Estelle keluar dari kamarnya di pagi hari, dan ia melihat Oniel yang sudah lebih dulu berangkat dengan motornya. Jika biasanya Oniel akan mengetuk pintu dan menunggu Estelle, kali ini Oniel tidak melakukan hal itu.
Estelle pun berjalan keluar dan bersiap mengendarai motornya dan berangkat ke sekolah tanpa Oniel. Sepanjang Jalan, ia melihat punggung Oniel yang mengendarai motor di depan nya, namun tak berani mengimbangi Oniel sama sekali.
" Ck, cepat sekali dia menyusul!" Gumam Oniel.
Oniel menambah kecepatannya, begitu juga Estelle. Mereka seperti saling mengejar, tetapi jarak mereka tetap sama. Hingga akhirnya mereka sampai di sekolah, Oniel berjalan berlalu begitu saja meninggalkan Estelle.
Hal itu tentu saja mengundang tanda tanya besar bagi murid murid disana. Biasanya Oniel akan sangat over protektif pada Estelle, tapi ini.. Bahkan Marco, Samuel dan Oliver pun menatap bingung Oniel yang meninggalkan Estelle.
" Kalian bertengkar?" Tanya Marco.
" Tidak." Ucap Estelle, memang kenyataan nya mereka todak bertengkar.
" Lalu kenapa abangmu marah begitu?" Ucap Samuel.
" Itu... " Estelle tidak bisa bicara begitu saja tentang identitasnya. Akhirnya ia pun memilih pergi meninggalkan tiga temannya.
" Ish, kekanak kanakan sekali mereka itu?" Ucap Marco.
Oliver bisa menebak, mungkin Oniel mengetahui kebenarannya. Karena Oliver juga melihat tatapan Oniel pada Estelle di malam pertandingan kemarin.
Estelle sampai di kelas, dan rupanya Oniel duduk sangat jauh darinya. Biasanya Oniel akan berada tepat di sebelah Estelle, tapi kini Oniel bertukar tempat dengan murid lain.
" Ha- hai Estelle, maaf aku disuruh Oniel duduk disini." Ucap Murid itu. Murid yang pernah menyatakan perasaannya pada Estelle.
" Mm.. Duduklah." Ucap Estelle, datar seperti biasanya.
Sejak pelajaran di mulai, hingga jam istirahat pun tiba, Oniel tak sedikitlun menatap kearah Estelle. Seakan tak mengenal Estelle, Oniel berlalu begitu saja bahkan saat jam sekolah berakhir.
" Pasti!! Kalian sedang bertengkar, kan? Ngaku saja sudah." Ucap Samuel berdiri di depan Estelle.
" Jangan memaksa seseorang menceritakan privasinya." Ucap Oliver menarik tangan Estelle dari hadapan Samuel.
" Ish.. Sejak kapan juga kau jadi dekat dengan Estelle?" Ucap Marco.
" Jangan juga terlalu ingin tahu dengan privasi orang lain." Ucap Oliver lagi.
" Anak ini sekalinya bicara sangat lurus seperti tongkat Goku. Mana pakai kata kata bijak pula." Ucap Samuel kesal.
" Sudahlah, bertanya pada mereka tidak akan dapat jawaban, lebih baik tanya pada yang bersangkutan." Ucap Marco.
" Bukankah Estelle juga bersangkutan? Oniel kan mendiami Estelle." Ucap Samuel.
" Benar juga. Estelle, kamu tidak mau memberi tahu kami apa yang terjadi?" Ucap Marco, dan Estelle hanya menggeleng dengan wajah datarnya.
" Buntu.." Ucap Samuel.
" Belum nyet! kita belum bertanya pada Oniel. " Ucap Marco.
" Oliver, ayo. Kita cari bos kita yang sedang mengambek." Ucap Marco.
Oliver, Marco dan Samuel pun pergi meningvalkan Estelle. Mereka tentu tahu kemana Oniel pergi, karena setiao harinya mereka oasti berkumpul di tempat biasa mereka berkumpul.
Estelle hendak mengendarai motornya, tetapi ia melihat Estter yang berjalan beriringan dengan Viviane. Viviane menatap sinis Estelle dan langsung menggandeng tangan Estter.
Tak mau melihat adegan itu lebih lama, Estelle pun melajukan motornya. Tetapi di depan gerbang, Joy berdiri menghadang motor Estelle.
" Joy! apa yang kamu lakukan. Itu sangat berbahaya." Ucap Estelle.
" Hehe, kakak tidak akan mencelakaiku. Kak, aku ikut denganmu saja, aku tidak mau satu mobil dengan nenek lampir itu." Ucap Joy.
" Tapi aku akan langsung pulang kerumah." Ucap Estelle.
" Kalau begitu bagus, aku ingin melihat tempat tinggal kakak." Ucap Joy, kukuh.
" Itu bukan rumahku, itu rumah Oniel. Aku tidak berhak membawa siapaoun kesana." Ucap Estelle, dan Joy pun cemberut.
" Ayo aku antar pulang saja." Ucap Estelle.
" Serius, kak?" Ucap Joy, senang.
" Ya, ayo naik." Ucap Estelle.
Joy yang antusias itu pun langsung menaiki motor Estelle, lalu Estelle pun melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
" Kakak, tumben tidak bersama kak Oniel?" Tanya Joy.
" Dia sedang marah padaku." Ucap Estelle.
" Marah, Kenapa?" tanya Joy.
" Aku tidak bisa menceritakannya." Ucap Estelle.
Hingga akhirnya setelah menempuh setengah jam perjalanan, mereka pun sampai di kediaman Joy.
" Kakak yakin tidak mau mampir?" Tawar Joy.
" Tidak, aku oulang dulu." Ucap Estelle.
" Eh, kak. Boleh tidak aku berangkat sekolah bareng kakak saja? Aku tidak mau semobil dengan wanita itu. Dia sangat aneh." Ucap Joy.
Dan pas di saat itu juga, mobil Estter sampai disana. Tentu saja Viviane di dalamnya. Estter melihat Estelle dengan tatapan yang dalam, entah mengapa di hatinya ada sebuah kerinduan pada Estelle.
" Sayang, jangan lupa malam nanti kita makan malam bersama." Ucap Viviane mengalihkan perhatian Estter.
" Aku tahu." Ucap Estter dan langsung turun dari mobil.
" Baiklah, besok aku jemput kamu." Ucap Estelle pada Joy.
" Benarkah?? Hore... Terimaksih kak." Ucap Joy.
' Joy bosa sangat manja pada Estelle, tetapi dia sama sekali tidak menyulai Viviane. Padahal Viviane yang telah bertunangan denganku.' Batin Estter.
" Kamu tidak mampir?" Tanya Estter.
" Tidak, aku harus segera pulang." Ucap Estelle dengan senyum tipisnya.
' S*al!' Batin Viviane.
" Kalau begitu, aku permisi." Ucap Estelle.
Estelle me yalakan mesin motornya, dan melaju pergi. Viviane melihat tatapan Etter yang begitu dalam pada Estelle. Hal itu membuatnya geringat dengan kejadian di masa lalu, dimana saat Viviane mengajak Estelle untuk menemaninya berkencan dengan Estter.
Tatapan itu, adalah tatapan yang sama seperti tatapan Estter di masa lalu. Tatapan yang selalu Vivian inginkan agar di tujukan kepadanya.
' Dia menatap Estelle seakan dia telah mengingat jati dirinya. Ingatannya sudah tersegel, tidak mungkin baginya mengingat Estelle atau kejadian masalalu.' Batin Viviane.
Berpindah pada Estelle, Estelle telah kembali ke kediaman Oniel. Ia berdiri di dekat jendela, menunggu Oniel pulang. Namun hingga matahari terbenam dan hari sudh gelap, Oniel tidak kunjung pulang juga.
" Nona Estelle, tuan muda mengabari kami. Dia tidak akan pulang cepat malam ini." Ucap pelayan.
" Baik." Ucap Estelle.
Begitu seterusnya, sampai satu minggu telah berlalu, rupanya Oniel tidak kembali ke kediamnnya, bahkan saat di sekolah pun Oniel bersikap seolah tak mengenal Estelle. Entah Oniel tinggal dimana sekama ini.
' Kenapa manusia selalu menjadi sangat emotional.' Batin Estelle.
Saat ini Estelle tengah berjalan di koridor sekolah karena jam sekolah sudah berakhir. Setelah seminggu ia di diamkan oleh Oniel, banyak sekali desas desus yang beredar di sekolah. Banyak yang mengatakan bahwa dua saudara sepupu itu ada hubungan yang tak lazim.
Dan akhir akhir ini, Estelle hanya sering berdua dengan Joy saja. Estter selalu bersama dengan Vivian kemanapun itu.
" Estelle.." Panggil Marco.
" Ada apa?" Tanya Estelle.
" Kau dan.. Oniel, apakah sungguh ada hubungan seperti itu?" Tanya Marco.
" Hubungan seperti itu, seperti apa?" Tanya Estelle, tidak mengerti.
" Inses." Ucap Marco.
" Maksudmu, hubungan antar saudara?? Apa kau juga berpikir demikian?" Ucap Estelle.
" Aku tidak bermaksud memikirkannya seperti itu, tetapi dilihat dari sudut manapun kalian sudah seperti pasangan yang tengah bertengkar. Tapi jika mengingat kalian itu bersaudara, walaupun ayah dan ibu kalian berbeda tapi kalian masihlah saudara sepupu kan? Jadi kabar bahwa kalian inses itu menyebar begitu saja di sekolah." Ucap Marco.
Estelle menatap semua teman kelas yang juga menatapnya dengan tatapan aneh. Tapi mau di jelaskan juga percuma, jika bukan Oniel yang menjelaskan maka apapun upayanya, nihil.
" Apakah Oniel baik baik saja?" Ucap Estelle.
" Ba- bagaimana kamu tahu dia tinggal di tempatku?" Ucap Marco.
" Jika dia baik baik saja, maka baguslah. Katakan kepadanya, jika dia tidak suka keberadaanku.. maka aku akan pergi dari rumahnya. " Ucap Estelle dan pergi meninggalkan Marco.
Tapi rupanya, Oniel mendengarnya. Oniel bersembunyi di balik dinding saat Marco bertanya pada Estelle. Dan entah mengapa wajah Oniel menjadi begitu sendu, mendengar Estelle akan pergi.
Estelle mengendarai motornya dan pulang ke kediaman Oniel. Disana, ia mengingat semua kenangannya bersama Oniel setelah beberapa bulan hidup bersama. Ia juga menatap kamar yang selama ini menjadi tempat tinggalnya.
Ketika malam hari, Estelle mengubah pakaiannya menjadi celana Jeans dengan hoodie hitam. Ia pun melesat pergi dengan kecepatan Vampirnya. Estelle datang ke sebuah gang, dia ingat betul di gang itu ia bertemu dengan Oniel pertama kali.
' Mungkin memang lebih baik aku tidak membaur bersama mereka. Aku hanya tinggal mencari cara agar bisa memulihkan ingatan Estter, dan pergi bersamanya.' Batin Estelle.
Tujuannya bangun, memang untuk Estter. Tetapi di zaman modern ini, dia begitu banyak mengalami kesulitan. Ditambah lagi Estter tidak memiliki ingatan tentang dirinya, ingatan Estter tersegel.
Tiba tiba ia mendengar sebuah rintihan memilukan. Rintihan antara menahan sakit, dan takut yang bersamaan. Estelle memejamkan matanya guna mencari asal suara itu, dan ia pun melesat ke asal suara.
Estelle terkejut melihat apa yang dilihatnya saat ini. Viviane rupanya sering menggigit manusia dan menghisap darahnya. Todak heran banyak sekali Vampir muda di zaman yang bahkan sudah modern.
" Viviane!" Ucap Estelle.
Viviane yang hendak menggigit anak muda yang saat ini tengah di cekiknya pun melirik kearah Esttel. Taring panjang dan mata merahnya, sangat mendominasi saat ini.
" Apa yang kau lakukan?" Ucap Estelle.
" Makan, apa lagi? Kau buta?" Ucap Viviane.
" Viviane!!" " Teriak Estelle, saat Viviane hendak menancapkan taringnya.
" AARGH!!!" Teriak Viviane langsung melesat mencekik leher Estelle.
" Kenapa kau selalu ikut campur rusanku, huh!!! Kau urus saja urusanmu sendiri!!" Teriak Viviane.
" Bersujud!" Batin Estelle.
Dan entak mengapa seluruh tubuh Viviane menjadi begitu lemah dan hendak bersujud mengikuti Estelle. Tetapi dengan sekuat tenaga, Viviane menahannya.
" Kau masih lemah Estelle, kau baru bangun dari tidur panjangmu belum lama. Kekuatanmu masih belum cukup untuk menundukanku!" Ucap Viviane.
Viviane berhasil melepaskan diri, dan ia mulai menyerang Estelle. Perkelahian sengit tidak bisa di hindari. Dua Vampir berkekuatan besar itu membuat gang kecil itu menjadi berantakan tak karuan.
Estelle melihat sebuah tong besi hendak jatuh diatas pemuda yang tak sadsrkan diri, dengan kekuatannya ia menghalangi tong itu dan memindahkannya ke temoat lain, tetapi hal itu di manfaatkan oleh Viviane untuk menyerang.
" ZRRASSH!!" Suara sayatan.
Viviane dengan kekuatannya, ia melukai leher Estelle dengan kuku panjangnya. Hingga di leher Estelle terdapat luka yang sangat besar.
" BBDUM!!!" Suara benda di tebrakkan ke dinding, hingga dinding itu retak.
Rupanya setelah melukai Leher Estelle, Viviane melemparkan Estelle ke dinding lalu Viviane mencekik leher Estelle kuat kuat.
" Mati saja kau Estelle! Kau selalu mengambil apa yang menjadi milikku."
Estelle memejamkan matanya, dan memanggil para kelelawar. Viviane kewalahan melawan kelelawar kelelawar itu, dan Estelle menggunakan kesempatan itu untuk menyerang Viviane.
Estelle menendang Viviane hingga vivian juga terpental sangat jauh dan menabrak dinding beton di ujung gang.
" KRRAK!!" Beton tebal itu sampai retak karena tabrakan kuat dari tubuh Viviane yang di tendang Estelle.
Dan saat Estelle melesat hendak menghajar Viviane lagi, Viviane melarikan diri begitu saja.
" Selalu begitu, hanya bisa melarikan diri." Gumam Estelle.
Estelle menyentuh lehernya yang robek itu, ia mendengar suara langkah kaki menuju kearahnya. Suara berisik di gang itu mengundang beberapa orang datang, Estelle pun melesat langsung pergi dari sana.
Estelle kembali ke gorong gorong kereta api, ia menyembunyikan dirinya disana menunggu agar luka di lehernya sembuh sendiri. Itu salah satu kekuatan Estelle, luka di tubuhnya bisa hilang seketika atau sembuh dengan cepat.
TO BE CONTINUED..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments