...Happy Reading & Enjoy...
......................
Mendengar bunyi berising di luar, pria berbibir hitam itu pun mengintip lewat jendela.
"Siapa itu? Apa Beril pulang? Tapi ini kan belum jam pulang kantor," gumamnya bingung.
Sedetik kemudian matanya melotot tajam saat melihat siapa yang turun dari mobil mini tersebut.
"Anak itu, bukannya sekolah malah pulang!" geramnya.
Dengan menahan amarah dibukanya pintu rumah, bersiap menghadang anak tiri beserta teman temannya itu.
"Aduh, ini kenapa?" pria itu menampilkan raut khawatir, dengan cepat pula membawa Ivona ke rangkulannya.
Namun percayalah, bukannya merasa aman, Ivona malah semakin kesakitan. Hal ini tidak luput dari pandangan Chelsie.
"Maaf Om, kita terpaksa nganterin Ivona pulang soalnya lagi nggak enak badan." Ucap Sheva berusaha menjelaskan.
"Terus ini kenapa?" orang yang berstatus ayah tiri itu menunjukan kening putrinya sayang.
"Ada kakak kelas yang jahatin Ivona tadi Om. Sebelumnya, maaf belum bisa menjaga Ivona dengan baik." Sambung Gita yang merasa sangat bersalah.
"Iya tidak papa. Terimakasih ya sudah mengantarkan Ivona pulang. Kalian lekas kembali ke sekolah gih, belajar yang rajin!" Gita dan Sheva mengangguk mengiyakan.
Sedangkan Chelsie menatap pria aneh di hadapannya dengan diam. Berusaha menelisik lebih jauh. Feeling nya mengatakan ketidakberesan di dalamnya.
"Tunggu apa lagi? Ayo kembali ke sekolah!" usir Gendra secara halus.
"Eh iya Om. Kalau begitu mari," Sheva menarik dua temannya agar masuk ke dalam mobil.
"Cepet sembuh Von!" Gita melambaikan tangannya yang dibalas senyum paksa oleh sang empu.
Tak berselang lama, mobil putih itu pun melaju meninggalkan pekarangan rumah.
Senyum yang berusaha ditampilkan keras oleh Gendra lenyap seketika. Dengan penuh tidak perasaannya, ia mendorong Ivona supaya masuk ke dalam rumah.
Brughh
Tubuh ringkih tersebut limbung saat Gendra menyentaknya kasar.
"Anak s**l*n! Bukannya belajar yang bener malah cari gara gara!" makinya kesal.
Mengabaikan tubuh anaknya yang memprihatinkan, Gendra terus berteriak kesetanan.
"Dasar bodoh! Benar benar bodoh! Ibumu di luar kerja keras, tapi kau malah sekolah dengan seenaknya. Lebih baik jadi p*l*c*r saja di bar!"
Deggg
Jantung Ivona seakan diremas, cukup terkejut mendengar kalimat tak pantas itu keluar dari mulut seseorang yang sialnya sendiri adalah ayah tirinya.
Tanpa terasa buliran bening jatuh, membasahi pipi mulusnya. Sungguh sakit mendengarnya.
"Dasar cengeng! Sudah sana ganti seragam mu itu dan masak untukku!" titah Gendra tidak mau tahu.
Ia melangkah pergi ke ruang keluarga, kembali menonton TV.
Sementara gadis ini? Dengan susah payah dia berusaha berdiri dan berjalan menaiki tangga, memasuki kamar. Merebahkan tubuhnya sejenak.
Kepalanya benar benar pusing dan lama kelamaan, kesadarannya pun berangsur hilang. Ivona pingsan untuk ke dua kalinya.
"Ivona! Ivona!" di bawah terdengar suara Gendra berteriak memanggil.
Merasa tidak ada sahutan, lantas pria jelek ini naik menyusul putrinya.
"Benar benar pembangkang!" Gendra melotot marah ketika melihat Ivona yang tertidur pulas, pikirnya.
"Heh bangun! Bangun bodoh!" dengan tidak berperikemanusiaan Gendra menarik Ivona hingga terjatuh.
"Awsh," rintihnya pelan sambil mencoba meraih kesadarannya.
"Tadi ku suruh apa kau? Hah!"
"Ma-maaf Ayah, tapi badan Ivona masih lemas."
"Aku tidak mau tau, sekarang juga masak!" Gendra membentaknya tajam.
"Ivona nggak kuat Ayah,"
"Oh mau melawan kamu?" Gendra bergerak cepat melepas ikat pinggangnya.
Ceplass
Dengan tidak ada belas kasih, dipukulinya Ivona.
"Dasar anak tidak tau diri! Lebih baik kau mati saja menyusul papamu! B***g**k!" pria itu terus memukul seorang gadis yang sudah tak berdaya.
"Ss-sa-sakit," ucapnya pelan.
Namun lagi dan lagi manusia biadab di depannya tetap mengayunkan ikat pinggangnya.
Plashh Plashh Plashh
"Papa, tolong jemput aku!" batin Ivona sangat berharap.
Gendra terus memukul anak tirinya itu, meskipun darah sudah mengalir di balik baju yang dikenakan Ivona.
Sedangkan sang empu perlahan mulai memejamkan matanya.
"Dasar lemah!" cibirnya dan dengan terpaksa menarik gadis tersebut ke dalam kamar mandi milik Ivona.
"Menyusahkan saja!" gerutunya dan seketika senyuman licik terbit di bibir hitamnya.
"Selamat tinggal b*d*b*h!" Gendra keluar kamar mandi begitu selesai menghidupkan shower yang berada tepat di atas Vona.
...🍁🍁🍁...
Hallo ioy, ini update terpanjang nih!! Tapi ay tetep sedih sih, soalnya belum ada yang baca cerita amburadul ini:) Gapapa nanti tetep ada kok, jangan lupa semangatin ay terus ya mwahhh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments