...Happy Reading & Enjoy...
......................
Terbiasa mendapat luka membuat Ivona memiliki kotak obat tersendiri. Malam itu cuaca dingin menjadi teman baginya selain Razzan.
"Tahan sebentar," setelah mengeluarkan obat obatan nya, ia bergerak cepat, bersiap mengobati luka di perut sang ketua Willdoff.
"Aku akan melakukannya dengan pelan," ujar Ivona sebelum memulai.
Razzan hanya diam. Ia malah fokus menatap wanita yang tengah mengobati luka di tubuhnya.
"B-bagaimana bisa ada luka sepanjang ini?" gumam Ivona yang masih mampu didengarkan oleh Razzan.
"Itu sebuah pertanyaan atau pernyataan?" balasnya membuat Ivona mendongak.
Keheningan pun tercipta di antara ke duanya. Bunyi dentingan jarum jam juga terdengar menggema di sela selanya.
"Sudah beres?" tanya Razzan. Ivona gelagapan dan mengangguk sembarangan.
Namun pandangannya kini justru terpaku pada objek sebelah, dimana roti sobek itu terlihat mengintip sedikit. Muncullah rona merah di ke dua pipinya yang memanas.
Menyadari akan hal tersebut, Razzan dengan sengaja berdehem. Lagi dan lagi membuat gadis itu salah tingkah.
"Mau liat?" tawar Razzan seraya terkekeh pelan. Buru buru Ivona menggeleng, menatap ke segala arah.
Razzan tersenyum tipis sebelum akhirnya meraih jaket yang sengaja ia lepas tadi.
"Tunggu," dahinya berkerut. Ivona dengan kaku menunjuk sudut bibirnya.
"Bibirmu robek K-kak," ucapnya lirih.
"Yaudah obatin!" Razzan kembali memposisikan dirinya dengan nyaman. Bersandar di sofa seraya memejamkan matanya.
Sementara sang tuan rumah, pergi ke dapur guna mengambil air hangat dan kain kompres.
Tak berselang lama, ia kembali lagi dengan sebaskom air.
"Apa dia tertidur?" batinnya bertanya.
Mengabaikan hal itu, Ivona langsung memulai kegiatannya. Mencelupkan kain kompres tersebut ke dalam baskom, memeras nya dan membersihkan luka di sudut bibir.
"Awh," Razzan meringis dibuatnya.
"Apa aku terlalu kasar?" mata bulat itu mengerjap panik.
Razzan menggeleng lemah, kini ia merasakan kepalanya yang pening.
"Maaf, aku akan cepat." Ivona berusaha menyelesaikannya sesegera mungkin, namun ia juga terus berhati hati.
Sambil menunggu, diedarkan nya pandangan ke sekeliling ruangan ini, hingga mendapati sebuah foto bocah cilik. Razzan tersenyum kecil.
Ivona yang tengah konsentrasi, menghentikan tangannya di udara. Dahinya mengernyit bingung.
"Ada apa?" tanyanya sewot.
"Tidak ada." Sahut Razzan membuat Ivona mendengus.
Otak kecilnya turut berpikir keras. Mengapa tiba tiba kakak kelasnya datang ke rumah bahkan ada luka di sana sini? Apakah Ivona sedang dijebak? Dan nanti ia dituduh telah melakukan kekerasan?
Wanita yang dahinya masih terbalut perban itu bergidik ngeri.
"Haruskah aku mengusirnya saja?" batin putri Beril terus berkecamuk.
Tak sadar bahwa menit demi menit berlalu. Razzan pun menggoyangkan tangannya di depan wajah Ivona yang sedang terbengong.
Cupp
Spontan ia melotot kaget.
"K-kau!" pekiknya tertahan saat Razzan dengan usilnya mencium kening tak bersalah itu.
"Aku takut kau kerasukan," katanya enteng.
"Kau cukup memanggilku nanti juga aku akan dengar. Menyebalkan sekali!" gerutunya kesal.
"Ish, keningku bagaimana bisa kau ternodai?" Ivona mengelus keningnya dengan kasar. Berharap bekas itu hilang.
Tidak ingin wanitanya, ups wanitanya? Senyum merekah muncul dengan sendirinya.
Tangan kekar tersebut juga tergerak untuk menarik pelan tangan Ivona, menghentikan wanita ini sebelum melukai dirinya sendiri.
"Heh dengar, keningmu sudah ku nodai sejak pagi tadi." Razzan tersenyum puas.
"Kau! Dasar gila! Pergi dari sini!" usir Ivona terlampaui kesal.
Sedangkan Razzan acuh, ia malah kembali menyandarkan tubuhnya setelah tadi sempat duduk tegak.
"Heh k-kau jangan mati disini!" tegur Ivona saat tidak ada pergerakan dari pria di sebelahnya.
Mendengar kalimat yang kurang mengenakkan, Razzan segera bangkit dan langsung mengukung Ivona dengan ke dua tangannya.
Degg Degg Degg
"Oh ya ampun!" batin Ivona geram.
Razzan sendiri semakin dekat, mengikis jarak diantara mereka. Gadis di bawahnya tentu panik bukan main. Ia terus berusaha menahan tubuh Razzan menggunakan ke dua tangan mungilnya.
"K-kau mau ngapain?" wanita itu melotot terkejut.
"Menikahi mu," Razzan menjawab singkat. Ivona dibuat ketar - ketir olehnya.
"Ma-mana bisa? Kita tidak saling kenal!" bantahnya keras.
Namun Razzan diam. Pandangannya terkunci pada beberapa objek yang spontan membuat darahnya mendidih.
...🍁🍁🍁...
Hallo ioy, di bab ini lebih dari 600 kata loh dari biasanya yang cuman 500. Jangan lupa untuk terus dukung ay ya!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments