Ujian hari kedua akan segera dimulai, beberapa siswa kelas 1-E sudah berada di kelasnya dan menunggu pak Smith datang untuk memberikan soal ujian.
"Nilai kita, 71. Tidak buruk juga."
"Maaf, Satomi. Aku mengecewakanmu."
"Kita ada di peringkat tiga dalam ujian kemarin, berbangga dirilah!"
"Ya, aku sudah mengerjakannya sesuai batas kemampuan ku. Terima kasih, Satomi. Tanpa dirimu aku pasti akan mendapat nilai dibawah 50 lalu mendapatkan pengurangan poin setelahnya."
"Tidak masalah, ini sebagai permintaan maaf ku. Aku tidak tahu harus berbuat apa setelahnya melihatmu menangis karena diriku, aku hanya bisa terpikir untuk membantumu dalam ujian satu Minggu ini dan mencegah pengurangan poin yang akan terjadi."
"Kau pembohong! Tapi, aku tetap tidak bisa mengubah perasaan ku. Aku akan terus mencintaimu walaupun rasanya sakit sekali."
"Jangan memaksakan diri, Elaina."
"Aku tidak memaksa diriku! Aku memang harus melakukannya untuk diriku sendiri."
"Begitu? Ya, aku kurang mengerti. Tapi berjuanglah semampu yang kau bisa!"
Setelah terus melihat ketulusannya yang seperti ini, aku hanya bisa menyemangati nya tanpa bisa membantu. Memang kejam dan tidak berperasaan, seperti itulah diriku.
Rasa bersalah yang kupikirkan, sepertinya itu hanya omong kosong belaka. Buktinya, aku malah mengabaikan perasaan Elaina dan berpacaran dengan Fisa.
"Satomi, menurutmu bagaimana dengan hari kedua ini?"
"Tidak ada yang perlu dipikirkan, aku bisa mendapatkan nilai yang kau mau."
"Pengetahuan umum, ya. Kurasa mengingat banyak hal tentang itu sangat menyulitkan. Maaf Satomi, aku tidak akan membiarkanmu mengerjakan semua soalnya. Biarkan kita bekerja setengah-setengah."
"Maksudmu berbagi?"
"Ya."
"Aku tidak keberatan. Ayo lakukan!"
Tepat saat itu juga, pak Smith datang dengan lembaran kertasnya, membuat seluruh siswa di dalam kelas berhamburan untuk duduk di bangku mereka masing-masing.
"Selamat datang di hari kedua, kali ini ujian tertulis tentang pengetahuan umum. Kuharap kalian mendapat hasil yang baik, aku ucapkan selamat bagi yang mendapatkan peringkat tiga besar dalam ujian kemarin, penambahan poin akan lebih besar dari yang lain. Sekian, waktunya dua jam. Kerjakan sekarang!"
"Baik!"
Pak Smith membagikan selembar kertas ke meja-meja siswa yang berpasangan dan satu orang yang tidak berpasangan dan setelah mendapat kertas itu, mereka langsung mengerjakan ujiannya.
Soal pengetahuan umum, ini memang dasar dari pengetahuan tentang olahraga. Soal ini juga sangat berbeda dari yang kemarin, maksudku soal kemarin tidak berhubungan sama sekali dengan olahraga dan untuk soal sekarang, sangat berhubungan dengan olahraga atletik. Contoh soalnya adalah...
Siapa pencipta olahraga Basket?
Pada tahun berapa James Naismith menciptakan olahraga Basket?
Seperti itulah, soal yang diberikan bisa berhubungan dengan soal lainnya.
Jawabannya?
Mudah sekali.
Pencipta olahraga basket adalah James Naismith dan untuk tahunnya menciptakan olahraga basket adalah tahun 1891.
100 soal untuk ujian seperti ini, kurasa terlalu mudah. Aku hanya perlu waktu 7 menit untuk menyelesaikan 50 soal, dan sisanya aku harus menyerahkannya pada Elaina.
"Aku sudah selesai, tolong kerjakan sisanya!"
"Kau memang hebat! Ya, serahkan sisanya padaku."
Kemarin aku menyelesaikan 60 soal dan sisanya dikerjakan oleh Elaina, yang berarti dia bisa menjawab 11 soal dengan benar. Pada akhirnya dengan hasil seperti itu, kami berdua mendapatkan peringkat ke tiga dalam ujian matematika kemarin.
Aku dan Elaina sama-sama tidak terlihat senang dengan hasilnya, karena perbedaan antara peringkat satu dan dua lumayan jauh. Peringkat satu mendapatkan nilai 97 dan peringkat dua mendapatkan nilai 92, lalu disusul dengan aku dan Elaina yang mendapat nilai 71.
Peringkat tiga besar itu akan mendapatkan penambahan poin.
Penambahan poin, ya. Aku penasaran seberapa besar poinku akan ditambah.
Saat ini aku hanya bisa melihat Elaina mengerjakan soal ujiannya, dia terlihat sangat serius hanya karena satu soal yang dianggapnya sulit.
Aku melirik ke bagian soalnya.
Rotasi dalam olahraga Voli dilakukan saat?
Jadi pertanyaan seperti itu. Kupikir Elaina mengetahuinya, tapi ternyata tidak.
Biasanya, rotasi dalam permainan bola voli dilakukan jika sebuah tim berhasil mencetak angka atau poin. Adapun rotasi atau perpindahan pemain dilakukan searah jarum jam. Rotasi tidak perlu dilakukan jika sebuah tim berturut-turut mendapatkan angka.
"Apa perlu kujawabkan?"
"Eh? Tidak perlu, aku harus mengerjakannya sendiri."
"Begitu ya? Semangat."
"Ya, terima kasih."
Aku menghargai sikap pantang menyerahnya itu, jadi aku akan menyerahkan semua sisa soalnya pada Elaina.
Begitulah ujian kedua hari ini akan berakhir. Aku dapat melihat kerja keras Elaina, dia bersusah payah untuk menjawab semua soal yang diberikan.
"Waktu kalian tersisa 5 menit lagi! Jika kalian sudah selesai, maka kalian boleh pulang!"
"Baik!"
Sudah banyak siswa yang menyelesaikan ujiannya, jadi mereka langsung keluar kelas termasuk aku dan Elaina.
"Bagaimana, Elaina?"
"Aku baik-baik saja."
"Begitu ya? Kalau begitu sampai besok."
"Umm.. ya."
Aku ingin segera menemui Fisa yang ada di kelas 1-E dan membicarakan banyak hal dengannya, termasuk tentang jam tangan ini.
"Anu, Satomi. Bisa bicara?"
"Oh, Lina. Ada apa? Jika tidak penting maka aku akan langsung pergi."
"Ini tentang ujian besok."
Disaat aku hendak melangkahkan kakiku, Lina menghambat ku dan mengatakan kalau dia perlu bicara denganku. Terlebih lagi dia mengatakannya di depan Elaina.
"Kalau begitu, bicarakan saja pada Elaina. Dia lebih memerlukannya ketimbang diriku karena aku akan baik-baik saja dengan kejadian apapun."
"Hehh.. kau sombong sekali, padahal hanya mendapat peringkat tiga. Aku yakin kalau Elaina berusaha keras untuk mendapatkannya dan kau hanya menikmati hasilnya."
"Ya, kau benar. Elaina sudah berusaha keras. Sekarang biarkan aku pergi."
"Umm.. kalian berdua."
"Kenapa, Elaina? Pasti berat sekali bukan? Melakukan sesuatu untuk orang aneh sepertinya."
Melihat kejadian ini, aku yakin kalau Lina masih belum menyerah untuk menjadikanku pasangannya. Apalagi aku mendengar kalau pasangan akan bisa diganti dalam waktu tiga bulan lagi.
Menurutku semua itu tergantung pada kemampuan setiap orang, jika kemampuannya yang berdasarkan jumlah poin memiliki nilai terendah, maka dipastikan kalau dia tidak akan mendapatkan pasangan dan berakhir menyendiri tanpa pasangan.
Lina pasti sengaja mengincar Elaina agar dia mengganti pasangannya, tapi sayangnya Lina tidak tahu apapun. Dia tidak tahu kalau nilai yang didapat sebagian besar adalah hasil dari kerjaan ku, kurasa dia juga tidak peduli dan hanya ingin merebut diriku dari Elaina saja.
"Tidak, tidak seperti itu. Semuanya adalah hasil dari Sat-.."
"Cool-boy, kau lama sekali. Jadi aku yang datang kesini."
Sekarang, situasi macam apa ini?
Elaina belum menyelesaikan kata-katanya, tapi Fisa tiba-tiba datang kesini dan mengejutkan banyak orang, itu termasuk Lina dan beberapa teman sekelas ku.
Ini bukan kebetulan, dia menungguku terlalu lama dan memutuskan untuk datang sendiri ke kelasku sendiri.
"Huh? Kau ini siapa?"
"Emm.. aku? Oh, aku pacarnya Satomi."
"Pa-pacar?!"
"Benar sekali, kami baru saja berpacaran. Namaku Fisa Campbell dari kelas 1-A, salam kenal."
"Emm.. Cool-boy. Bisa jelaskan apa yang sedang terjadi sekarang? Kenapa kau bersama dengan dua orang gadis?"
Ah, ini benar-benar situasi yang aneh. Aku jadi bingung apakah sekarang ini aku mencolok karena kebodohan atau tidak. Aku dapat merasakan banyak tatapan mata dan sepertinya mereka berbisik sesuatu tentang kejadian sekarang.
"Hei, jangan mengabaikan ku! Apa kau benar-benar pacarnya? Aku tidak percaya."
"Wah.. apa kau perlu bukti? Kami sudah berciuman sebanyak dua kali, dan kami bisa saja berciuman lagi disini."
"Apa?! Ciuman?!! Dua kali?!!!"
Situasi aneh ini, aku benar-benar ingin keluar darinya. Terlebih lagi Fisa mengatakan kalau kami sudah berciuman sebanyak dua kali, tentu saja hal ini akan menghebohkan.
Aku dapat melihat ekspresi para siswa yang melihat kejadian ini merasa terkejut, itu termasuk juga dengan Elaina dan Lina yang sangat terkejut.
"Umm.. tenanglah, Lina. Satomi ingin menghabiskan waktunya dengan Fisa, jadi tolong jangan mengganggu waktu mereka."
Elaina yang sedari tadi diam dan hanya berekspresi saja, kali ini ikut buka suara.
"Huh.. maafkan aku, aku terbawa suasana. Oh iya, aku Lina Lyubochka, panggilanku Lina. Salam kenal, Cool-boy!"
Bukannya berkenalan dengan Fisa, Lina malah mengarahkan pandangannya padaku sambil mengatakan julukan yang Fisa berikan padaku.
"Wah, tunggu! Kau tidak boleh memanggil Satomi dengan sebutan itu, hanya aku yang boleh memanggilnya."
"Ehh.. jadi begitu. Maaf, ya."
Sambil terus menghindari tatapan banyak siswa, aku berusaha untuk terus mengarahkan pandangan ku ke bagian tanah.
"Kau kenapa, Cool-boy? Sedang sakit? Aku akan merawatmu."
"Ah, tidak. Aku hanya kepikiran sesuatu."
"Ceritakan padaku, aku akan jadi pendengar yang baik. Sekarang ayo pergi!"
"Ah, baik. Ayo!"
Barulah situasi aneh ini berakhir sekarang, aku cukup lega karena perdebatan tidak berlangsung panjang. Mungkin aku juga akan berterimakasih pada Fisa karena telah memahami situasi ku.
Aku dan Fisa berjalan meninggalkan Elaina dan Lina serta menerobos kumpulan beberapa siswa lainnya.
"Kemana kita akan pergi?"
"Apa kau ingin makan sesuatu? Bagaimana dengan es-krim?"
"Maaf, aku tidak ingin memakan apapun sekarang."
"Begitu, ya. Ada apa, Fisa?"
Aku dapat merasakan ekspresi Fisa yang berubah drastis. Awalnya dia terlihat senang saat membuat situasi yang aneh, tapi sekarang dia terlihat murung.
"Satomi. Maafkan aku! Aku sudah membuatmu tidak nyaman, tapi aku kesal saat melihatmu berbicara dengan mereka berdua. Kau itu hanya milikku!"
"Begitu ya?"
"Jangan hanya jawab begitu ya! Apa kau serius ingin berpacaran denganku?"
"Ya, aku serius."
"Sungguh serius?"
"Dua rius!"
"Buktikan padaku!"
"Apa itu?"
Kami terus berjalan hingga sampai di taman tempat biasa aku bersantai dan berbaring di rerumputan, lalu tak lama kami duduk bersampingan di rumput itu sambil saling menggenggam tangan kami.
"Tidur di pahaku! Lakukan sekarang!"
"Eh? Apa maksudmu?"
"Kau masih tidak paham? Aku melihatmu tidur di paha gadis berambut perak itu cukup lama."
Aku mengerti sekarang. Singkatnya Fisa melihatku yang sedang tidur di paha Elaina waktu itu, entah itu secara kebetulan atau tidak.
"Aku tidak keberatan, tapi apa pahamu akan baik-baik saja?"
