Chapter 17: Ujian Atletik Part 1

"Kau bilang kalau kau tidak tertarik dengan hubungan romantis dan mengatakan kalau itu merepotkan. Lalu kenapa kau berpacaran denganku?"

Sesuai dengan perjanjian kemarin saat selesai latihan bermain voli, aku bertemu dan berangkat bersama dengan Fisa.

Kami terus berbicara tentang banyak hal hingga akhirnya mendapat topik pembicaraan yang agak sulit untuk kujawab.

Ini termasuk salah satu sifat buruk ku. Labil, aku seringkali mengalaminya ketika mengambil keputusan dan hanya perlu beberapa saat, keputusanku berubah.

Aku tidak bisa mengatakan ini pada Fisa karena akan sangat beresiko, dia bisa merasa murung ketika aku jujur dengan sifatku yang satu ini.

Itu berbeda dengan Elaina, sikap tulusnya membuat dia bisa memaafkan semua sifat buruk ku.

Bagaimanapun semua manusia itu berbeda-beda, dibalik banyak kebaikan manusia pasti tetap akan ada keburukannya, sekecil apapun itu. Begitu juga sebaliknya.

"Kau itu berbeda. Jauh di dalam hatiku, aku ingin semakin dekat denganmu."

"Fufu- aku memang terkejut karena kau tiba-tiba mengajakku untuk berpacaran, tapi aku juga senang. Karena itulah aku menerima ajakanmu itu."

Satu masalah selesai begitu cepat, sekarang masalah selanjutnya adalah tentang ujian hari ke-empat. Ujian atletik, aku penasaran apa saja yang dilakukan dalam ujian ini.

"Sampai nanti, Fisa!"

"Ya, kita akan bertemu lagi disini."

Melakukan perpisahan singkat, kami berpisah di taman tempat biasa aku bersantai.

Ruang kelas, hanya ini tujuanku sekarang. Aku terus berjalan hingga akhirnya berhasil memasukinya walaupun nyaris terlambat.

"Lebih baik kau terlambat saja!"

"Selamat pagi, pak Smith. Maaf, aku hampir terlambat!"

"Masuklah!"

"Baik!"

Sapaan pak Smith pagi ini terasa kasar sekali. Walaupun begitu, beliau tetap mempersilahkan ku masuk.

Ujian atletik di ruang kelas. Pak Smith menjelaskan pada semua siswa sebelum masuk ke ujian atletik, mereka harus memilih salah satu dari tiga disiplin: anggar, panahan, atau tinju.

Pilihan disiplin akan dilakukan melalui voting yang bisa dilakukan melalui jam tangan.

Instruktur akan memberikan demonstrasi di setiap olahraga untuk menunjukkan apa saja yang terlibat dan bagaimana hal itu dilakukan dengan benar.

Anggar: Sepotong sutra panjang membentang di antara dua tiang, ini adalah senjata yang digunakan untuk bertarung dengan pedang dan belati. Ini juga membutuhkan koordinasi tangan-mata dan refleks yang cepat.

Instruktur anggar akan mendemonstrasikan cara memegang senjata yang benar serta cara menangkis serangan. Kemudian kelas akan bertarung.

Tinju: Seni bela diri kuno ini mengajarkan siswa pengendalian diri dan disiplin melalui latihan fisik. Instruktur akan mengajari cara meninju, mengait, menyilang, dan menusuk; tetapi hanya setelah menguasai teknik dasar. Petarung terbaik biasanya adalah mereka yang dapat menggabungkan pukulan ini dengan gerakan bertahan seperti memblokir atau menghindar.

Guru instruktur akan mendemonstrasikan dasar-dasar tinju. Setelah itu, dia akan menyuruh bertanding melawan siswa lain.

Panahan: Dalam olahraga ini menggunakan busur dan anak panah yang digunakan untuk menembak target yang dipasang di lapangan. Meskipun tidak membutuhkan kekuatan yang besar, bidikan yang baik sangat penting karena panah dapat menempuh jarak lebih dari 150 yard.

Guru instruktur akan mendemonstrasikan teknik memanah sebelum para siswa mencobanya sendiri. Kemudian siswa akan berlatih menembak sasaran boneka.

Guru instruktur akan menjelaskan aturan tantangan. Kemudian dia akan menyuruhmu bertanding melawan siswa lain.

Ketiga disiplin tersebut memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Para siswa harus memutuskan mana yang paling cocok untuknya dan melakukan voting.

Sebelum dimulai, para siswa harus tahu bahwa pemenangnya akan ditentukan oleh seberapa besar jumlah voting yang dipilih satu kelas.

"Voting sekarang! Waktunya hanya lima menit."

"Baik."

Para siswa bergegas memainkan jam tangannya dan memilih salah satu dari tiga disiplin. Anggar, tinju, dan panahan.

"Satomi, kau pilih apa? Aku hanya bisa mengikuti mu."

"Hmm.. mungkin panahan, walaupun aku yakin tinju akan jauh lebih unggul."

Aku memainkan jam tangan dan menekan bagian voting di dekat waktu yang tertampil. Setelahnya terdapat tiga tulisan disiplin yang harus dipilih, konsekuensinya jika tidak memilih adalah mendapatkan pengurangan poin.

Panahan.

Menekan pada tulisan itu, Elaina juga ikut denganku dan memilihnya.

"60 detik! Masih ada 8 siswa yang belum melakukan voting. Cepat lakukan, atau pengurangan poin akan terjadi!"

Pak Smith mendesak siswa yang belum melakukan voting agar segera memilihnya.

"Seperti biasa, pak Smith memang mengerikan."

"Ya, begitulah."

Akhirnya semua siswa di kelas sudah melakukan voting dan hasil tertampil dengan jelas di masing-masing jam tangan kami.

Anggar: 8 Vote

Tinju: 11 Vote

Panahan: 12 Vote

Anggar mendapatkan paling sedikit voting, sedangkan tinju dan panahan memiliki selisih tipis yang dimenangkan oleh panahan.

Aku sedikit tidak menyangka kalau panahan akan menjadi pemenangnya, dengan begitu ujian atletik akan dilakukan dengan panahan.

"Pemenangnya adalah panahan. Kalian sudah memilih sesuai keinginan, jangan berkecil hati jika disiplin yang kalian voting tidak terpilih."

"Baik."

"Bagus! Sekarang aku akan memberitahu tentang ujian atletik hari ini, kalian hanya perlu melakukan gerakan dasar seperti push up, sit up, dan pull up. Kalian dapat melakukan setiap satu gerakan dasar yang memiliki maksimal 33 kali, satu gerakan bernilai satu poin. Lalu ketika sudah selesai, gerakan dasar berganti hingga selesai. Meminta untuk mengganti gerakan dasar diperbolehkan, tapi itu hanya bisa dilakukan ketika kalian sudah merasa tidak sanggup untuk melakukannya."

Penjelasan pak Smith terdengar agak sulit untuk dipahami.

"Pak Smith, bagaimana dengan panahannya?"

Aku bertanya tanpa ragu untuk menjawab rasa penasaranku.

"Untuk ujian atletik panahan, kalian akan melakukannya besok hari. Ya, itu adalah hari terakhir kalian melakukan ujian sebagai siswa baru. Sejujurnya aku cukup terkesan karena pada angkatan terdahulu, beberapa siswa di kelas E sudah di dropout padahal baru beberapa hari saja mereka bersekolah."

Pak Smith terdengar seperti memuji para siswa di kelas. Tidak, kurasa beliau tidak mengatakannya dengan tulus. Itu terdengar seperti hinaan bagi mereka.

"Sudah waktunya, Satomi Adney. Kau yang pertama."

"Hmm.. baiklah."

Kejadian seperti ini, aku memang sudah menduganya. Menjadi orang pertama dan menjadi contoh bagi siswa lain dalam percobaan ujian merepotkan ini.

Push up, 33 kali. Sit up, 33 kali. Pull up, 33 kali. Satu gerakan bernilai satu poin, jadi aku akan mendapatkan 99 poin jika bisa melakukan semuanya.

Aku tidak berniat untuk mendapat nilai sempurna, aku hanya mengincar nilai 60. Rencana ku untuk ujian kali ini,

Push up, 25 kali. Sit up, 20 kali. Pull up, 15 kali. Dengan begitu totalnya adalah 60, tentu saja aku harus menahan diri agar tidak terlihat menonjol.

"Lakukan disini!"

"Ya, aku mengerti."

Banyak tatapan teman sekelas yang menatap ke arahku. Tentu saja mereka penasaran bagaimana cara ujian ini berjalan, mungkin kali ini aku akan berbuat sedikit kebaikan pada mereka.

Aku mengambil posisi push up biasa lalu mendorong bagian lenganku ke bawah. Satu, dua, tiga, ..., sepuluh, ..., dua puluh, ..., dua puluh lima. Cukup sampai disana, aku sengaja menggetarkan lenganku agar terlihat seperti mengalami kelelahan.

"Tolong ganti gerakan, aku sudah menyerah dengan push up."

"25 gerakan, push up. Selanjutnya!"

Pak Smith mencatat hasil ujianku di sebuah kertas.

Gerakan dasar selanjutnya adalah sit up.

"Pak Smith, maaf mengganggu. Bisakah kau memegangi bagian kaki ku?"

"Ya, tidak masalah."

Pak Smith mendekat padaku, lalu beliau memegangi bagian kaki seperti yang aku suruh.

Aku terus melakukan gerakan sit up dan aku juga sengaja melakukannya secara lambat. Tidak ada alasan untuk itu, aku hanya ingin membuang-buang waktu saja.

Hingga saat di hitungan ke 20, akhirnya aku berhenti dan memberikan aba-aba kalau aku sudah menyerah dengan sit up.

"Kenapa Satomi? Ingin ganti gerakan?"

"Ya, tolong. Aku sudah tidak kuat."

"20 gerakan, sit up. Selanjutnya! Kau bisa bergantung pada bagian diatas pintu sana."

Ujian atletik untuk hari ini terkesan sangat sederhana. Para siswa hanya disuruh untuk melakukan gerakan dasar dan menilainya berdasarkan seberapa banyak mereka bisa melakukannya.

Abaikan semuanya. Aku tidak peduli lagi dengan tatapan teman sekelas ku dan memutuskan untuk segera melakukan pull up sebanyak 15 kali.

Sepersekian detik, aku menatap wajah Elaina dan juga Lina. Ternyata mereka berdua sama-sama memperhatikanku dengan serius. Begitu juga dengan Danna yang terlihat seperti mengamati sesuatu dariku.

Aku berjalan ke bagian pintu lalu menaikkan kedua tanganku agar bisa bergantung di bagian atasnya.

Satu tarikan tubuh terasa ringan. Saat di lima belas tarikan, tubuhku terasa lebih ringan dari sebelumnya. Cukup, aku melepaskan tanganku dan tidak lagi bergantung di bagian atas pintu.

"Sudah selesai? 15 gerakan, pull up. Satomi Adney, nilaimu adalah 60. Benar-benar buruk dan menjijikkan."

"Begitu ya? Maaf karena tidak bisa memenuhi ekspektasi mu yang tinggi."

"Kau boleh pulang sekarang, kusarankan agar berlatih lebih keras untuk besok. Selanjutnya, Danna!"

Ternyata ujian atletik yang kujalani hari ini hanya memerlukan waktu 10 menit untuk menyelesaikannya.

Aku diperbolehkan pulang dan aku pun keluar kelas lalu berbaring di rerumputan taman seperti biasanya, sambil menunggu kedatangan Fisa yang terasa cukup lama.

Saat dia sudah datang, kami membicarakan banyak hal seperti tentang ujian yang barusan kuselesaikan hingga tentang olahraga bola voli. Fisa terlihat sangat senang karena aku juga memiliki minat terhadap olahraga yang disukainya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!