...Happy Reading & Enjoy...
......................
Razzan kembali berjalan masuk ke dalam markas setelah memberi tiga lembar uang merah pada cecunguk tadi.
"Sendirian lo?" matanya menangkap siluet Atha yang duduk di sofa sembari tersenyum senyum sendiri, persis orang gila.
"Tumben senyum, lagi kasmaran?" tanya Razzan setengah mengejek.
"Apaan sih lo?" dengus Atha sedikit ngegas, tapi lihatlah ada rona merah di pipinya.
Razzan mendudukkan dirinya tak jauh dari tempat Atha. Matanya senantiasa menyipit curiga.
Mesti ada apa apa di balik perubahan Atha si kutub antartika.
"Ngaku aja deh lo!" Razzan menendang sofa yang diduduki Atha.
"S**l*n! Lo berisik banget!" ketus Atha menyahut.
Pemuda itu lekas menyimpan benda pipih tersebut di saku baju sekolahnya.
"Mua kemana lo?" Razzan semakin mengintimidasi.
Atha balas menatap datar pria di dekatnya. Ia kemudian berlalu hilang di balik tembok. Diam diam menuju atap markas.
Hari ini kebetulan markas sedang sepi. Hanya ada beberapa orang saja dan itu tidak lebih dari tiga.
"Ada apa Bos?" Banu yang dari kejauhan melihat raut tidak beres dari Razzan langsung mendekat.
"Tidak, hanya ingin balas dendam saja." Ucap Razzan yang kini sedang memejamkan matanya.
"Balas dendam kepada Edo?" Banu, pria ini sungguhlah polos.
Razzan terkekeh singkat sebelum akhirnya membuka ke dua matanya.
"Lo punya rokok?" Banu terkejut.
Ini pertama kali dalam sejarah, bos Willdof bertanya tentang rokok?
"A-ada," Banu mengeluarkan benda yang diminta sang bos.
Memang, dialah yang paling aktif menggemari benda tersebut.
"Nanti gue ganti," Razzan pergi ke atap seraya membawa sebungkus tembakau. Tak lupa juga korek yang sempat ia minta tadi.
Pikirannya benar benar kalut dan kata orang, rokok adalah penenangnya. Setidaknya Razzan tetap berusaha menjaga tubuhnya dari minum minuman beralkohol.
Berdiri di pojok, menikmati hamparan pemandangan siang itu.
Panas? Tentu tidak.
Atap markas sudah didesain sedemikian rupa, sehingga dengan beberapa bagian tidak terpapar sinar matahari.
Di saat tangannya mengeluarkan sebatang rokok, tanpa sengaja pendengarannya menangkap sesuatu.
Seperti suara seseorang yang sedang cekikikan. Jangan jangan hantu? Mana ada! Tolaknya.
Menengok kesana kemari hingga Razzan dapat melihat siluet bayangan di balik tembok penyangga.
"Bukannya itu Atha?" gumamnya pelan.
Melupakan rokok, Razzan yang penasaran pun berjalan mengendap endap bak maling. Ia bahkan sudah pasang telinga baik baik.
"Iya, lain kali aku nggak bolos lagi kok."
"Iya bener sayang,"
Razzan seketika menutup mulut. Matanya membola karena terkejut.
Sebuah ide jahil pun terlintas di otaknya.
"Iya sayang aku juga merindukanmu," nada suara Razzan dibuat semenggoda mungkin.
"Ehm! Aku tutup dulu." Atha buru buru mematikan panggilannya dan berlagak cool.
"Lo! Penguntit!" desisnya begitu balik badan, sudah ada Razzan yang sedang tersenyum tengil.
"Gaya gayaan lo sok cool, padahal mah bucin abis!" ledeknya membuat Atha sangat jengkel.
"Diem lo!" Razzan dengan cuek mengangkat ke dua bahunya lalu berjalan.
Bersandar di pembatas, "Siapa yang barusan lo telepon?"
"Tunggu, jelas wanita lo lah!" Razzan menjawabnya sendiri, sungguh bodoh.
"Oke ralat. Siapa nama cewek lo?" tanyanya sambil tersenyum yang sangat membuat Atha muak.
"Lo bukan bapak ataupun mak gue!" ketua Atha.
Razzan yang sepertinya belum puas, terus menggoda pria kutub yang sudah otw cair. Hingga telinga Atha pun dibuat merah.
Tanpa mereka sadari, dari kejauhan Migo dan Ozi datang. Dua cecunguk tersebut baru selesai membeli makanan entah dimana.
"Eh Bos! Lo jangan kayak gini dong!" Migo dengan cepat merebut bungkusan rokok itu.
"Iya bener. Kalau ada apa apa tuh cerita Bos! Jangan malah nyebat nggak jelas!" Ozi ikut menimpali.
Atha sendiri baru sadar jika Razzan datang memergoki dirinya sambil membawa sebungkus rokok.
Walaupun semua anggota Willdof gesrek, inti dari mereka tetap menjaga agar sang ketua tidak menyentuh barang barang aneh sesuai perintah tuan besar Eister.
"Gue nggak jadi nyebat karena ada hal yang lebih seru." Ujar Razzan membuat Migo dan Ozi lega.
Berbeda dengan Atha yang terlihat mengumpat di dalam hati.
"Ha? Apaan itu Bos?" tanya Ozi baru sadar. Jiwa keponya kumat.
Razzan diam, ia malah berjalan hendak turun ke lantai biasanya.
Namun sebelum itu, "Iya sayang aku nggak akan bolos lagi kok."
Dengan cepat ia ngibrit menuruni anak tangga setelah berhasil menggoda si kutub.
"Sayang? Apa?" Migo menyenggol Ozi meminta penjelasan. Sementara yang disenggol sama sama cengo tidak tahu.
Duo cecunguk itu bak orang hilang dan bodoh. Kesana kemari memikirkannya.
"Razzan stress!" umpat Atha dan cepat menyusul ke bawah.
Hallo ioy, gimana nungguin part selanjutnya nggak nih? Rencananya sih hari ini Ay mau crazy up, dukung terus yaww!! mwahhh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Siti Khalimah
xixixixi
2023-10-03
0