Keylin tengah duduk di lantai dan melipat baju - baju Samuel. Sambil melakukan tugasnya itu, Keylin selalu memandangi kalung yang terpasang di lehernya itu. Sudut bibir Keylin naik. Ia mengingat Edgar yang tersenyum dengan tulus padanya kemarin.
"Aku tidak pernah punya niat menikah dengan pria itu, tapi siapa sangka nyonya Regina memilihku. Kuharap Tuan Edgar tidak marah padaku nanti." Keylin tersenyum ke arah Samuel yang terbaring di dekatnya. Bayi kecil yang imut itu menyinggungkan senyum di bibirnya juga.
"Maaf ya Tuan Kecil, aku tidak bermaksud merebut ayahmu, aku menerima ini supaya bisa bersamamu juga." Selepas mengucapkan itu, tiba - tiba semua lampu di kamar mendadak padam. Keylin mengambil Samuel lalu menidurkan cepat bayi itu ke atas kasur.
"Tumben mati lampu, apa lagi ada masalah di luar sana?" pikir Keylin lalu ia pun jalan ke arah jendela. Niat mau membuka horden jendela, tiba - tiba lagi Samuel merengek. Gadis itu tidak jadi membuka jendela. Ia kembali pada Samuel.
"Kenapa kau rewel, Tuan Samuel? Apakah kau takut gelap?" Keylin menggendongnya tetapi tangis bayi itu semakin kencang. Disodorkan pucuknya pun tetap saja ditolak. Membuat Keylin cemas dan panik. Seketika saja telinga Keylin menangkap sebuah langkah kaki di depan pintu kamarnya. Keylin memeluk Samuel di dadanya kemudian mendekat ke arah pintu.
"Siapa yang jalan tadi?"
Seingat Keylin, saat ini di rumah hanya ada dia dan Samuel karena Nyonya Regina sedang keluar bersama Mona dan Bianca. Tapi jika diingat lagi ada satu yang tidak ikut.
"Kepala asisten?" Mata Keylin membulat sempurna tatkala ada yang lewat di luar jendela. Keylin pun semakin mengeratkan pelukannya supaya Samuel diam. Pada akhirnya, bayi itu berhenti menangis.
"Jangan takut Keylin, kau harus berpikir positif dulu. Siapa tahu yang lewat tadi cuma hayalanmu saja." Keylin memegang gagang pintu, berniat ingin keluar mengeceknya. Tetapi saat pintu itu terbuka, langsung saja seseorang masuk dan membekap mulutnya.
Dua netra hitam Keylin melotot di depannya adalah Mona yang menerobos masuk dan segera mengunci pintu kamar.
"Mona, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Keylin was - was karena ia tahu satu pembantu itu juga tidak suka padanya. Mona menarik Keylin menjauhi pintu.
"Keylin, aku peringatkan padamu, jangan keluar dari kamar ini dulu." Mona duduk di kasur dan mengatur nafasnya yang ngos - ngosan habis berlari ke rumah tadi.
"Kenapa?" tanya Keylin sambil menyusui Samuel supaya tangisnya tidak terdengar lagi. Mona menatap sayu pada Samuel kemudian mengambil satu tangan Keylin.
"Seseorang ingin membunuhmu."
Deg.
Jantung Keylin berdegub kencang. Tentu syok mendengar perkataan Mona yang menakutkan itu.
"Membunuhku? Siapa?" tanya Keylin sedikit bergeser. Ia takut bisa saja Mona melakukan hal keji padanya. Lagi - lagi suara langkah kaki terdengar dari balik pintu dan banyangan seseorang dari celah pintu di bawah sana terlihat jelas. Keylin dan Mona mengangkat dua kakinya lalu menutup mulut tatkala orang itu mengintip di bawah pintu. Ingin tahu apa yang ada di dalam sana. Tindakan wanita baya itu sungguh mengerikan layaknya psikopat.
"Mona, siapa di luar sana?" Keylin memegang bahu Mona, antara takut dan mau teriak.
"Shhht, kau pelankan suaramu. Di luar sana itu kepala asisten."
Keylin pun terkejut kembali. Prediksinya kali ini memang benar jika kepala asisten mau menyingkirkannya.
"Kepala asisten? Mengapa dia melakukan itu, Mona?" tanya Keylin berbisik dan melihat Samuel terkantuk - kantuk. Mona mendekati telinga Keylin, membisikkan kalau kemarin dirinya mendengar niat jahat kepala asisten.
"Jadi benar kalau susu itu dikasih racun?" tanya Keylin.
"Ya Keylin, susu itu beracun. Tapi bagaimana kau bisa menyadarinya?" balas Mona bertanya dengan nada berbisik - bisik.
"Kemarin susunya tidak sengaja tumpah mengenai bunga itu." Keylin menunjuk bunga yang mati.
"Aku baru sadar setelah melihatnya, Mona."
Mona tersenyum kecil pada Keylin yang bisa cepat menyadari bahaya.
"Kenapa kau tersenyum?" tanya Keylin mengernyit.
"Sepertinya kau ini bukan pembawa sial," ucap Mona.
"Hah? Maksudnya?" Keylin semakin bingung.
Mona melebarkan senyumnya lalu berdiri. Ia mengatakan kalau Keylin ini pembawa keberuntungan. Sebab ketika ada yang ingin melukainya, ada saja hal yang menghidarinya dari bahaya itu.
"Sepertinya kau ini dijaga oleh sesuatu deh, Keylin." Mona bicara serius dan menunjuk gadis itu.
"Ihh, jangan nakut - nakutin begitu dong!" celetuk Keylin mundur. Mona maju dan menahan dua bahu Keylin dan tersenyum manis tapi agak menakutkan.
"Keylin, aku merasa yang menjagamu adalah arwah Nona Tania."
Keylin meneguk saliva kemudian menepis dua tangan Mona. Gadis itu berdiri dan mendengkus. "Mona, jangan sembarangan bicara! Mana ada hal itu di dunia ini! Lagipula, siapa itu Tania?" tanya Keylin ingin tahu. Mona pun duduk santai kemudian menjelaskan kalau Tania adalah anak angkat dan Ibu kandung Samuel.
"Jadi, itu istrinya Tuan Edgar?" tebak Keylin membuat Mona tersentak kaget.
"Bukan!" timpal Mona.
"Bukan? Terus dia siapanya Tuan Edgar sampai punya anak seperti Samuel?" tanya Keylin garuk - garuk kepala. Mona menepuk dahinya, baru sadar si Ibu Susu Samuel rupanya belum tahu tentang Tania. Pembantu itupun kembali memberitahukan jika Edgar dan Tania tidak punya hubungan spesial.
"Kalau begitu, siapa suaminya Nona Tania?" tanya Keylin jadi penasaran dan tidak nampak memikirkan bahaya di luar sana. Mona pun dengan sabar menjelaskan lagi hubungan Tania dengan suaminya sampai mengatakan kalau dua orang itu meninggal di kapal. Bahkan Mona juga mengatakan kalau Edgar itu punya rasa pada Tania melebihi seorang adik. Bisa dikatakan, Tania adalah cinta pertama Edgar.
"Kau kenapa, Keylin?" Kali ini Mona yang bertanya pada Keylin yang terlihat gelisah.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Suky Anjalina
😁😁
2022-12-12
1
Suky Anjalina
semoga mono baik beneran ya
2022-12-12
1