Chapter 12: Pacaran? Secepat Ini!?

Pacaran?

Hal seperti apa itu?

Aku pernah mempelajarinya, walaupun begitu aku tetap tidak bisa mempraktekkannya karena sifatku sendiri.

Pacaran memiliki beberapa tahapan yang bisa naik tingkatan.

Pertama, pendekatan. Kedua, ciuman. Ketiga, ini adalah opsional dan tergantung pada masing-masing orang yang berpacaran, yaitu menjadi satu.

Tingkatan pacaran itu akan naik jika mereka lebih serius dalam hubungan yang akan dijalin, maksudku mereka akan menjalani pernikahan dan hidup bahagia bersama selamanya.

Pilihan opsional atau pilihan ketiga itu bisa dilakukan saat masih pacaran ataupun sudah menikah, karena itulah aku mengatakan kalau semuanya tergantung pada mereka.

"Satomi, kau terus menatapku. Ada apa?"

"Maaf, apa aku boleh memegang tanganmu?"

"Hah? Eh?! Kenapa mendadak? Yah, aku tidak keberatan sih."

Fisa sedang menjalani ujian dariku tanpa disadari olehnya. Aku akan mengujinya karena dia sangat menarik perhatianku dari segi penampilan dan juga kepribadian.

Kulit putihnya yang mulus kini sedikit memerah, lalu rambut pendeknya yang berwarna hitam pekat sangat sesuai dengan tipe gadis yang ingin kupacari.

Kurasa Fisa memiliki kesamaan denganku, yang berbeda hanyalah Fisa lebih hidup dan lebih pantas disebut manusia.

"Jika kau tidak mau, maka tidak masalah."

"Aku tidak bilang seperti itu, sekarang. Nih.."

Fisa langsung menawarkan tangan kanannya padaku, lalu tanpa pikir panjang aku menerimanya. Singkatnya, kedua tangan kami saling menggenggam sekarang.

Tangannya terasa lebih kecil dan lembut, ini juga membuat diriku merasa lebih tenang.

Bagus sekali, dia memang seorang gadis dewasa yang sangat kuperlukan untuk mendapatkan sisi manusia ku.

"Tanganmu kasar sekali, Satomi."

"Begitukah?"

"Ya, aku tidak pernah menggenggam tangan lelaki sebelumnya. Jadi ini pertama kalinya, dan aku juga tidak menyangka kalau tangan lelaki itu sangat kasar."

"Tidak semua lelaki mempunyai tangan yang kasar, lupakan itu. Sekarang bisa jelaskan tentang ujiannya?"

"Aku masih tidak tahu detailnya, tapi aku masih tidak mengerti kenapa harus berpasangan dengan lawan jenis."

"Itu memang aneh karena sekolah selalu mengadakan ujian pasangan."

Melakukan aktivitas bersama sebagai pasangan, memang terdengar mencurigakan.

"Satomi."

"Iya?"

"Kau tahu? Kehidupanku rasanya cukup berbeda dari teman sekelas ku karena aku selalu menjaga jarak dari banyak lelaki. Mereka itu mengerikan, aku hanya bisa berpikir seperti itu."

"Lalu kenapa kau mendekatiku? Bukankah aku juga menakutkan?"

"Satomi, kau itu berbeda. Aku dapat merasakan perasaan yang berbeda ketika berbicara denganmu."

Walaupun aku belum pernah pacaran sebelumnya, aku juga memiliki ketertarikan lawan jenis dengan tipe tertentu.

Tipe gadis dewasa dengan rambut pendek dan cara bicara yang malu-malu ini sangat digambarkan oleh Fisa sekarang.

Kurasa aku tertarik padanya, sebagai lawan jenis. Aku akan terus mendekati Fisa sambil berharap agar dia bisa menumbuhkan perasaan dan emosi lain di dalam diriku.

Satu perasaan telah muncul secara jelas, jantungku berdetak sangat kencang ketika melihat wajah Fisa, ditambah lagi kami berdua sedang duduk bersampingan dan saling bergandengan tangan.

Perasaan cinta, perasaan tertarik sebagai lawan jenis. Baru beberapa menit saja Fisa sudah memunculkan perasaan itu dalam diriku, kurasa dia sangat berguna melebihi Lina dan Elaina.

"Fisa."

"Eh.. Ada apa?"

Aku menatap tajam wajah Fisa dan dia memasang ekspresi yang sulit ditebak, mungkin dia merasa malu ataupun gugup, aku juga tidak tahu. Ya, memang seperti inilah tipe pacar yang kuinginkan.

"Bisakah aku mengetahui segala hal tentangmu?"

"Hah? Eh?! Itu.. apa maksudmu?"

"Begitulah, aku ingin kau memberitahukan tentang dirimu sendiri padaku."

"Ya.. aku tahu itu, tapi.. kenapa kau ingin tahu? Aku hanyalah seorang gadis egois, banyak teman sekelas ku yang membenci diriku secara diam-diam dan ada juga yang terang-terangan. Walaupun begitu, aku tetap senang bisa berinteraksi dengan mereka."

Egois? Memang sudah kuduga Fisa akan mengatakannya, dia sadar diri akan keegoisannya dan merasa bersalah. Sedangkan aku tidak akan pernah sadar dan peduli dengan mereka.

"Kau berinteraksi dengan lelaki juga?"

"Jika memang diperlukan, aku terpaksa melakukannya. Jadi kenapa kau ingin tahu?"

"Aku ingin tahu karena, bagaimana mengatakannya ya. Sepertinya aku tertarik padamu."

"Tertarik?"

"Ya, sebagai lawan jenis."

Wajah Fisa memasang ekspresi bingung lalu memerah dengan sangat cepat.

Aku mengatakannya. Jika Fisa mengerti dia pasti tahu kalau aku akan mengajaknya untuk berpacaran.

Ini memang masih terlalu awal untuk mengatakan perasaanku sebenarnya, jadi aku sudah siap untuk kemungkinan terburuk yaitu ditolak olehnya.

"Apa-apaan itu?! Kau serius?"

"Tentu saja, aku sangat serius dan sangat tertarik padamu, Fisa."

"Tunggu, tunggu! Ini terlalu mendadak."

Jika aku ditolak olehnya, maka aku hanya berpikir kalau aku pantas mendapatkannya, itu karena aku sudah menolak dan menyakiti perasaan Elaina.

"Tidak masalah jika kau menolaknya, karena ini masih terlalu awal."

"Aku tidak menolakmu, tapi apa kau yakin? Tertarik dengan orang sepertiku."

Dia tidak memasang ekspresi menolak bahkan sebaliknya, Fisa tersenyum tipis dan terlihat senang. Ini kesempatan yang bagus, firasatku mengatakan kalau aku memiliki kesempatan.

Aku bangkit dari bangku ini lalu menunduk di depan Fisa, melepaskan genggaman tangan yang sudah terjadi selama beberapa saat.

Aku menyatukan kedua tangan Fisa lalu memegangnya, aku dapat merasakan tangannya yang sangat halus dan lembut.

Sambil menunduk dan memegang tangan Fisa, aku juga menatap matanya dan dia juga menatapku.

Aku mendapatkan momen yang lumayan bagus, jadi aku akan menembak Fisa di tempat yang sepi ini sekarang.

"Anu, Satomi? Kenapa?"

"Fisa, ini memang terlalu awal untuk mengatakannya. Aku mencintaimu, maukah kau berpacaran denganku?"

"Hah? Apa kau serius?"

"Sangat serius. Bagaimana? Apa kau mau?"

Ekspresi Fisa tidak bisa kubaca sekarang. Entah dia merasa terkejut, senang, atau jijik. Aku tidak bisa membacanya.

Dia membuka mulutnya walaupun hanya sedikit, sepertinya Fisa akan mengatakan sesuatu.

"Umm.. anu."

"Bagaimana?"

"Aku memang terkejut karena ajakanmu itu, tapi maaf Satomi. Aku tidak bisa berpacaran denganmu."

Aku ditolak olehnya, aku memang sudah siap untuk kemungkinan ini tapi tetap saja, rasanya ada yang aneh di dalam diriku saat ditolak.

"Ya, aku mengerti. Maaf karena tiba-tiba menembakmu."

"Kau tidak ingin tahu alasannya?"

"Kurasa tidak perlu. Ya, memang seperti itulah seharusnya. Aku sudah ditolak dan aku tidak akan pernah mengatakan hal yang sama lagi padamu."

Aku melepas semua sentuhanku pada Fisa, aku juga tidak lagi menunduk padanya. Namun aku masih berada di bawah Fisa sekarang.

"Patah hati semudah itu? Wah, maaf cool-boy. Aku hanya bercanda, ayo kita menjalin hubungan kekasih untuk kedepannya."

"..?!"

Aku hanya terdiam dan bingung sambil menatap Fisa, jadi aku diterima? Aku masih merasa bingung.

"Kenapa diam saja, cool-boy? Kembalilah duduk di tempatmu."

"Ah, baik."

Kembali duduk bersebelahan seperti semula, aku hanya bisa menatap wajahnya tanpa mengatakan apapun.

"Dengar, Satomi. Aku mau saja berpacaran denganmu asalkan kau tidak keberatan jika kupanggil cool-boy."

"Jadi hanya itu?"

"Apa? Kau ingin syarat tambahan?"

"Tidak, baiklah. Panggil aku sesukamu."

"Bagus sekali, cool-boy. Mohon kerjasamanya untuk beberapa hari, bulan, mungkin tahun kedepannya!"

Wajah Fisa mendekat padaku.

"Emm..?"

Lalu diam menciumku, tentu saja aku terkejut.

Mulut kami saling bersentuhan sekarang, dengan kata lain tahapan kedua sedang terjadi, begitulah hubunganku dengan Fisa yang berjalan dengan sangat cepat.

Tahap pendekatan hanya perlu beberapa menit saja, dan kemudian kami sudah saling menautkan bibir. Aku merasakan sensasi yang lembut dari bibir Fisa, rasanya sangat menenangkan.

Setelah cukup lama kami berciuman, akhirnya Fisa melepaskan ciumannya dengan wajah yang memerah.

"Kau terlihat tidak mempercayaiku lagi, jadi aku langsung mencium dirimu agar aku kembali mendapat kepercayaanmu lagi. Ngomong-ngomong, ini adalah ciuman pertamaku."

"Kurasa ini juga ciuman pertamaku, terima kasih Fisa. Sudah mau berpacaran denganku."

"Mau melakukannya sekali lagi?"

"Eh, apa boleh?"

"Ya, aku tidak keberatan. Aku akan melakukannya dengan serius kali ini, kuharap kau juga serius."

"Jadi kau tidak serius tadi?"

"Jangan banyak tanya lagi, sekarang ayo lakukan!"

"Ah, baik."

Kedua tangan kami saling menggenggam lalu disusul oleh wajah kami yang saling berdekatan dengan tujuan yang sama, yaitu bibir.

"Cool-boy, aku mencintaimu."

"Fisa, aku juga mencintaimu, jauh dari dalam hatiku."

Selesai dengan kata-kata yang belum terjamin kebenarannya, aku dan Fisa langsung menautkan bibir kami dalam waktu yang lebih lama dari sebelumnya.

Lidah kami tidak bergerak dan hanya saling tumpang tindih, kurasa wajar karena masih permulaan.

Perasaanku saat ini?

Tentu saja menenangkan, aku jadi ingin kejadian ini berlangsung selama mungkin.

Selesai dengan ciuman serius dalam waktu yang cukup lama, akhirnya kami melepaskannya.

"Terima kasih Fisa."

"Aku juga berterimakasih, tapi sayang sekali ya. Waktu istirahat hampir habis, aku akan ke gedung olahraga untuk pelajaran selanjutnya."

"Ya."

Kami sama-sama bangkit dari bangku lalu pergi bersama sesaat lalu berpisah karena jalur yang dituju sudah berlawanan arah.

Aku berniat untuk menuju ke kelas dan Fisa berniat untuk ke gedung olahraga, jalurnya memang berlawanan jadi kami benar-benar berpisah disana.

"Kau lulus."

"Apa maksudmu?"

"Tidak perlu memikirkannya, kalau begitu sampai nanti. Kita akan bertemu lagi, terima kasih sudah menerima perasaanku!"

"Umm.. baik, sampai nanti. Cool-boy!"

Disitulah aku berpisah dengannya.

Sangat memuaskan, ini pertama kalinya aku dapat memunculkan perasaan dan emosi yang jelas di dalam diriku. Apalagi perasaan cinta yang pertama muncul, tentu saja aku langsung tertarik pada Fisa dan menembaknya secara blak-blakan.

Awalnya dia menolak ku. Walaupun hanya bercanda, tetap saja rasanya sakit. Namun pada akhirnya Fisa tetap menerima perasaanku dan hubungan percintaan pun terjalin antara aku dengannya sekarang.

Ciuman pertama ya?

Kurasa aku berbohong pada Fisa kalau yang tadi adalah ciuman pertamaku, karena aku sudah pernah berciuman dengan seorang lawan jenis di masa lalu.

Aku tidak bisa mengingat gadis itu, bahkan ciri-cirinya saja aku tidak mengingatnya lagi, benar-benar masa lalu yang aneh.

Kemana ingatanku dulu?

Mungkin seperti pengorbanan?

Aku merelakan ingatan masa laluku demi kemampuan fisik dan akademik yang sangat bagus melebihi banyak orang.

Tidak, itu mustahil dan diluar nalar manusia, aku berlebihan karena sudah memikirkan hal seperti itu.

Maaf, Fisa. Aku akan berusaha untuk menjadi pacarmu yang baik sebagai permintaan maaf.

Bagaimana dengan Elaina?

Aku akan tetap melindunginya tapi sepertinya aku tidak akan jatuh cinta padanya, jadi kurasa situasi merepotkan ini akan baik-baik saja.

Fisa Campbell, aku akan menjaganya sepenuh hatiku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!