...Happy Reading & Enjoy...
......................
Sesampainya di rumah, pria dengan tinggi 182 cm itu memarkirkan motornya secara sembarangan. Tujuannya saat ini adalah menemui orang tuanya dan menuntut penjelasan.
"Ma, mama!" bak anak setan, ia terus berteriak mencari.
"Berisik!" ketus Gafi Aleister, papanya yang baru saja keluar dari dalam kamar.
"Mamamu ada di dapur, kenapa?" Gafi berjalan masuk ke ruang makan diikuti Razzan di belakangnya.
"Papa tau Ivona?" Razzan segera duduk di kursi biasanya waktu ia makan.
"Kamu ini, lihatlah tampang jelekmu itu! Semalam sudah tidak pulang, masih sempat sempatnya bertanya seorang gadis lagi." Oceh Gafi yang dibalas dengusan malas.
"Ada apa sih kok ribut ribut?" Risha datang sembari membawa masakannya.
"Biasa, suami Mama ngajakin Razzan berantem." Balasnya tidak mau kalah dari sang papa.
Mendengar kalimat menohok putra semata wayangnya, Gafi langsung melotot tidak senang.
"Kamu kalah berantem ya?" celetuknya mengejek, membuat sang istri menatap Razzan dengan intens.
"Sial! Awas saja kau Papa!" batin Razzan geram.
"Kamu berantem?" Risha mendekat, mengecek keadaan anak yang disayangnya.
"Mama kan udah bilang, hati hati kalau main!" dan seterusnya. Razzan menggaruk telinganya, jenuh.
"Stopp! Mamaku sayang, Razzan anakmu yang tampan ini tidak papa. Aku baik baik aja Ma, jadi nggak usah khawatir." Ia berusaha menenangkan.
Di depannya terlihat Gafi berdecak pelan.
"Sayang sayang, itu istri Papa!" omelnya sewot.
"Apa sih Pa?" Razzan mendelik.
"Kalau tidak bisa berantem tuh nggak usah berantem. Memalukan," cibir nya.
Razzan yang dalam suasana hati buruk langsung menendang kaki papanya. Sontak Gafi melotot tidak terima, ia balas dengan menjambak rambut sang putra.
"Awsh, Papa sial!" makinya semakin kesal.
"Sudah sudah kalian ini! Razzan, bersihkan dulu tubuhmu habis itu sarapan bersama!" titah Risha yang di iyakan oleh empu.
15 menit kemudian, muncullah sosok gagah bercelana selutut dari arah tangga. Pria itu kini terlihat lebih santai dengan kaos oblong berwarna putih.
Sudah rapi dibandingkan saat baru sampai tadi.
"Papa nggak ke kantor?" heran saja.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, namun pria setengah baya tersebut masih anteng menyeruput kopi hitam kesukaannya.
"Untuk apa? Toh kamu sendiri ngapain masih di rumah?"
"Cih," decak Razzan begitu malas.
Seperti biasa, Risha akan memutuskan pertengkaran mereka dan mulailah kegiatan sarapan bersama.
Bunyi dentingan sendok menghiasi suasana pagi ini.
"Ma, Pa, ada yang pengen aku omongin." Razzan memecah suasana.
Gafi yang kebetulan sudah menyelesaikan sarapannya langsung mengernyit heran. Tumben sekali anaknya bersikap serius.
"Ada apa?" sambung Gafi seraya menggeser piring bekas makannya.
"Ivona," Risha menghentikan sendokannya.
"Kenapa dengan dia?" timpalnya cepat, terlihat rasa khawatir.
"Apakah kalian tau bagaimana kesehariannya di rumah?" Gafi terlihat menghela napas.
"Apa yang sudah kamu lihat?" ia balik bertanya kepada pemuda tersebut.
Sementara Risha tengah memasang telinga baik baik, ia juga dengan cepat menyelesaikan makannya.
"Papa tau sesuatu?" Razzan memicingkan sebelah matanya, menatap curiga.
"Kalian menyembunyikan fakta tentang Ivona dariku?" Razzan sangat tidak terima itu.
"Razzan," panggil Risha pelan.
"Jelaskan!" tuturnya sembari melipat ke dua tangannya di dada. Menatap bergantian kepada sepasang suami istri di hadapannya.
"Papa tanya, barusan kamu lihat apa?" sekali lagi Gafi mencoba memastikan.
Razzan menghela napas sejenak.
"Ivona, lebam. Tubuhnya penuh luka." Razzan yakin itu, pasalnya tadi ia sempat melihat beberapa goresan di lengan Ivona dan juga lebam lebam yang lebih parah dari sebelumnya (bullying).
"Huh, pria itu benar benar cari mati!" Gafi berucap penuh penekanan.
"Pria itu?" beo Razzan yang memang tidak tahu apa apa.
"Kau tau jika Ivona memiliki ayah tiri?" sang empu mengangguk pelan, papanya tersebut pernah bercerita jika istri dari almarhum Raynar menikah lagi.
"Rupanya dia tetap menyiksa gadis tak berdosa itu,"
"Apa? Gendra menyiksa Ivona?" Risha terkejut.
Mengapa suaminya baru bilang sekarang? Sungguh!
"Mengapa Papa tidak bilang dari dulu dan menghentikannya?" sarkah Razzan.
...🍁🍁🍁...
Hallo ioy, tetep dukung ay ya biar semangat updatenya mwahh banyak banyak!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments