Chapter 11: Pengkhianatan Elaina

Ada apa dengan diriku sekarang?

Ini aneh sekali, aku yang biasanya tidak peduli dengan orang lain kini merasa sedikit kesal ketika melihat Elaina diganggu oleh seorang lelaki.

Walaupun sangat sedikit, perlahan aku bisa memunculkan perasaan dan emosi dari dalam diriku, walaupun aku tetap saja tidak bisa mengeluarkannya.

Ini adalah hal baru dan pertama kalinya aku peduli dan memperhatikan seseorang dengan serius. Entah kenapa ketika aku terbangun dari paha Elaina, aku langsung terpaku pada rambut peraknya yang panjang, itu sangat indah hingga tanpa disadari aku membelainya dan membuat Elaina takut.

"Tidak, aku tidak mau!"

"Ayolah Harlow! Kenapa kau memilih bersama orang aneh itu?!"

"Kau tidak perlu tahu! Aku sangat nyaman ketika bersamanya dibandingkan dengan mu."

"Sadarilah sebelum terlambat! Dia itu hanya anak bodoh yang memiliki wajah datar."

"Kau salah, dia itu ku-. Bisa memahami ku lebih baik!"

"Ku? Jadi kau menyembunyikan sesuatu, kau tidak keberatan jika aku menyakiti orang itu? Atau kau ingin rahasiamu tersebar?"

"Itu-.."

"Pilihan yang sulit bukan? Kau selalu mengganti pacar bahkan ketahuan selingkuh dan pada saat yang sama, kau hampir melakukan hal dewasa denganku."

"Kenapa kau masih terobsesi dengan ku?! Bukankah kau memaksaku untuk melakukannya? Lagipula itu tidak terjadi karena aku terus menolak! Dan yang tukang selingkuh itu adalah kau sendiri! Kenapa menuduhku?!"

"Tenanglah objek sempurna ku, aku hanya bercanda tentang yang tadi. Rahasiamu sebenarnya, apa kau yakin tidak masalah jika aku membocorkannya?"

Saat ini aku mendengarkan percakapan antara Elaina dengan lelaki yang sepertinya adalah teman SMP-nya dulu. Karena terdengar cukup menarik, aku memutuskan untuk tidak langsung menolongnya walaupun Elaina merasa takut.

"Itu.. anu-"

"Kau tidak berani menatap mataku, ada apa Harlow? Objek sempurnaku sering berontak akhir-akhir ini."

"Berhenti memanggilku seperti itu! Kau menjijikkan!"

Dia menyebut Elaina sebagai objek sempurna, terkadang dia memanggilnya Harlow, aku tidak begitu mengerti. Namun karena Elaina sudah terlihat sangat takut, aku harus mendekat ke arah mereka berdua.

"Elaina, sedang apa kau disini?"

"Satomi?!"

Elaina sedikit mengeluarkan air matanya dan melihatnya saja sudah membuatku merasa kesal pada lelaki ini.

"Sialan, jangan melewatiku begitu saja!"

"Ah maaf, aku sedang mencari Elaina dan tanpa sengaja aku menemukannya bersamamu."

"Kau pasti sengaja melakukannya."

"Itu tuduhan tak berdasar, semuanya benar-benar kebetulan."

"Jangan kau kira hanya bisa akrab dengan seorang guru mengerikan, maka kehidupan sekolahmu akan jauh dari gangguan!"

Dia terlalu berisik padahal aku hanya ingin menjemput Elaina dan membuatnya menjauh.

"Aku tidak berpikir seperti itu. Elaina, kau baik-baik saja?"

"Ya, kurasa."

Elaina berbohong dan tentu saja aku tahu. Dia masih bimbang karena ancaman yang diberikan.

"Itu adalah pilihanmu, Elaina. Maaf jika aku ikut campur urusan kalian, tapi aku akan bertindak sesuai dengan keputusan Elaina."

Jika Elaina memilih bersama dengan lelaki ini demi menjaga rahasianya, maka aku tidak perlu mendekatinya lagi walaupun di dalam diriku tidak akan menerimanya.

Aku masih tidak tahu rahasia apa yang membuat Elaina bisa dengan mudah diancam seperti ini, tapi yang pasti rahasia ini akan berpengaruh pada kehidupan sekolahnya.

"Bagaimana Harlow? Pilihlah aku atau kau akan menyesal!"

"Tidak perlu dipikirkan, aku menghargai apapun keputusanmu."

Dua pilihan yang cukup berat bagi Elaina. Dimana kedua pilihan itu sama-sama memiliki satu kesimpulan, yaitu merepotkan.

Elaina menatap kami berdua bingung sambil menyeka air matanya yang sedikit keluar. Lalu setelah beberapa saat barulah mulutnya terbuka untuk berbicara.

"Maaf Satomi, aku terpaksa melakukannya. Aku memilih Weston, mohon kerjasamanya."

"Bagaimana orang aneh sialan? Dia pasti memilihku karena aku jelas lebih baik darimu."

Aku sudah menduga hal ini sebagai kemungkinan tertinggi dan benar saja, dia tidak memilihku karena memiliki resiko yang lebih besar.

Karena Elaina memilih lelaki itu, tentu saja ada satu pihak yang merasa senang dan satu pihak lagi merasa gelisah. Pihak yang senang tentu saja adalah lelaki itu dan perasaan gelisah datang dari pihak elaina.

Jadi namanya adalah Weston, namanya sedikit mirip dengan guru bela diri Anthony West. Kurasa itu hanya kebetulan.

Weston memiliki perawakan arogan sedangkan Anthony hanya suka menatap tajam orang lain. Weston juga memiliki warna rambut hitam dengan wajah berkulit putih seperti orang eropa pada umumnya, berbeda dengan Anthony yang memiliki warna kulit agak kecoklatan.

"Ya, begitulah. Kalau begitu aku akan pergi."

"Kalau bisa jangan ganggu dia lagi!"

"Aku mengerti."

Entah karena sifat bawaan ku ataupun yang lain, aku kembali lagi menjadi apatis dan menganggap masalah ini sangat merepotkan. Lalu tanpa melihat kebelakang lagi, aku pergi meninggalkan Elaina bersama dengan Weston.

Aku membiarkan Elaina?

Tentu tidak, Elaina merasa takut dengan Weston dan aku juga sedikit kesal dengannya. Aku sudah berjanji pada elaina untuk melindunginya, jadi yang harus kulakukan sekarang adalah mengawasi Elaina dari kejauhan tanpa diketahui oleh Weston.

Ini memang merepotkan, tapi aku ingin sekali melihat wajah Elaina dengan senyuman penuhnya yang tulus, dan tentu saja bagian paling menarik tentangnya adalah rambut peraknya yang panjang itu.

Semuanya kembali ke titik awal, dimana aku tidak akan berteman dengan siapapun dan menjadi anti sosial. Jika Elaina menyebarkan kemampuan dan bekas luka ku sekalipun, tetap saja mereka tidak akan percaya dan menganggap semuanya terjadi begitu saja.

Anggap saja untuk saat ini aku hanya memiliki satu teman, yaitu Danna. Tapi aku tidak ingin melibatkannya, kurasa aku akan menjadi murid pendiam dan mengabaikan semua perkataan teman sekelas ku baik itu Elaina, Lina, maupun Danna.

Ada kemungkinan kalau mereka akan terus keras kepala mengajakku untuk berbicara, untuk itu aku hanya perlu menjauh dari mereka sejauh-jauhnya jika memang terjadi.

"Oh, Satomi. Kebetulan sekali ya!"

"Anthony, apa yang kau bawa itu?"

"Jangan bertanya lebih lanjut, apa kau sedang luang? Bantu aku sekarang!"

"Baiklah."

Aku terus berjalan tanpa tahu arah dan secara kebetulan bertemu dengan Anthony. Dia lebih merepotkan hingga secara terpaksa aku harus membantunya.

"Ini alat tes bukan?"

"Tepat sekali, tolong bawakan kardusnya ke gedung olahraga!"

"Ya."

Anthony menyerahkan satu kardus yang berisi dengan penuh alat tes lalu aku pun menerimanya dengan terpaksa. Beliau memintaku untuk membawanya ke gedung olahraga.

"Kau terlihat berbeda hari ini."

"Kurasa sama saja."

Kami berdua lalu berjalan beriringan sambil membicarakan sesuatu, pembicaraan ini pasti akan berakhir ketika sudah sampai di gedung olahraga.

"Ayolah, kau tidak bisa membohongi ku. Perubahannya sangat jelas."

"Begitu ya?"

"Jika kau memiliki masalah, cerita saja padaku."

"Aku hanya sedang bingung sekarang. Menurutmu, apakah sebuah janji harus ditepati?"

"Bicara apa kau ini? Tentu saja jawabannya adalah harus. Janji yang kau ucapkan itu, jika kau mengingkarinya maka jari kelingking mu akan dipotong."

"Itu hanya hukuman zaman dulu, sekarang hukumannya tidak diberlakukan lagi."

"Lupakan tentang potong jari, memangnya kau ada berjanji apa pada seseorang?"

"Ya, aku berjanji pada Elaina kalau aku akan melindunginya, tapi sepertinya dia sendiri sudah mengkhianati ku. Menurutmu aku harus bagaimana?"

"Jadi ini masalah pasangan. Solusi terbaik adalah memahami situasinya, seperti alasan kenapa dia mengkhianatimu. Aku cukup yakin kalau masalah kalian hanya didasari oleh kesalahpahaman."

"Begitu ya?"

"Ya, karena kita sudah sampai. Kalau begitu terima kasih sudah mau membantuku, cepatlah berbaikan dengannya!"

"Ya."

Anthony ceria sekali, walaupun dia akan sangat berbeda ketika sedang mengajar. Seperti itulah seorang guru seharusnya, aku dapat merasakan profesionalitasnya.

Sekarang apa?

Aku kembali berjalan tanpa tujuan. Jika dilihat-lihat, gedung olahraga tadi sangat besar bahkan terasa seperti stadion sepak bola. Kurasa wajar saja karena gedung itu adalah tempat utama para siswa untuk melakukan apapun yang berhubungan dengan fisik.

Aku terus berjalan hingga akhirnya tersesat lagi sama seperti hari pertama.

Seorang perempuan mendekat ke arahku, itu pasti hanya kebetulan dan tidak mungkin kalau dia memiliki urusan denganku.

"Kau, bisa bicara sebentar?"

Sungguh mengejutkan, dia berbicara padaku. Perempuan ini memiliki rambut pendek berwarna hitam pekat, tubuhnya lumayan tinggi dan kurasa dia adalah tipe perempuan yang dewasa dari penampilannya.

"Hmm.. ya, boleh saja. Ada apa?"

"Sebelum itu kita harus bicara di tempat yang lebih santai. Bagaimana kalau di bangku sana?"

"Aku tidak keberatan."

"Sudah diputuskan, ayo!"

Hanya perlu berjalan beberapa langkah untuk sampai di bangku yang dituju oleh perempuan dewasa ini, lalu kami duduk bersebelahan karena bangkunya di desain untuk memuat dua orang saja.

"Siapa namamu, cool-boy?"

"Cool-boy? Tolong jangan memberiku julukan aneh."

"Itu tidak aneh, itu keren!"

"Satomi Adney."

"Kalau begitu Adney, sebenar-.."

"Panggil aku Satomi. Aku membenci nama belakangku sendiri."

"Wah, maaf Satomi. Sebenarnya siswa kelas 1-A akan menjalani sebuah ujian khusus dimana mereka harus beraktivitas bersama dengan salah seorang siswa kelas 1-E, dan itu harus lawan jenis. Oh iya, namaku Fisa Campbell, panggilanku Fisa. Salam kenal ya!"

"Apakah itu seperti ujian pasangan lainnya? Lalu kenapa harus aku?"

"Lihat ini!"

Namanya adalah Fisa, sepertinya dia adalah seorang gadis yang satu angkatan denganku. Lalu dia memainkan jam tangannya dan menunjukkan sebuah angka padaku.

Jam tangan sudah diberikan pada kelas A, sepertinya perbedaan semakin terlihat jelas.

"246? Jumlah poinmu?"

"Ya, poinku masih cukup rendah dibandingkan dengan yang lain. Kau tahu, aku hanya berada di urutan belakang."

"Kau masih jauh lebih baik, aku sendiri berada di kelas E."

"Begini Satomi, aku sudah membuntuti mu sejak di halaman kantor guru. Saat itu aku melihat kau bersama dengan pak West dan seorang gadis manis, apa dia pacarmu?"

"Dia bukan pacarku, aku tidak tertarik dengan hal romantis. Itu merepotkan. Jadi kau membuntuti ku sejak disana? Kenapa?"

"Ujiannya akan berlangsung dua Minggu lagi, tentu saja aku tertarik padamu yang seperti tidak memiliki rasa takut. Lagipula setelah kalian melakukan ujian Minggu depan, Minggu depannya lagi ujian yang sama akan diberikan. Lalu karena dia bukan pacarmu, seharusnya tidak masalah bukan jika kita terus bersama?"

Aku ingin menolaknya, tapi ini penting untuk ujianku kedepannya.

Sekolah ini merepotkan, mereka sangat mementingkan pasangan dan mengukur kemampuan sosialisasi para siswanya.

Aku melihat perempuan yang sudah melanggar hak privasi ku, sepertinya aku akan melakukan sesuatu untuk mengujinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!