...Happy Reading & Enjoy...
......................
Siang yang panas kini berganti sedikit redup.
Pukul dua lebih, berarti menandakan seluruh siswa maupun siswi SMA Pallsilyn boleh meninggalkan area sekolah.
Dan di sinilah sekarang, Razzan tengah memarkirkan mobilnya di sudut tikungan. Mata tajamnya bergerak mencari gadis pujaannya.
3 hari? Mana mungkin ia kuat menahannya.
"Bukankah itu Ivona?" gumamnya saat melihat gadis beransel abu abu.
Razzan langsung menyalakan mobilnya begitu sebuah ojek yang dinaiki Ivona berjalan meninggalkan halte sekolah.
Keningnya dibuat mengkerut ketika ini bukan jalan menuju rumah.
"Mua kemana dia?" Razzan terus mengikuti Ivona dari jarak aman.
Tukang ojek tersebut masih terus membawa gadisnya. Lagi lagi Razzan kesal karena ia sudah lumayan jauh mengikuti namun tak kunjung sampai.
"Warung?" ia benar benar dibuat tidak mengerti.
Dari mobil, Razzan dapat melihat pak ojol itu masih setia menunggu Ivona yang lebih dulu masuk ke warung.
"Buat apa dia masuk ke warung itu?"
"Mengapa tidak pergi ke restoran saja?" ingin rasanya Razzan keluar dan menghampirinya.
Cukup lama menunggu, terlihatlah barang hidung Ivona yang sedang kerepotan membawa sekantong besar berupa bungkusan bungkusan.
Pak ojok tersebut kembali melaju, setelah menolong penumpangnya.
Tanpa bosan Razzan terus membuntuti perjalanan dua manusia di depannya.
Dan tiba tiba saja ia dibuat tercengang saat mereka masih terus melakukan melewati jalanan sepi. Saking sepinya, hanya pohon pohon dan semak saja yang ada. Terlihat mencekam.
"Mau kemana sih sebenernya?" gerutunya kesal sendiri.
Ketika melihat si pengemudi ojol berhenti di sebuah permukiman kumuh, Razzan dengan buru buru meminggirkan mobilnya yang besar.
Ia tidak boleh sampai ketahuan. Dilihatnya pak ojol yang membonceng Ivona tadi pergi melintas di dekatnya.
Rupanya dia merasa heran, mengapa ada mobil mewah di kampung kumuh ini?
Razzan dengan bodoamat nya tidak memperdulikan pak ojol tersebut. Fokusnya kini berada di depan, dimana Ivona sedang disambut oleh anak anak jalanan?
Tunggu! Mau dibawa kemana gadisnya itu? Razzan hampir saja keluar dari mobil namun sekali lagi ia menahannya. Bisa bisa nanti ketahuan, lebih baik ia bersembunyi saja dulu.
"Sepertinya tadi ada gang kecil," Razzan yang kebetulan membawa mobil hitam papanya, bergegas mundur. Menyembunyikan diri juga mobilnya.
Setelah dirasa cukup, ia kemudian berdiam diri.
Satu jam..
Satu jam setengah..
Lama menunggu, akan tetapi Ivona tak kunjung datang.
"Masih apalagi dia?" pada akhirnya pria rusuh itu keluar mengendap endap, bersembunyi supaya bisa melihat Ivona langsung.
Menatap sekeliling dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Razzan menghela napas sejenak sebelum mulai memantau Ivona.
"D-dia?" Razzan terpaku. Tidak bisa berkata apa apa. Ia terlalu kagum pada gadis di sana.
Bagaimana tidak? Ivona terlihat sedang mengajari membaca para anak jalanan tersebut.
"Sepertinya mereka anak anak putus sekolah," gumamnya menarik kesimpulan.
Sedangkan Ivona sendiri terlalu fokus mengajari membuatnya lupa akan waktu.
"Kak, ini sudah hampir larut." Ucap salah satu dari mereka.
Bukannya tidak ingin belajar ataupun menyudahi kegiatannya, mereka hanya khawatir akan keselamatan kakaknya itu.
Apalagi kakaknya seorang perempuan. Sangat membahayakan jika pulang malam.
"Ah kamu benar. Maafkan Kakak karena terlalu asik. Kalau begitu kita tutup dulu pembelajaran hari ini ya, nanti disambung lagi." Ivona bergegas merapikan peralatannya dan bersiap pulang.
Namun naas ketika ia hendak memesan ojol, ponselnya pun sudah mati.
Tidak ingin membuat adik adiknya cemas, Ivona berdalih jika ia sudah dijemput seseorang.
"Kakak pulang dulu, kalian jaga kesehatan selalu ya!" pesannya sebelum meninggalkan kampung kumuh.
Tak lupa gadis mungil ini berpamitan kepada para orang tua.
"Dimana orang yang menjemputmu, Nak?" terlihat seorang ibu ibu khawatir padanya.
"Di depan Bu, di ujung bangunan ini." Kata Ivona seraya memalingkan wajah.
"Beneran sudah dijemput? Apa perlu ibu antar ke ujung jalan sana Nak?" Ivona menggeleng kuat.
Mana bisa ia merepotkan wanita yang sudah tua renta itu.
"Sudahlah Bu, enggak perlu khawatir. Ivona beneran sudah dijemput kok,"
"Ya sudah, hati hati ya!" meskipun was was, ibu tersebut melepaskan Ivona seorang diri.
Sambil menguatkan hati dan pikirannya, ia mulai berjalan cepat meninggalkan kampung kumuh.
Toh Ivona hanya perlu melintasi sedikit jalanan sepi untuk sampai ke jalan besar dan mungkin akan menemukan ojek.
Razzan? Pria itu kini malah sedang bagi - bagi uang kepada ibu ibu di kampung kumuh.
"Jadi kamu temannya nak Ivona yang dimaksud tadi?" tanya salah satu dari mereka.
Razzan pun menggeleng, "Saya calon suaminya."
Hallo ioy, pantengin terus yaw!! mwahhh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments