"Argh, Keylin bangk*!" umpat Bianca tampak tidak karuan membersihkan jendela di depannya.
"Bianca, ada apa lagi denganmu? Siapa yang sudah membuatmu semarah itu?" tanya temannya yang mengepel lantai.
"Itu sih Keylin. Kemarin aku benar - benar sial sudah mengurus dirinya. Pulang - pulang dia mabuk dan memuntahkan isi perutnya di bajuku. Siapa coba yang tidak kesal? Sudah capek - capek dandan cantik hanya untuk menyambut Tuan Edgar, dia malah membuat tampilanku rusak."
"Gara - gara memikirkan dia juga, aku kalah slot tadi pagi. Rasanya ingin sekali menggiling tubuhnya itu," celoteh Bianca mengerucutkan bibirnya dan merem*s sampai kering lap di tangannya.
"Hei Bianca, jangan kau dendam seperti itu, dia adalah gadis yang dipilih Tuan Edgar, jika umpatan itu sampai ke telinganya, kau bisa ditendang dari rumah ini, atau bisa jadi kau tinggal nama nanti," tegur temannya itu yang juga tidak suka pada Keylin.
"Tapi memang itu faktanya. Gadis itu pembawa sial." Bianca menceburkan lapnya di dalam baskom. Tiba - tiba dua pembantu itu terdiam.
"Ehem, kerja yang benar dan tidak usah sewot. Dia memang pembawa sial bagimu, tapi bagi Tuan kecil, dia merupakan gadis yang sangat dibutuhkan di rumah ini."
"Jika kau tidak bisa mengendalikan emosimu itu, angkat kaki saja dari sini." Kepala asisten menatap Bianca yang mundur ketakutan.
"Maaf, Bu." Bianca menundukkan kepalanya dan lanjut bekerja lagi. Kepala asisten pun meninggalkan mereka berdua. "Ck, dasar wanita tua bangka." Bianca meludah dengan tatapan tidak suka pada kepala asisten. Sementara Keylin masih berhadapan dengan Edgar.
"Maaf, tadi saya habis memandikan Samuel. Karena Samuel tidak bisa tidur, saya membawanya kemari, siapa tahu dia bisa tidur jika berada di sisi ayahnya," ucap Keylin tersenyum kaku.
"Tidurkan dia di sana dan kau kemarilah." Keylin pun meletakkan Samuel di kasur Edgar dengan hati - hati kemudian berjalan ke arah pria yang duduk elegan di situ.
"Mengapa saya di suruh ke sini, Tuan?" tanya Keylin dan mengamati kamar Edgar yang luas dan bersih.
"Bantu aku pasangkan baju."
"Akhhh! Tolong jangan buka di depan saya, Tuan!" pekik Keylin cepat menutup mata ketika Edgar tiba - tiba melepaskan jubah mandinya itu.
Gara - gara teriakannya itu, Samuel terkejut dan menangis.
"Hadeh, kau tidak perlu berlebihan seperti itu," ucap Edgar menggelengkan kepalanya. Keylin membuka mata dan membisu di depan Edgar yang ternyata sudah pakai celana setengah lutut.
"Maafkan saya, Tuan! Tolong jangan hukum saya!" ujar Keylin takut dengan tatapan Edgar yang menakutkan.
"Sekarang diamkan dia dulu."
"Baik, Tuan." Keylin cepat - cepat menggendong Samuel. Hanya beberapa menit saja, Keylin mampu menenangkan bayi itu. Edgar diam - diam tersenyum, gadis pilihannya itu memang cocok berada di sisi Samuel.
"Tuan, maaf, akibat menyelamatkan saya, anda jadi kesusahan seperti ini," ucap Keylin memasang baju Edgar. Pria yang sulit pakai baju sendiri karena lukanya terasa cukup sakit sekarang, beda kemarin masih bisa ditahannya.
"Apa kau tidak bisa berhenti bicara?" tatap Edgar sudah capek dengar Keylin yang minta maaf terus.
"Ma - baiklah, Tuan." Keylin menganguk paham. Sontak Edgar mengerang kesakitan.
"Arghh, apa yang kau lakukan?" Edgar memegang lukanya yang terbuka sehingga darah mengalir keluar.
"Maaf, maaf, maaf, Tuan! Saya tidak sengaja!" ucap Keylin tak henti - hentinya menundukkan kepala dan sedikit menangis.
"Ssshhht, cepat ambilkan aku P3K di bawah," perintah Edgar duduk di tepi ranjang dan menahan darahnya sebelum jahitannya semakin melebar. Keylin dengan panik dan cepat keluar dari kamar. Tergopoh - gopoh menuruni anak tangga.
"Bu! Kotak P3K ada di mana?" tanya Keylin pada kepala asisten yang mau buka hapenya tapi tidak jadi.
"Coba di lemari itu." Kepala Asisten seketika berputar - putar dan hampir saja terjatuh ketika gadis itu lewat di sebelahnya. 'Sial, anak ini makin hari selalu bikin orang tensi.' Ia menggerutu di tempat.
"Tuan! Saya sudah bawakan P3K!" Keylin masuk ke kamar Edgar dengan nafas tersengal - sengal.
"Shht, pelankan suaramu." Edgar meletakkan satu jarinya di bibir seksinya itu.
"Upss, ma - baiklah, Tuan." Keylin menutup mulut dengan gerakan tangan layaknya meresleting bibirnya itu.
"Cepat sini dan balut lukaku!" Edgar yang sudah setengah telanj*ng dada menepuk kasur di dekatnya. Keylin segera duduk dan membuka kotak P3K itu. Sedangkan Samuel, bayi itu sudah ditidurkan oleh Edgar barusan.
"Gawat, Tuan!" ujar Keylin.
"Kenapa panik seperti itu?" tanya Edgar.
"Perbannya tidak ada! Cuma ada obat merah, Tuan. Kalau begini, saya tidak bisa menghentikan pendarahannya." Keylin menatap Edgar dengan mata berkaca - kaca. Sangat bersalah pada Tuannya itu yang sekarang dipenuhi peluh akibat rasa sakit dari lukanya itu.
"Tidak usah panik begitu, sekarang pergi ambil handuk tipis yang panjang di lemari," ucap Edgar yang dibuat panik juga. Tetapi gadis cantik itu berlari keluar.
"Astaga, dia mau kemana lagi?" Edgar mendesis kesal namun sontak tertegun pada Keylin yang kembali membawa sebuah kresek.
"Hei, apa yang kau pegang itu?" tanya Edgar yang berkeringat dingin dan ingin sekali memanggil Dokternya saja.
"Tuan duduk saja dulu, ini adalah perban darurat. Satu - satunya yang bisa menghentikan darah, Tuan," tutur Keylin mengeluarkan softex dari kresek itu.
"Sebentar dulu! Jangan pakaikan pembalut itu padaku!" Tahan Edgar sedikit malu memakainya.
"Tuan, anda jangan menolak! Ini perban tidaklah beracun, dan saat terjadinya perang besar dulu, pembalut ini sangat penting bagi tentara militer, khususnya tentara laki - laki. Fungsinya bukan cuma untuk bagi wanita saja, lho. Jadi Tuan tidak perlu malu." Keylin menggunting segi empat softex itu. Tak lupa memotong sayapnya juga. Setelah itu, dengan cepat memasangkannya ke pinggang Edgar dan memakai plaster perban supaya tidak terjatuh.
Dua pipi Edgar dibuat merah merona dengan tindakan manis Keylin. Suatu hal yang tidak pernah terjadi dalam hidupnya dan ia sedikit takjub pada Ibu Susu Samuel yang mengetahui sedikit tentang dunia sejarah.
"Yeahhh! Akhirnya selesai juga, Tuan." Keylin mengulas senyum manisnya pada Edgar lalu sontak berpaling tersipu dan salah tingkah.
"Terima kasih, Nona." Edgar balas tersenyum simpul.
"Pang...panggil Keylin saja, Tuan." Keylin terbaga - bata. 'Aduh, ini gawat! Aku tidak boleh terlalu dekat sama Tuan Edgar.' Keylin membatin tidak mau ada rasa aneh muncul di hatinya.
"Sekarang mari sini saya pakaikan baju lagi, Tuan." Keylin mengambil jas lain, supaya bisa cepat meninggalkan kamar Edgar, tetapi pria itu mengangkat satu tangannya. "Tidak perlu." Tolaknya tiba - tiba.
"Kenapa, Tuan?" tanya Keylin. 'Jangan - jangan aku hari ini mau dihukum mati?' pikir Keylin gelisah tetapi langsung menoleh ke arah pintu.
"Pagi, Tuan." Keylin mematung di sana ada Bianca.
"Sekarang uruslah Samuel, biarkan dia yang memasangkan baju untukku." Bianca mengambil jas itu di tangan Keylin dan meledek gadis itu. 'Wleek, hari ini aku tidak akan biarkan kau menyentuh Tuan Edgar.' Bianca memasangkan dengan hati - hati sedangkan Keylin mengambil Samuel.
"Jangan keluar! Tetaplah di sini dulu." Edgar melarang Keylin. Gadis itupun duduk kembali di tepi ranjang dan menggendong Samuel.
'Ishh, kenapa sih Tuan Edgar menahan dia! Kalau begini, aku kan tidak bisa berduaan dengannya!' gerutu Bianca kecewa dan kemudian tersenyum aneh. Wanita itu mendapat ide liar guna membuat Keylin terusir dari kamar itu.
'Duuh, kenapa aku masih gelisah begini ya?' batin Keylin takut dieksekusi.
Ia sudah terlanjut nyaman dengan hidupnya dan pekerjaannya, apalagi berada di sisi Samuel. Edgar melirik Keylin lalu diam - diam tersenyum smirk. 'Apa dia cemburu sampai mukanya ditekuk begitu?' pikir Edgar sengaja memanggil Bianca untuk membuat Ibu Susu Samuel cemburu. Jangankan cemburu, cinta saja masih belum bisa dirasakan gadis cantik itu. Edgar sudah salah berpikir dan begitu pula Keylin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Keser Galby
sungguh terlalu 🤭🤭🤭🤣🤣🤣🤣🤣
2022-12-22
1
Suky Anjalina
salah pokus sama judulnya
2022-12-07
1
fifid dwi ariani
trussabar
2022-12-06
0