Chapter 8: Berguna

"Cukup semuanya, silahkan berbaris!"

Para siswa termasuk aku dan Elaina langsung berbaris sesuai dengan yang diperintahkan.

"Ya, aku akan memperkenalkan diriku. Namaku adalah Anthony West, panggil saja pak West. Sekarang karena ini pertemuan pertama kita, aku hanya menyuruh kalian untuk bermain sebuah permainan."

"Baik!"

"Ini hanya permainan olahraga ringan, kalian hanya perlu melakukan pull up di sebelah sana sebanyak mungkin. Kalian akan melakukannya secara satu persatu, bagi laki-laki harus bisa melakukannya lebih dari 10 kali dan untuk perempuan hanya perlu melakukan sebanyak satu kali saja. Jika kurang dari itu maka hukuman ringan juga menanti kalian."

Sepuluh kali pull up, ini sangat mudah karena aku bisa melakukannya lebih dari 100 tanpa jeda. Tapi kembali lagi aku harus bisa mengelabui pak West dengan cara melakukannya secara perlahan, mungkin menggetarkan lenganku saat pull up juga ide yang bagus.

Aku tidak ingin kemampuanku terlihat dan menjadi mencolok karenanya, kurasa mencolok karena kebodohan itu lebih baik. Aku ingin menggunakan kemampuanku disaat yang benar-benar tepat, hanya itu.

"Sebagai awalan, kau! Ini hukuman karena kau terlambat."

Pak West menunjuk jari telunjuknya ke arahku, itu berarti beliau menyuruhku untuk menjadi orang pertama yang melakukannya.

"Bukankah hukumanku hanya satu?"

"Bicara apa kau ini? Lakukan saja!"

"Aku mengerti."

Tidak ada gunanya berdebat dengan pak West, jadi aku langsung berjalan ke tempat orang yang biasanya akan melakukan pull up.

Rasanya ini sedikit lebih rendah karena biasanya aku melompat terlebih dulu agar bisa menggapai tiangnya, tapi di tempat ini aku hanya perlu berjingkit sedikit dan tiang pun sudah tercapai.

"Mulai!"

Aku berpegangan pada tiang lalu menarik tubuhku ke atas. Aku akan melakukannya secara berulang, mungkin 11 kali.

"Satu, dua.. tiga.. empat, lakukan dengan serius!"

Suara pak West membuatku berpikir apakah aku tidak bisa mengelabuinya dengan cara sederhana, mungkin hanya kebetulan.

"Sembilan.. sepuluh.. sebelas! Lemah sekali, kenapa hanya bisa sebelas?!"

"Tubuhku sudah terlalu lelah karena push up tadi, maafkan aku."

"Itu hanya alasanmu saja, kenapa kau menahan diri? Apa kau ingin dihukum lagi?"

"Memangnya kau tahu apa? Bukankah matamu sendiri melihat kalau tanganku bergetar hebat saat melakukannya?"

"Sebutkan namamu! Kau benar-benar orang yang menarik."

Mengejutkan, dari sekian banyak orang yang menganggapku aneh, hanya pak West yang mengatakan kalau aku orang yang menarik.

"Satomi Adney, panggilanku Satomi. Haruskah aku mengatakan salam kenal?"

"Boleh juga, kuharap kita bisa berteman baik."

"Kalau begitu pak West, bisakah aku pergi ke toilet sekarang?"

"Kau tidak akan kabur kan? Jangan panggil pak West, kau bisa memanggilku Anthony!"

"Tentu tidak, baiklah. Anthony."

"Biarkan aku memberitahu satu hal lagi. Jika kau menjelaskan alasanmu menahan diri, maka aku akan melepaskan hukumanmu bersama dengan pacarmu itu."

Sebelum aku benar-benar pergi meninggalkan lapangan berkedok izin ke toilet, Anthony berbisik kecil padaku.

Semua teman sekelas menatap ke arahku bingung dan mungkin mereka menyuruhku untuk berhenti membuat seorang guru merasa kesal. Mereka ingin memberitahuku, tapi mereka terlalu takut untuk bicara dan mereka hanya bisa melakukannya lewat tatapan.

Ternyata memang benar aku tidak bisa mengelabuinya dengan mudah, aku terlalu meremehkannya dan sekarang Anthony langsung tahu kalau aku sedang menahan diri.

Aku harus menjalin hubungan yang baik dengannya agar kehidupan tenangku tetap berjalan, mungkin aku juga akan memohon padanya untuk merahasiakan kemampuanku jika memang diperlukan.

Dari awal semuanya sudah merepotkan, sekarang malah menjadi semakin merepotkan. Ya, aku memang harus menghadapinya karena ini adalah pilihanku sendiri.

Tawaran terakhir yang diberikan Anthony, kurasa itu cukup bagus untuk melindungi Elaina. Dari awal dia merasa takut ketika melihat Anthony yang menghukumnya. Untuk itu aku hanya perlu menjawab dengan sedikit kebohongan agar Anthony percaya.

Aku hanya tidak setuju satu hal dengannya, yaitu hubungan antara aku dan Elaina bukanlah pacaran atau semacamnya. Mungkin banyak orang menganggap aku pacaran dengan Elaina itu karena saat kejadian aku memeluknya di depan kelas, tapi sebenarnya mereka salah karena aku sudah menolaknya untuk berpacaran.

"Tunggu, Satomi! Kenapa jalanmu cepat sekali?!"

Suara seorang gadis terdengar memanggilku, terdengar berbeda dari Elaina. Saat menoleh kebelakang ternyata dia adalah Lina dengan rambut pirangnya yang berkilau di tengah sinar matahari.

"Ada perlu apa?"

"Setidaknya hargai aku! Aku membutuhkan keberanian lebih banyak untuk berbohong pada guru mengerikan itu agar bisa membicarakan sesuatu denganmu."

"Jika itu tidak penting, maka aku akan pergi."

"Jangan asal pergi, aku juga tidak tahu apakah ini penting bagimu atau tidak. Tapi aku penasaran."

"Katakan saja."

"Pemujaan berlebihan, aku masih tidak mengerti tentang itu."

"Sudah jelas bukan? Karena kecantikanmu itu, mereka jadi kesal padaku karena sudah menolakmu untuk jadi pasangan dalam ujian nanti."

"Aku juga tahu. Bisa jelaskan lebih lengkap agar aku bisa mengerti?"

"Aku pergi."

Pembicaraan ini tidak penting sama sekali karena Lina harus bisa memahaminya sendiri tanpa perlu repot-repot bertanya padaku.

"Tunggu, baiklah Satomi. Aku akan langsung ke intinya!"

"Kali ini apa lagi?"

"Perasaan dan emosi itu saling berhubungan dan jika salah satunya menghilang, maka perlahan yang satunya juga ikut hilang."

"Apa maksudmu?"

Aku cukup terkejut karena Lina seolah-olah akan menjawab pertanyaan yang terus terulang nomor empat dalam pikiranku.

"Aku hanya ingin agar kau bisa lebih berekspresi dan tidak menjadi anti sosial, dan jika kau melakukannya maka kejadian sebelumnya tidak akan terjadi lagi. Ngomong-ngomong, apa kau sungguh baik-baik saja? Aku melihatmu dipukuli lumayan keras oleh mereka."

"Begitu ya? Kurasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena aku sendiri masih bisa bergerak dengan sangat bebas."

"Hanya itu jawabanmu? Seharusnya kau berterimakasih padaku!"

"Benar juga Yuboh. Kesan pertamaku saat melihatmu hingga sekarang hanya satu, kau itu tidak berguna."

"Hah?! Yuboh? Apa maksudmu?"

"Akan sulit jika dijelaskan, jadi tolong lupakan saja."

Lina tidak berguna?

Tentu saja, saat aku mendengar jawabannya yang seolah-olah menjawab pertanyaan ke-empat. Aku jadi yakin kalau dia tidak berguna, lagipula jawabannya tidak memuaskan rasa penasaranku.

Satu hal lagi, dia hanya penasaran dan ingin aku memberikan kesan pertamaku padanya seperti yang dia katakan padaku.

Karena nama terakhirnya sulit untuk disebut, jadi aku memanggilnya Yuboh. Tapi, aku akan berhenti memanggilnya dengan sebutan itu sekarang. Alasannya karena dia pasti berpikir kalau aku menganggapnya sebagai orang yang spesial ketika aku menyebutnya seperti itu.

"Kau memang aneh! Lihat saja nanti, aku pasti akan lebih berguna darinya."

"Darinya?"

"Benar sekali, dari gadis yang sudah merebut posisi ku!"

Wajah cantik Lina berubah menjadi kemerahan, mungkin karena sinar matahari atau bisa juga karena perasaan marahnya. Lalu tak lama dia pergi meninggalkanku.

Lina pasti tidak mengerti apa yang kumaksud dengan tidak berguna, menjelaskannya pun rasanya percuma saja, jadi aku membiarkannya pergi.

Sepertinya Lina juga berniat untuk menjadi lebih baik dan berguna dari Elaina, aku jadi berharap hasil yang lebih dari perkataannya.

Lupakan saja, aku harus kembali ke lapangan dan memberitahukan alasanku menahan diri. Lagipula aku sudah ke toilet dan melakukan buang air kecil.

"Kau lama sekali, Satomi!"

"Maaf, Anthony. Aku tersesat."

"Hahaha! Apa-apaan itu, kau belum mengenal lingkungan sekolahmu?"

Tidak disangka Anthony yang dikenal lebih mengerikan dari pak Smith bisa tertawa dan tersenyum padaku. Bahkan beberapa siswa juga terkejut dan ingin ikut berbicara dengannya, tapi perasaan takut masih menghantui mereka dan pada akhirnya mereka hanya diam.

"Sekolah ini sangat luas, wajar bukan jika aku tersesat?"

"Ya, tentu wajar. Sekarang bagaimana jika aku mengajakmu berkeliling?"

"Hmm.. aku tidak keberatan, tapi mereka bagaimana?"

"Benar juga. Hmm.. Sampai disini dulu pembelajaran kita, kalian bebas melakukan apapun dan silahkan kembali ke kelas jika pelajaran bela diri sudah habis. Tidak ada hukuman bagi yang kalah, lagipula pull up itu penting dilakukan karena banyak otot bisa dibentuk jika melakukannya. Sekian, kuharap kalian menikmati permainan kecilnya!"

"Siap!"

Para siswa langsung membubarkan diri dengan ekspresi dan perasaan bingung, kini lapangan menyisakan gadis seorang diri, siapa lagi kalau bukan Elaina.

Anthony memang hebat, dia dengan mudahnya mengakhiri pelajaran hanya untuk menemaniku berkeliling sekolah.

Sekarang hanya kami bertiga yang ada di lapangan ini.

"Hoi, pacar Satomi. Bisakah kau mendekat kesini?"

"Ah, baik!"

Dengan wajah takutnya, Elaina berjalan dengan cepat mendekati kami berdua.

"Anthony, dia itu mudah takut dan tolong jangan menakutinya dengan perintah menyeramkanmu itu! Dan juga, aku memiliki banyak pertanyaan untukmu, tapi aku bingung harus memulai dari mana."

"Hahaha! Aku akan mencoba menjawabnya. Pertama, aku murni berasal dari London. Umurku masih 24 tahun dan juga aku sudah memiliki istri dan satu anak."

"Kurasa itu berbeda jauh dengan apa yang ingin kutanyakan."

"Kau tidak boleh mengabaikan pacarmu yang menawan itu, sekarang mari kita mengobrol santai sambil berkeliling sekolah."

"Hmm.. baik."

Kami bertiga mulai berjalan dengan rute lurus, aku yakin kalau Anthony tidak berniat untuk mengajak kami berjalan-jalan.

"Pacar Satomi, bagaimana pendapatmu tentang pacarmu sendiri?"

"Anu.. sebenarnya kami, tidak pacaran sama sekali. Tapi, Satomi itu adalah seseorang yang tenang dan bisa menyelesaikan masalah apa saja."

"Bohong sekali. Kalian terlihat mesra, apalagi kalian juga terlambat hampir secara bersamaan. Bukankah kalian sedang melakukan hal mesum hingga terlambat?"

"Tid-..."

"Kau yang mesum, Anthony. Berhenti membuatnya merasa tidak nyaman!"

Aku menyela pembicaraan sebelum Elaina sempat membuka mulutnya.

"Kalau begitu maaf, pacar Satomi. Semoga saja hubungan kalian bisa lebih dekat."

"Ya, terima kasih."

Kami bertiga terus berjalan dengan pembicaraan tak berujung hingga akhirnya sampai di tempat ku dan Elaina mendaftarkan diri sebagai pasangan.

"Sayang sekali Satomi, aku hanya bisa mengajakmu berkeliling sampai ke kantor guru."

"Tidak masalah."

"Katakan sekarang, kenapa kau menahan diri? Jika kau tidak menjawab, maka aku akan melaporkan keterlambatan kalian pada pak Smith."

"Langsung saja, aku adalah orang yang terlalu cepat puas dengan hasil yang kudapatkan. Terlebih lagi aku selalu tidak konsisten dengan apa yang kulakukan, jadi karena itulah aku menahan diri dan berusaha untuk mengembangkan salah satu kemampuanku saja."

"Hmm.. alasanmu masuk akal, baiklah. Aku menantikan salah satu kemampuanmu itu. Kalian bisa pergi sekarang!"

"Baik."

Aku dan Elaina lalu berbalik arah setelah Anthony memasuki ruang guru, kami tidak memiliki tujuan lain selain ke kelas.

"Kau tidak pandai berbohong. Dengan caramu yang seperti itu, maka orang lain akan dengan mudah mengetahui kemampuanmu dan kau akan kerepotan karenanya."

"Aku mengerti, aku hanya perlu menjadi lebih lemah dan bodoh agar bisa mengelabui lebih banyak orang juga."

Harlow Elaina, aku belajar sedikit hal tentangnya. Kurasa dia memang lebih berguna dari Lina.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!