Chapter 5: Hari Kedua

Hari pertama berakhir dengan beberapa hal merepotkan yang perlu dipikirkan untuk kedepannya.

Sekarang hari kedua telah tiba, aku berada di kelas sambil menikmati suasana yang sepi. Memang masih terlalu awal untukku datang di jam setengah tujuh, tapi aku tidak memiliki kegiatan sama sekali.

Lagipula suhu taman yang sangat dingin membuatku tak bisa bersantai disana. Aku bisa menderita flu karenanya.

"Satomi, kau datang sangat awal ya?"

"Begitulah."

Danna datang dengan wajah cerianya dan dia juga menyempatkan diri untuk berbicara padaku sebelum duduk di bangkunya sendiri.

"Sungguh mengejutkan, kau menolak berpasangan dengan Lina dan memilih orang yang lebih rendah darinya."

"Akan terlalu merepotkan jika aku berpasangan dengan gadis populer sepertinya."

"Kau ada benarnya juga, hahaha!"

Mereka yang disebut manusia sangat suka membanding-bandingkan antara yang satu dengan yang lain, hingga setelahnya mereka dapat memutuskan siapa yang berada di atas hingga kebawahnya.

Ini sama seperti perbandingan antara Lina dan Elaina, mereka menganggap Lina berada di atas Elaina karena dilihat dari manapun Lina terasa lebih mencolok.

"Padahal aku ingin berpasangan dengan Lina, tapi apa boleh buat karena Wijaya mendapatkannya lebih dulu."

"Manusia di dunia ini masih ada banyak, jadi jangan menyerah hanya karena satu orang."

"Hahaha! Saran yang bagus kawan."

"Apa kita berteman atau semacamnya?"

"Sikapmu itu dingin sekali, rasanya seisi kelas menjadi beku ketika melihatmu yang seperti ini. Ayolah, kita pasti bisa berteman baik!"

"Begitu ya?"

Perlahan jumlah siswa yang memasuki kelas semakin banyak dan beberapa siswa mendekat ke arahku dan juga Danna.

"Hei, orang aneh! Berani sekali kau membuat Lina menangis!"

Salah satu dari mereka langsung marah dan memukul mejaku hingga terdengar suara keras yang menggema. Ini membuat Danna sedikit ketakutan, dia hanya bisa menatap ku dibentak oleh teman sekelasnya sendiri.

"Yang menangis Lina, tapi kenapa kalian yang merasa marah?"

"Bodoh! Kau membuat perkelahian kami tak berarti lagi dan sekarang Lina berpasangan dengan lelaki tampan!"

"Aku tidak peduli, sekarang menjauhlah dariku."

"Apa kau bilang?!!"

Walaupun beberapa orang berada di belakang siswa pemarah ini, tapi mereka tetap diam dan hanya menyaksikan tindakannya. Mungkin mereka menunggu perintah dari atasannya dan dia adalah siswa pemarah yang ingin menendang mejaku ini.

"Apa yang terjadi?"

Disaat kakinya hendak mengenai bagian depan mejaku, pak Smith datang menegur dengan tatapan intimidasi yang dikeluarkannya, membuat mereka ketakutan dan membubarkan diri untuk duduk di bangku mereka masih-masing.

"Sial, lihat saja nanti!"

Sepertinya aku masih beruntung untuk kali ini. Benar juga, aku tidak melihat Elaina di dalam kelas. Bahkan aku belum melihatnya hari ini semenjak kami bersama-sama mendaftarkan diri di kantor guru kemarin.

"Selamat pagi! Pertama-tama aku ingin mengucapkan selamat untuk kalian yang sudah menyelesaikan ujian pasangan kemarin. Sekarang kalian bisa atur dan rapatkan meja dan kursi kalian menjadi dua bagian, kalian akan duduk berdua bersama dengan pasangan yang sudah terdaftar."

"Siap!"

Aku yakin mereka bersemangat karena akan duduk berdua, tapi mereka tidak bisa mengekspresikannya karena pak Smith terlalu menakutkan bagi mereka.

Para siswa langsung menyeret dan mendekatkan meja dan kursi mereka dengan penuh semangat. Suara dorongan dan tarikan terdengar lumayan keras mengisi seisi kelas.

"Pak Smith, apa kau tahu dimana Elaina sekarang?"

"Elaina? Dia sedang menjalani hukuman karena terlambat bangun pagi."

Aku bertanya pada pak Smith untuk mengetahui keadaan Elaina dan ternyata dia hanya mendapatkan hukuman karena terlambat.

"Oh iya, Pak Smith. Bagaimana kami semua akan duduk? Apakah kami bebas memilih tempat?"

Danna lalu ikut bertanya tentang tempat duduk pada pak Smith.

"Sayangnya tidak, aku mengurutkan tempat duduk berdasarkan nilai dalam tes kalian waktu lalu, lalu kedua nilai itu digabung dan dibagi menjadi dua. Nilai terendah akan berada di depan dan nilai tertinggi akan berada di belakang."

Sepertinya aku akan berada di depan karena aku hanya mendapatkan nilai rata-rata yaitu 80, ditambah lagi aku tidak mengetahui nilai yang didapat oleh Elaina saat tes masuk. Jika nilai 80 yang kudapatkan ditambah dengan nilai Elaina, maka itu akan menjadi nilai rata-rata yang menjadi penentu tempat kami duduk.

"Untuk sementara, kalian boleh duduk di mana saja lalu dengarkan penjelasan ku dengan benar! Jadi di sekolah ini terdapat sistem poin yang dimana kualitas siswa dinilai dari poin. "

Para siswa langsung duduk berpasangan sesuai dengan apa yang pak Smith perintahkan.

Aku juga langsung duduk di depan seperti biasa, namun yang berbeda hanyalah ada meja dan kursi tambahan yang kosong tanpa diisi oleh seseorang. Yang mengisi bangku kosong ini adalah Elaina, tapi dia masih menjalani hukuman karena terlambat.

"Apa hanya itu kegunaan dari poin?"

"Satomi, aku belum selesai. Sebagai awalan, poin kalian akan dibagi berdasarkan nilai yang didapat saat tes atletik waktu lalu. Jika kalian mendapat nilai 95, maka poin awal kalian adalah 95. Tentu saja poin awal setiap siswa ada yang sama dan ada yang berbeda. Dari segi kegunaan, poin sangat berguna untuk membedakan mana siswa yang pintar dan mana yang bodoh, sehingga kami bisa memberikan pelajaran tambahan pada siswa yang bodoh."

Jadi begitu, poin akan sangat menentukan kualitas siswa dan mungkin diskriminasi akan terjadi kepada siswa yang memiliki poin terendah. Mungkin aku akan mengalaminya karena aku hanya mendapatkan 80 poin.

"Penambahan dan pengurangan poin bisa saja terjadi, kalian harus berhati-hati karena jika poin kalian mencapai nol, maka kalian akan langsung dikeluarkan. Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan cara untuk mendapatkan kedua hal itu, aku yakin kalian bisa memahaminya dengan baik."

Aturan poin memang mudah untuk dipahami. Penambahan poin bisa didapat dengan cara mendapatkan nilai rata-rata di setiap tes atletik dan pengurangan poin bisa terjadi jika mendapat nilai dibawah rata-rata saat ujian dilaksanakan. Itu masih kemungkinan pertama dan kemungkinan yang lain bisa saja terus bertambah.

"Permisi! Maaf aku terlambat, pak Smith."

"Masuk saja!"

Elaina mengetuk pintu dan langsung masuk ke kelas atas perintah pak Smith. Dia memasang ekspresi takut dan mungkin dia juga sedang menahan malu karena dilihat oleh banyak siswa. Lalu Elaina berjalan ke arahku dan duduk di sebelahku karena itu memang satu-satunya bangku yang kosong.

"Elaina, jangan terlambat lagi lain kali. Aku juga ingin memberitahukan kalau pengurangan poin bisa terjadi jika kalian melanggar peraturan, aku juga yakin kalian semua sudah tahu larangan dan aturan khusus sekolah ini."

"Ya, maafkan aku!"

Elaina terlihat menyesal, tapi entah kenapa aku merasa kalau dia juga merasa senang.

"Karena semuanya sudah lengkap, aku akan langsung mengatur tempat kalian akan duduk. Berdiri!"

"Baik!"

Semua siswa langsung berdiri setelah diperintahkan oleh pak Smith.

"Yang mengisi bangku depan bagian kiri, Satomi Adney dengan Harlow Elaina, nilai rata-rata 81."

Sesuai dengan dugaan, aku dan Elaina duduk di bangku depan. Lalu tanpa pikir panjang kami langsung duduk di bagian depan kiri sesuai perkataan pak Charles. Jika dipikir-pikir, aku hanya berpindah sedikit ke bagian kiri.

Banyak siswa di kelas yang menatap ke arahku dan Elaina saat hendak berpindah. Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan, tapi melihat dari ekspresinya aku cukup yakin mereka seperti sedang menertawakan kami berdua.

"Selanjutnya-"

"Maaf pak Smith, bisakah aku pergi ke toilet?"

Aku menyela pak Smith dan ingin segera keluar dari kelas untuk bersantai di taman. Lagipula aku sudah mengetahui tempatku duduk.

"Pergi saja, jangan lama-lama!"

"Aku mengerti."

Tanpa pikir panjang aku langsung bangkit dari kursi dan pergi keluar kelas, aku juga meninggalkan Elaina sendirian di sana.

Tujuanku bukan toilet, tapi rerumputan taman. Tidak perlu waktu lama, aku sudah sampai disana dan berbaring di rumput yang terasa agak dingin ini. Walaupun rasanya dingin, tetap saja aku menikmatinya.

Sebenarnya aku hanya bersantai sebentar lalu tak lama aku memikirkan sesuatu ketika melihat Elaina yang terlambat, entah kenapa aku merasa kalau dia sengaja melakukannya.

"Ketemu kau!"

"Ini memang diluar dugaan, kenapa kau mengikutiku?"

Orang yang kupikirkan tanpa diduga datang dan ternyata dia mengikutiku. Elaina langsung ikut duduk di sebelahku sebelum dia menjawab pertanyaanku.

"Aku, sangat takut."

"Apa itu karena teman SMP-mu?"

"Kau benar, dia mengancam ku."

Aku melupakan satu hal tentang Elaina yaitu teman SMP-nya dulu, pantas saja pikiranku agak mengganjal ketika memikirkan Elaina yang terlambat. Ternyata dia masih merasa takut padanya, lagipula aku tidak berjanji pada Elaina untuk melindunginya dari orang itu. Aku hanya menawarkan diri untuk menjadi pasangannya sebagai rasa bersalah karena terus mengabaikannya.

"Jadi karena itu kau sengaja terlambat?"

"Ya, aku pura-pura terus tidur tanpa memperdulikan orang yang mengetuk pintuku. Hingga akhirnya pintu kamarku dibuka secara paksa dan setelahnya tentu saja aku dihukum."

"Pada intinya, kau hanya ingin menghindarinya bukan?"

"Mau bagaimana lagi, kau bilang kau juga takut dengan mereka. Jadi aku hanya bisa bertindak seperti ini."

"Elaina, aku ada satu tawaran menarik. Kau ingin mendengarnya?"

"Ya, apa itu?"

Sekarang adalah saatnya negosiasi. Aku ingin segera membuat Elaina menyerah untuk mencintaiku, dan karena itulah aku akan menawarkan sesuatu padanya.

"Jika boleh jujur, sebenarnya aku sama sekali tidak takut dengan mereka. Kalau kau mau, aku bisa melindungi mu dengan satu syarat?"

"Tentu saja aku mau, sebutkan saja syaratnya!"

Ini cukup bagus karena dia tidak terlihat curiga padaku. Justru sebaliknya, dia terlihat senang dan bersemangat.

"Bisa sebutkan dengan jelas? Alasan kenapa kau bisa mencintaiku?"

"Kau yakin hanya itu? Aku akan dengan mudah menyebutkannya. Dan juga, jangan anggap aku berbohong ketika aku menjawab dengan terbata-bata. Aku hanya merasa malu ketika disuruh menyebutkan kelebihan orang yang kusukai."

"Ya, baiklah."

"Begini Satomi, saat.. perkenalan diri, awalnya aku ingin memperkenalkan diriku sama sepertimu. Tapi.. karena kau sudah melakukannya, aku jadi.. terhindar dari amarah pak Smith, singkatnya kau sangat menolongku karena perkenalan dirimu itu!"

Elaina memang agak terbata-bata ketika mengatakannya, kurasa aku sudah puas dengan jawabannya dan aku tidak perlu menanyakannya lebih lanjut.

"Lalu-..."

"Cukup sampai situ, Elaina. Terima kasih sudah menjawabnya, mulai sekarang aku akan melindungi mu dari mereka."

"Ya, janji ya!"

"Ya."

Tanpa sadar perbuatan dan sikap anehku membuat seorang gadis jatuh cinta padaku, kurasa aku belum pernah menemui tipe gadis seperti ini dalam hidupku. Jadi kurasa aku sedikit tertarik dengannya, walaupun bukan sebagai lawan jenis.

Terpopuler

Comments

Acumalaka Sir

Acumalaka Sir

alurnya kaya classroom of the elite

2022-12-16

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!