"Wah.. wah, kau meremehkan paha seorang atlet wanita voli."
"Jadi kau suka bermain voli? Aku baru tahu."
"Begitulah, aku sengaja tidak memberitahukannya karena waktu akan terus berjalan dan sebagai buktinya kau sudah tahu sekarang. Sekarang, kau harus tidur di pahaku!"
"Ah, baik. Maaf jika kau merasa berat."
"Sudahlah, lakukan saja!"
"Ya."
Aku tidak bisa menolaknya dan sekarang aku harus melakukan apa yang disuruh oleh Fisa. Aku tidak ingin membuatnya sedih, jadi aku tidak memiliki pilihan lain.
Perlahan aku menurunkan kepalaku dan meletakkannya di bagian paha Fisa yang sudah disediakan olehnya. Sebenarnya aku cukup terkejut kalau rasanya lebih nikmat dari paha Elaina, ini terasa jauh lebih empuk dan nyaman.
"Bagaimana?"
"Ya, tidak ada masalah. Sekarang apa?"
Wajah kami saling bertatapan, walaupun begitu tetap terasa lebih sulit untuk menatap Fisa karena dadanya yang lumayan besar menutupi sebagian pemandangan ku.
"C-Cup!"
"Eh? Apa maksudnya?"
"Dari tadi kau terus menatapnya, jadi aku langsung memberitahukan ukurannya."
"Jangan bilang, itu ukuran payudaramu?!"
"Kenapa? Maaf saja jika masih kecil, aku masih dalam masa pertumbuhan."
"Bukan itu yang kumaksud, aku hampir tidak bisa melihat wajahmu karena ini."
"Wah.. wah.. sebaiknya lupakan dulu tentang ini. Apa yang ingin kau bicarakan, Cool-boy?"
"Oh, aku ingin membicarakan tentang ujian kedepannya. Lalu tentang jam tangan ini."
Aku mengangkat tangan kiri ku dan memperlihatkan jam tangannya pada Fisa.
"30? Satomi, kau seburuk itu? Aku tidak menyangka."
"Ada apa dengan 30? Ya, jam ini memang tidak bisa dinyalakan dan hanya menunjukkan angka 30 beberapa detik sebelum akhirnya kembali mati."
"Saat jam tangan ini diberikan, kau belum bisa menggunakannya dan hanya mendapat angka yang memberitahu peringkat awalmu dalam persaingan di kelas."
"Angka berapa yang kau dapat? 246?"
"Lucu sekali, ya. Tapi maaf saja, aku mendapat angka 8."
"Wah, hebat sekali. Maaf karena sudah meremehkanmu."
Jadi Fisa mendapat angka 8, dia memang hebat bisa masuk ke dalam 10 besar di kelas unggulan.
"Tidak masalah, kau harus memikirkan dirimu sendiri. Kau bisa saja dikeluarkan jika terus bersantai seperti ini. Apa kau ingin berlatih denganku? Aku bisa mengajarimu beberapa hal tentang atletik."
"Kurasa tidak buruk juga. Ya, tolong latih aku dengan baik!"
"Sudah diputuskan, ayo kita buat peringkatmu jadi lebih baik!"
Sebenarnya aku bisa mendapatkan nilai sempurna dengan mudah dalam ujian atletik, tapi aku sengaja menahan diri agar tidak menarik perhatian banyak orang termasuk para guru.
Tapi karena aku dapat merasakan semangat dari wajah Fisa yang ingin melatih ku, maka aku memang harus mengikuti perkataannya sambil melihat sejauh mana kemampuan Fisa sebagai atlet dalam permainan bola voli.
Aku akan melihat semua gerakannya dan terus mengamati hingga saat ada gerakan yang tidak perlu atau sedikit keliru, maka aku harus memperbaikinya dengan caraku sendiri. Tentu saja aku harus menahan diri agar tidak menunjukkan kemampuanku sendiri.
Hanya ada satu masalah saat ujian atletik berlangsung nanti, itu adalah Anthony. Beliau pasti akan terus melihatku, apalagi beliau juga mengetahui kalau aku sedang menahan diri. Kurasa berhubungan dengannya disaat seperti itu akan sangat merepotkan.
Aku harus memikirkan salah satu olahraga yang ingin kutonjolkan karena aku sudah mengatakan pada Anthony kalau aku hanya akan fokus pada satu bidang olahraga saja dan bodohnya dia malah percaya dengan perkataanku itu.
Benar-benar merepotkan, hanya itu yang bisa kupikirkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments