pada pelampiasan ke siswa lain.

"Selanjutnya kau!"

Pak Smith kembali menunjuk jari tangannya pada seorang laki-laki di sampingku. Tanpa membutuhkan waktu yang lama dia langsung berdiri dan memperkenalkan dirinya. Ternyata dia juga tidak takut dengan pak Smith sama seperti diriku, menarik sekali.

"Yo! Halo semuanya, kalian bisa memanggilku Danna! Aku sangat suka berlari dan cita-cita ku adalah menjadi apapun yang terpenting bisa menghasilkan uang, hahaha!"

Lelaki disampingku bernama Danna, dia terlihat seperti penghibur kelas dengan perkataannya yang seperti itu, bahkan dia masih bisa tertawa sendiri disaat siswa lain sedang ketakutan.

"Ya, setidaknya lebih baik dari Satomi. Selanjutnya!"

Mungkin karena perkenalannya lebih baik dariku, beliau tidak marah dan menyuruh untuk melanjutkannya. Kali ini pak Smith tidak menunjuk jari tangannya karena mereka sudah mengetahui jalan dan gilirannya untuk melakukan perkenalan.

Selanjutnya adalah seorang gadis populer yang seisi kelas sudah mengetahui namanya.

"Izinkan aku memperkenalkan diri, namaku Lina Lyubochka dan panggil saja aku Lina. Hobi ku adalah mempelajari semua hal tentang atletik sedangkan kekuranganku yang paling menonjol adalah aku tidak terlalu menyukai pelajaran matematika. Untuk cita-cita aku ingin menjadi seorang guru olahraga saja, sekian terima kasih!"

"Tepuk tangan semuanya! Perkenalan seperti inilah yang harusnya dapat diterima. Kerja bagus, Lina!"

Pak Smith menjadi bersemangat ketika ada seseorang yang memperkenalkan dirinya sesuai dengan keinginannya. Beliau juga menyuruh semua siswa yang ada di kelas untuk bertepuk tangan.

Demi menghindari pak Smith dalam suasana hati yang buruk, hampir semua siswa bertepuk tangan hingga terdengar bunyi tepukan tangan yang cukup keras.

Apa aku juga melakukannya? Tentu tidak.

Mungkin aku harus memujinya. Yuboh, kau melakukan sesuatu yang baik. Kau membuat suasana kelas membaik karena suara tepuk tangan tadi. Gumam ku.

"Cukup, selanjutnya!"

Untungnya pak Smith tidak mendengarkan apa yang kugumamkan dan Sesi perkenalan terus berjalan.

Aku sudah tidak peduli dengan perkenalan mereka, yang terpenting aku sudah melakukannya lalu memutuskan untuk menyandarkan kepalaku di meja.

Begitulah perkenalan yang panjang dan memakan waktu terus berlangsung, hingga akhirnya semua siswa di kelas sudah memperkenalkan diri mereka.

Jika dipikir-pikir, aku hanya mengetahui dia orang nama teman sekelas ku. Cukup menyedihkan walaupun sebenarnya aku tidak peduli.

"Kerja bagus, kalian semua! Satomi, jangan tidur saat aku akan menjelaskan!"

"Maaf!"

Pak Smith menegurku karena melihat kepalaku yang bersandar di meja lalu tanpa pikir panjang aku langsung meminta maaf, walaupun aku tidak menyesal sama sekali.

"Ya, sekarang aku akan menjelaskan ujian untuk hari pertama kalian. Tolong dengarkan baik-baik! Jadi hari ini kalian hanya akan mencari pasangan bebas dari segi sesama jenis maupun lawan jenis, tapi kalian tidak boleh berpasangan dengan orang yang berbeda kelas. Kalian bisa mendaftarkan diri ke kantor guru ketika sudah mendapatkannya. Untuk waktunya hanya sampai pukul tiga sore, lebih dari itu kalian akan mendapatkan hukuman. Mengerti?"

"Siap, mengerti!"

Guru yang memiliki aura menakutkan memang berbeda, pak Smith dengan mudah membuat seisi kelas mendengarkan dan mengikuti perkataannya. Walaupun kebanyakan dari mereka terlihat bingung, mereka tetap memaksakan diri untuk memahaminya.

"Jika tidak ada pertanyaan, sekian untuk hari ini. Tidak ada pelajaran untuk hari pertama, kalian bebas berkeliaran di sekolah ini tapi jangan ada yang kembali ke asrama sebelum pukul tiga sore!"

"Siap!"

Selesai berpamitan singkat, pak Smith langsung keluar kelas sambil membawa aura menakutkannya, bahkan beberapa siswa masih tidak berani berbicara ketika dia sudah berada di luar kelas.

"Hei, hei. Apa kalian mengerti tentang ujiannya?"

"Kurasa kita hanya perlu berpasangan."

"Memang, tapi bukankah salah seorang menginginkan berpasangan dengan Lina?"

Dirasa pak Smith sudah diluar jangkauan mereka, akhirnya para siswa berani membuka mulutnya dan suara kebisingan mulai terdengar.

Sesuai dengan perkiraan ku, para siswa laki-laki di kelas ingin berpasangan dengan Lina.

"Ini agak sulit, jika kau memiliki kelebihan maka kau akan dengan mudah berpasangan dengan orang yang kau inginkan, tapi itu berbeda ketika kau menjadi orang bodoh seperti dia."

"Kalau tidak salah, namanya Satomi bukan? Dia bahkan berani banyak bicara dengan seorang guru yang menakutkan, aku jadi tidak mengerti kenapa orang sepertinya bisa masuk ke sekolah ini."

"Kau benar, dia sangat aneh dan aku tidak ingin berpasangan dengannya."

Meskipun banyak siswa yang terkejut dengan ujian di hari pertama, mereka tetap bisa menutupinya dengan baik. Bahkan beberapa dari mereka membicarakan tentang aku yang melakukan kesalahan hingga membuat pak Smith kesal.

Sepertinya mencari pasangan akan menjadi hal yang merepotkan karena reputasi ku sedikit menurun karena hal konyol.

Perasaanku saat ini?

Tentu saja tetap datar dan tanpa emosi apapun, ditambah lagi aku tidak peduli dengan mereka. Aku yakin kalau aku akan baik-baik saja walaupun tanpa memiliki pasangan.

Kesan pertamaku tentang sekolah ini?

Merepotkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!