Estelle masuk kedalam kediaman Oniel, Jika dibandingkan dengan kastilnya dulu mungkin memang kediaman itu tak sebesar kastil, tapi itu sudah termasuk besar jika hanya untuk ditinggali satu orang.
" Kamu tinggal disini sendirian.?" Tanya Estelle.
" Hmm.. tinggal disini sendirian membuatku bosan, jadi aku selalu keluar bersama teman temanku yang lain. Aku jarang pulang kemari." Ucap Oniel.
" Selamat datang di rumah tuan muda." Ucap kepala pelayan bernama Mary.
" Terimakasih, tolong siapkan satu kamar untuk nya, juga kumpulkan semua pelayan ke ruang tengah." Ucap Oniel.
" Baik tuan muda." Ucap Mary.
' Apalah gadis ini adalah kekasih tuan muda, dia cantik sekali..' batin Mary sambil berlalu pergi.
' Kenapa seperti zaman kebangsawanan saja, dia di panggil tuan muda.' Batin Esttele.
" Ayo.." Ucap Oniel.
Oniel dan Estelle berjalan menuju ke ruang tengah, dan tak lama sekitar 11 pelayan termasuk Mary datang berkumpul di ruang tengah.
" Tuan muda, kami sudah berkumpul." Ucap Mary.
" Hari ini kita kedatangan penghuni baru, dia Estelle, adik sepupuku. Dia akan tinggal disini bersamaku mulai sekarang. Kalian layanilah dia seperti kalian melayaniku, tanpa kurang sedikitpun. " Ucap Oniel tegas.
" Baik tuan muda." Ucap para pelayan disana.
" Kalian boleh bubar." Ucap Oniel.
Semua pelayan pun bubar dari sana, terkecuali Mary. Mary ini sudah seperti ibu bagi Oniel, dia yang merawat Oniel sejak kecil juga mendidiknya. Karena orang tua Oniel bercerai dan tinggal di masing masing tempat saat ini.
Mary sendiri tidak menikah, saking sayangnya ia kepada Oniel kecil yang kurang kasih sayang orang tua. Walaupun demikian, Mary tetaplah loyal sebagai pelayan, ia tidak meninggi ninggikan statusnya, dan tetap menjadi pelayan pada umumnya.
" Tuan muda, anda dan nona Estelle mau makan siang apa.?" Tanya Mary.
" Estelle, kau ingin sesuatu.?" Tanya Oniel pada Estelle.
' Apa yang harus aku katakan, aku tidak tahu makanan manusia, selain bakso bakar.' Batin Estelle.
" Siang hari makan steak sepertinya enak." Ucap Oniel.
Oniel mengira mungkin Estelle ini hanya penci ta daging sapi, mengingat saat Estelle makan bakso bakar begitu lahap.
" Baik, saya akan menyampaikan kepada koki untuk membuatnya. Apakah kematangan sedang, matang atau sangat matang.?" Tanya Mary.
" Sedang.." Sahut Oniel.
" Baik tuan muda." Ucap Mary, lalu berlalu pergi.
Setelah Mary pergi, Estelle mendekat kearah Oniel dan berbisik.
" Oniel, apa itu koki?" Tanya Estelle.
Oniel tersenyum, lagi lagi Estelle menunjukan keluguannya.
" Koki adalah orang yang memasak dan membuat berbagai hidangan makanan, entah itu makanan berat, ringan, dan lainnya." Ucap Oniel.
" Oh... juru masak." Ucap Estelle manggut manggut.
" Ya, benar.. juru masak." Ucap Oniel sembari mengacungkan jempolnya.
" Sambil menunggu matang, biar aku tunjukan isi keseluruhan kediamanku, ayo." Ucap Oniel.
Oniel dan Estelle mengelilingi keseluruhan kediaman Oniel. Ada kolam renang besar disana, juga ada kandang kuda, rupanya Oniel suka berkuda. Halaman belakang kediaman itu juga besar, mengingat Oniel suka berkuda, jadi halaman belakang rumahnya itu bisa untuk berkuda.
Kembali memasuki ruangan, Oniel memperkenalkan satu satu nama ruangan itu, hingga fokus Estelle tersita pada satu benda yang terletak di sudut ruangan, piano.
Oniel menyadari arah pandang Estelle, dan mengira mungkin Estelle mengingat sedikit ingatannya saat melihat piano.
" Kau bisa bermain piano?" Tanya Oniel.
" Tidak.." ucap Estelle.
' Aku pikir dia bisa memainkannya.' Batin Oniel.
" Kemari, biar aku mainkan satu lagu dengan piano ini." Ucap Oniel.
Oniel menarik tangan Estelle untuk duduk di sebelahnya , sementara dirinya mulai bermain piano. Oniel memainkan piano itu dengan lihai, namun lagu yang dimainkan oleh Oniel ini terdengar pilu seakan hanya ada kesunyian dan kesepian yang Oniel rasakan saat ini.
Bahkan wajah Oniel pun menyendu, seakan tengah merindukan kehadiran seseorang lewat lagu yang ia mainkan.
Mary yang juga melihat itu pun mengusap air matanya, Mary tentu tahu mengapa Oniel memainkan lagu itu.
' Anak malang..' Batin Mary.
Hingga akhirnya Oniel pun selesai dengan pianonya, dan Mary berjalan mendekati mereka.
" Tuan muda, Nona Estelle, steak nya sudah siap." Ucap Mary.
" Baik, terimakasih." Ucap Oniel.
Mereke berdua pun berjalan ke meja makan, wajah Oniel juga seketika menjadi seperti biasanya, tidak terlihat sendu seperti saat dia memainkan piano.
' Dia manusia yang pandai menyembunyikan perasaannya.' Batin Estelle.
" Nah, ayo makan." Ucap Oniel.
' Apa ini, daging? Kenapa baunya berbeda.' Batin Estelle.
" Ayo makan." Ucap Oniel.
Estelle memperhatikan alat makannya, itu adalah alat yang bisa menyakiti Vampir juga, perak.
' Semua yang manusia gunakan selalu berhubungan dengan senjata pembunuh Vampir. ' Batin Estelle.
Namun itu sama sekali tidak mengganggu Estelle, jika Vampir ciptaan yang menyentuh mungkin akan tersakiti, tetapi tidak dengannya.
Estelle merasa bingung dengan banyaknya alat makan disana, pisau, garpu, sendok kecil, dan sendok sendok lainnya.
" Kita mau makan dengan begini banyak perak.?" Tanya Estelle.
' Perak.?' Batin Oniel.
Estelle mengangkat satu garpu, dan mengikuti Oniel, ia menancapkan garpu itu ke daging steak, lalu lansung ia makan begitu saja.
Oniel sampai melotot tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Eatelle makan tidak memorong daging itu terlebih dahulu.
" Astaga Estelle.. Bukan begitu cara makannya." ucap Oniel.
" Huh.. Halu hagai ngana? ( Lalu bagaimana).?" Ucap Estelle dengan mulut penuhnya.
Oniel tertawa mendengarnya, lalu menggelengkan kepala.
" Biar aku ajarkan, kamu potong dulu dagingnya dengan pisau san garpu, seperti ini.. Baru kamu makan." ucap Oniel mencontohkan kepada Estelle.
" Hooo... Biar aku coba." Ucap Estelle, lalu ia pun memotong dagingnya. Tetapi karena tenaga Estelle yang melebihi manusia normal lainnya, sendok itu menmbus ke piring hingga piring itu terbelah menjadi dua.
" O..ow.. Dia rapuh sekali." Ucap Estelle sembari menutup mulutnya.
Oniel lagi lagi ternganga dengan apa yang dilihatnya.
' Sebesar apa tenaga Estelle, dia bisa membelah piring.' Batin Oniel.
" Tidak apa apa, ganti yang baru saja.' Ucap Oniel.
Pelayan pun membawakan piring baru, dan steak baru. Estelle memotongnya dengan gerakan sangat pelan, ia takut piring itu terbelah lagi.
" Akhirnya..." Ucap Estelle senang..
" Setelah makan kita ke mall, kita harus membeli pakaianmu." Ucap Oniel.
' Pakaian, aku bisa menggantinya dengan sihirku.' Batin Estelle.
Tetapi demi agar Oniel tidak curiga, ia pun mengangguk saja. Dan setelah sesi makan siang menjelang sore itu selesai, mereka pun pergi ke pusat perbelanjaan di Jakarta menggunakan mobil.
Dan lagi lagi, Estelle terkesima dengan benda bernama mobil itu. Sepenjang perjalanan, ia mengulurkan tangannya keluar jendela guna menyapa angin.
" Ho.. Dia bisa lebih cepat dari motor rupanya." gumam Estelle.
Oniel hanya tersenyum sambil menggeleng gelengkan kepalanya saja. Hingga sampailah mereka di pisat perbelanjaan.
Estelle melihat lebih banyak hal baru disana, ramai dan penuh dengan benda benda aneh.
" Keluarkan semua jenis pakaian, pakaian santai, tidur, dan formal untuknya." Ucap Oniel.
" Baik tuan. Mari nona ikut saya." Ucap Pramuniaga.
Estelle pun pasrah saja mengikuti pramuniaga itu, dan ia pun memilih jenis jenis pakaian. Bukan Estelle yang memilih, lebih yepatnya pramuniaga itu yang merekomendasikan, dan Estelle hanya meng iya kan saja.
" Bagaimana dengan ini tuan.?" tanya pramuniaga pada Oniel.
" Mmm... Itu terlalu terbuka, jangan yang itu." ucap Oniel.
Pramuniaga pun kembali masuk bersama Estelle, dan berganti pakaian kembali.
" Bagaimana dengan ini tuan.?" Ucap pramuniaga.
" Itu terlalu pendek." Ucap Oniel..
" Itu terlalu feminim" ..
" Terlalu seksi."
Begitu seterusnya, hingga Estelle sendiri merasa bingung dengan Oniel. Tetapi Estelle hanya pasrah saja tidak memprotes.
Sampai akhirnya mereka menemukan semua jenis pakaian yang Estelle butuhkan, dan berakhir keluar dengan teoli yang penuh dengan barang belanjaan.
" Kita pulang." Ucap Oniel..
' Akhirnya kelar juga, manusia memang aneh.' Batin Estelle.
TO BE CONTINUED...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments