...Happy Reading & Enjoy...
......................
"Heh bangun!" tegur Risha seraya berbisik pelan.
Merasa terusik, Razzan pun membuka matanya. Meregangkan tubuh atletisnya sejenak.
Hal itu tidak luput dari pandangan Bu Widi dan Bapak kepala sekolah yang terhormat.
"Jadi? Apakah putra saya membuat onar lagi?" tanya Risha yang sudah hafal akan kelakuan anaknya.
"Benar Nyonya Gafi dan Nak Razzan berbuat sendiri tanpa teman temannya." Alis Risha mengkerut.
Sendiri?
Wanita setengah baya itu tau, putranya tidak akan bergerak sendiri jika tidak diusik terlebih dahulu.
"Kalau boleh tau, anak nakal ini berulah apa Pak Santo?"
"Sebelumnya maaf, biar Bu Widi yang menjelaskan detailnya." Pak Santo mempersilahkan guru BK tersebut untuk berbicara, sebab beliaulah yang tau langsung kronologinya.
"Jadi begini Nyonya Gafi, Nak Razzan sudah membuat satu siswa dan satu siswi kelas 11 pingsan. Sepertinya putra anda mengalami emosi yang hebat hingga membuat dua korban itu terluka parah." Jelas Bu Widi dengan serius.
"Korban? Disini bukan dia korbannya!" tolak Razzan tegas.
Ia tidak terima, dua b*d*b*h s**l*n itu dikatakan korban.
"Razzan tenang dulu," sang Ibu memperingati yang dibalas decakan malas oleh sang empu.
"Dan kami sebagai guru ingin agar Nak Razzan meminta maaf dan menyelesaikan masalahnya secara kekeluargaan." Sambung Pak Santo.
"Tidak bisa! Saya tidak mau." Tolak Razzan yang kekeh akan prinsipnya.
Mana mungkin ia meminta maaf, seharusnya ia patahkan saja lengan siswa tadi.
"Razzan, diam dulu!" tegas Risha.
"Juga akibat ulah putra anda, dengan terpaksa kami memberikan skorsing selama tiga hari." Putus Bapak kepala sekolah tersebut.
"Bapak kalau tidak tau faktanya jangan mengambil keputusan sendiri dong!" Razzan berdiri menentang.
"Razzan," Risha berusaha meredam amarah anaknya. Agaknya pria satu satunya setelah suaminya itu tersulut emosi.
"Apa Bapak tidak lihat korban sesungguhnya di UKS? Apa gunanya CCTV sebesar lapangan sepak bola itu terpasang?" semua terdiam, bahkan Risha juga ikut diam mengamati putra tunggalnya.
"Masa bodoh saya di skor tiga hari kek, satu bulan kek, atau bahkan satu tahun. Karena saya, hanya ingin membalas apa yang sudah mereka lakukan." Razzan berapi api.
"Membiarkan murid berbuat mesum di toilet dan melakukan bullying? Benar benar sekolah sampah!" Razzan dengan kasar pergi keluar dari ruang BK.
Tak berselang lama, masuklah Atha.
"Saya hanya ingin memperlihatkan ini," Atha menunjukkan potongan video CCTV yang ia rekam di ponselnya.
Semua berjalan merapat, ingin menyaksikan pertunjukan.
"Hah?" beo Bu Widi terkejut.
"J-jadi?" Bapak berperut buncit itu tergagap syok.
"Saya harap anda dapat memutuskannya dengan bijak." Risha dengan dingin keluar ruangan setelah menonton cuplikan video tersebut.
"Halo Tan-,"
"Dimana Razzan?" Risha memotong sapaan Ozi.
"Sepertinya bos ke UKS, Tan." Jawab Migo yang dibalas anggukan singkat.
Wanita ini berjalan cepat, bunyi high heels terdengar menggema di lorong penghubung.
"Razzan?" dengan pelan Risha menyentuh bahu anaknya.
"Dimana dia? Mama ingin lihat," menengok kesana kemari namun netranya tidak melihat yang ingin dilihatnya.
"Pulang, dia pulang." Sahutnya lesu.
"Mama telat dong?" Risha menghela napas, cukup sedih.
"Lain kali Mama bisa ketemu,"
"Hm, ya udah ayo pulang! Disini juga kamu nggak berguna." Risha mengajak pria itu untuk kembali ke rumah.
Dengan ogah ogahan Razzan mengikuti ibunya.
Sampai di parkiran, Pak Yuu sudah menunggu.
"Razzan naik motor aja Ma," tanpa menunggu balasan ia melangkah begitu saja, menghampiri motornya.
Melajukan si hitam mengikuti mobil yang ditumpangi Risha. Namun saat di pertigaan, Razzan membelokkan motornya.
Pergi ke kafe guna menenangkan pikirannya, mungkin.
...🍁🍁🍁...
Hallo ioy, cuman mau ngingetin untuk selalu dukung ay ya mwahh!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments