Chapter 18: Ujian Atletik Part 2

Hari kelima atau hari terakhir melakukan ujian sebagai murid baru akan segera dimulai.

Ujian Atletik. Seluruh siswa kelas 1-E dikumpulkan di gedung olahraga kedua. Di sekolah ini terdapat 3 gedung olahraga, yang besar seperti stadion sepak bola adalah gedung utama dan dua sisanya adalah gedung yang berukuran lebih kecil.

"Ini dia," kata pak Smith sambil duduk di belakang meja. "Untuk hari ini, aku ingin melihat seberapa cepat kalian berlari dan menilai kelincahan kalian."

"Baik!"

Para siswa menjawab dengan lantang, membuat suara mereka menggema beberapa detik.

"Pak Smith, maaf menganggu. Kenapa ujian atletik dilakukan sendiri-sendiri sedangkan ujian tertulis dilakukan bersama dengan pasangan?"

Lina melontarkan pertanyaan pada pak Smith, untungnya beliau tidak memasang wajah menyeramkan yang membuat mereka takut. Jika aku yang bertanya, mungkin beliau akan mengeluarkan ekspresi yang berbeda.

"Mudah saja, karena ini adalah sekolah atletik. Jadi kami akan terus melakukan ujian tertulis atau ujian Akademik secara berpasangan dan untuk bagian ujian atletiknya, sudah pasti harus sendirian."

"Oh, jadi begitu ya. Terima kasih pak Smith!"

"Sama-sama. Sekarang, Wijaya. Bersiap di lintasan! Siswa dengan nilai terendah kemarin harus melakukannya lebih dulu."

Kali ini bukan aku, tapi Wijaya yang menjadi pasangan Lina. Kalau tidak salah, Wijaya mendapatkan nilai 57 pada ujian kemarin. Hanya berbeda 3 nilai dariku.

Kemudian Wijaya mendekat ke bagian lintasan lari dan bersiap disana.

"Sepertinya kau berhasil."

"Apanya?"

Elaina menyilangkan lengannya padaku dan mengatakan sesuatu, kurasa akan sangat gawat jika Fisa melihat ini.

"Hentikan, Elaina! Dia sudah mempunyai pacar."

"Ehh.. aku tidak peduli."

"Apa kau bilang?!"

Situasi yang gawat mungkin akan terjadi, Lina mendekat pada kami dan menegur tindakan Elaina.

"Kalian bertiga, jangan berisik!"

Sepetinya aku masih beruntung, pak Smith menegur dan melihat ke arah sini. Membuat Lina terdiam dan Elaina melepaskan tangannya.

"Saat peluit berbunyi, kau harus berlari satu putaran."

"Baik!"

Wijaya menjawab dengan tegas dan setelah itu.

"PRIIT!!!"

Pak Smith meniup sebuah peluit yang dikalunginya dan suaranya berbunyi dengan keras hingga menggema.

Mendengar bunyi peluit, Wijaya langsung berlari sekuat tenaga. Aku dapat melihat kalau dia sangat serius untuk berlari satu putaran.

Setengah putaran berjarak 50 meter, jadi satu putaran berjarak 100 meter. Singkatnya, ini adalah ujian sprint.

Kaki Wijaya menghentak tanah saat berlari di lintasan. Pak Smith memperhatikan dengan seksama saat Wijaya mengitari tikungan, menambah kecepatan, dan kemudian berlari melintasi lapangan. Beliau mencatat waktunya di kertas.

Satu putaran telah diselesaikan oleh Wijaya. Pak Smith memberi tahu bahwa pelari terbaik cenderung memiliki kualitas tertentu. Mereka harus cepat, anggun dan cerdas. Lebih penting lagi, mereka harus bisa berpikir cepat sambil menjaga fokus dan terus berkonsentrasi.

"Wijaya, 15 detik. Beristirahatlah, waktumu sepuluh menit sebelum ke ujian selanjutnya!"

Wijaya diberi waktu sepuluh menit untuk beristirahat dan minum air sebelum memulai ujian kecepatan lainnya.

Ujian kecepatan pertama adalah Berlari.

Tugas pertama ku adalah belajar berlari. Ada banyak cara untuk melakukan ini. Beberapa orang lebih suka meregangkan otot mereka dan melakukan pemanasan sebelum mereka mulai, yang lain suka joging di trek selama beberapa mil. Mereka mungkin menemukan dan menikmati satu gaya latihan tertentu lebih dari yang berikutnya.

Teknik Lari. Ada dua gaya utama lari: pendekatan pelari cepat dan pendekatan pelari maraton.

Metode pelari cepat menggunakan semburan energi yang pendek dan tajam untuk mendorong mereka maju dengan kecepatan maksimum.

Pendekatan pelari maraton terasa lebih lambat. Mereka merasa kaki mereka bergerak lebih mudah dan lancar.

"Selanjutnya, Satomi Adney! Bersiap di lintasan!"

"Ya."

Sesuai dengan perintah, aku berjalan ke bagian lintasan dan kemudian saat peluit dibunyikan, aku langsung berlari. Aku mengincar waktu 15 detik sama seperti Wijaya.

Alasannya?

Aku juga tidak tahu, aku hanya ingin melakukannya selama 15 detik.

"Satomi Adney, 14 detik. Beristirahatlah!"

"Ya."

"Selanjutnya!"

Aku kelebihan satu detik dari perkiraan, kuharap itu tidak akan menjadi masalah.

"Bagaimana?"

Elaina bertanya padaku.

"Tidak sesuai perkiraan, aku ingin mendapatkan 15 detik."

"Kau tidak berkeringat sama sekali, bahkan nafasmu juga terlihat normal setelah berlari."

"Begitu ya? Apa aku harus berpura-pura kelelahan?"

"Jangan lakukan, itu akan semakin dicurigai."

"Hmm.. baiklah. Aku ingin jalan-jalan sebentar."

"Jalan-jalan atau pacaran?"

"Mungkin itu juga termasuk."

Selesai dengan perbincangan singkat, aku keluar dari gedung olahraga dan berjalan santai di sekitarnya. Aku tidak boleh berada jauh dari gedung olahraga ini karena akan sangat merepotkan jika aku terlambat mengikuti ujian terakhir.

Puluhan menit sudah berlalu, aku memutuskan untuk kembali.

Ujian kecepatan yang kedua atau yang terakhir.

Pak Smith memanggil para siswa kembali masuk ke dalam gedung di mana dia telah menyiapkan beberapa stasiun. Setiap stasiun mewakili jenis rintangan yang berbeda: rintangan, tangga, tali, balok, dan cincin. Rintangan ini akan menilai kelincahan, keseimbangan, dan koordinasi mereka. Semakin cepat mereka menyelesaikannya, semakin baik nilai yang didapat.

Pak Smith menjelaskan spesifikasi tes. Para siswa harus menyelesaikan setiap stasiun secepat dan seefisien mungkin. Terlebih lagi, pak Smith menjelaskan tentang 9 stasiun yang harus diselesaikan.

Stasiun Pertama: Stasiun pertama adalah peron kayu sederhana. Tingginya sekitar 5 kaki dan lebarnya 30 inci. Tujuannya di sini adalah untuk melompat lurus ke atas dan mendarat tepat di pijakan tanpa jatuh.

Stasiun Kedua: Ini adalah papan sempit yang diletakkan secara horizontal di dua papan kayu paralel. Untuk lulus, mereka harus melangkah dari papan ke papan sambil melompati garis yang ditarik di antara mereka.

Stasiun Ketiga: Di sini mereka akan menemukan tangga tali. Naiki menggunakan anak tangga dan kemudian melangkah ke pijakan di atas.

Stasiun Keempat: Ini adalah tiang horizontal yang seimbang di atas yang lain. Melangkahi garis dan ambil palang di sisi lain. Lalu turun lagi.

Stasiun Kelima: Ini adalah balok tegak lurus yang harus mereka lewati.

Stasiun Keenam: Saat mereka mencapai stasiun ketujuh, mereka mendengar suara dentang keras. Tiba-tiba, langit-langit bergetar. Pijakan di bawah mereka mulai naik. Mereka harus melompat dan meraih bar di sisi lain.

Stasiun Ketujuh: Pada titik ini, lantai di bawah kaki mereka juga mulai bergetar. Mereka harus melompat dan meraih bar di sisi lain.

Stasiun Kedelapan: Sekarang lantai tampaknya bergerak di bawah kaki mereka saat mereka melompat dan meraih palang di sisi lain.

Stasiun Kesembilan: Stasiun kesembilan adalah sepasang balok paralel yang diletakkan secara horizontal. Lompat di antara keduanya, lalu lari lah sampai mencapai garis finish.

Ketika semua bagian tubuh melewati garis finish, maka waktunya akan berhenti dan itulah hasil dari ujian terakhir.

Entah karena sedang sial atau bagaimana, Anthony juga datang ke gedung ini dan melihat ujian yang kami lakukan.

"Karena ini adalah ujian terakhir, kalian boleh mengajukan diri untuk menjadi orang pertama yang melakukannya. Nilai tambahan pasti diberikan pada yang mengajukan diri."

Kesempatan yang bagus, aku akan mengajukan diri dan menyelesaikannya dengan setengah kekuatanku.

Biasanya aku tidak pernah memakai kekuatanku sama sekali, bahkan seperempat saja sangat jarang. Tapi kali ini, aku harus melakukannya karena Anthony akan melihatku dan jika aku mengecewakannya, maka beliau akan memberitahu kalau aku sedang menahan diri. Jika itu sudah terjadi, maka akan sangat berdampak untuk kedepannya.

"Kalau begitu, biarkan aku melakukannya."

"Hah?! Apa kau serius? Aku tidak yakin dengan kemampuanmu."

Sesuai perkiraan, pak Smith tidak mempercayaiku.

"Lakukan saja, Smith! Kau tidak boleh meremehkan muridmu sendiri."

Anthony yang sedari tadi duduk langsung berdiri dan berjalan ke arah pak Smith. Beliau menegurnya dan menyuruh untuk membiarkan ku menjadi orang pertama yang melakukannya.

"Ah, baiklah. Jangan mengecewakanku!"

Pada akhirnya, pak Smith setuju.

"Lakukan dengan serius, ya. Satomi."

"Tentu, Anthony!"

"Cukup, segera bersiap di garis start! Ketika peluit berbunyi, kau harus melakukannya."

"Aku mengerti."

Aku berjalan mendekati stasiun dan bersiap di garis start. Hingga saat aku sudah sampai, peluit langsung berbunyi. Memaksaku untuk bergerak menggunakan setengah kekuatanku.

Aku berlari, melompat, dan melangkah secara hati-hati. Beberapa stasiun sudah kulewati dengan cukup cepat, hingga di stasiun ke sembilan, aku melompat diantara balok yang terpasang secara horizontal lalu berlari setelahnya sampai ke garis finish.

"39 detik, aku terkejut kau melakukannya secepat itu. Apa kau menggunakan trik atau semacamnya?"

Pak Smith terlihat tidak percaya setelah aku menyelesaikannya.

"Kau tidak boleh mencurigainya, Smith. Satomi adalah siswa yang aku percayai akan potensinya dan kau lihat sekarang, dia berhasil finish di 39 detik."

"Ya, baiklah. Satomi Adney, 39 detik. Kau boleh pulang sekarang. Pastikan lebih serius dalam ujian kedepannya."

"Baik!"

Setelah itu, pak Smith memberi tahu kalau nilai yang kudapat cukup baik untuk memenuhi syarat dan aku tidak akan di dropout karenanya.

Tanpa memikirkan apapun lagi, aku langsung keluar dari gedung olahraga ini. Rasanya cukup lega, aku masih bisa menahan diri dan berhasil mengelabui mereka. Aku juga merasa lega karena setelah sekian lama, aku pada akhirnya mengeluarkan setengah kekuatanku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!