Niat mau Keylin cemburu, malah Bianca yang mendadak bertingkah padanya. Wanita yang disuruh membantunya itu meraba - raba punggung dan juga dadanya. Ingin rasanya Bianca mencium bibir Tuannya itu.
"Tuan, apa masih ada yang perlu saya lakukan?" tanya Bianca dengan mata manja.
"Tidak! Ini sudah cukup, keluarlah!" usir Edgar. Keylin tersenyum melihat Bianca disuruh pergi. 'Rasakan, dasar kecentilan! Hahaha....' umpat Keylin tertawa diam - diam.
"Serius Tuan sudah tidak memerlukan saya? Ah atau, bagaimana kalau saya membantu menata rambut, Tuan?" tawar Bianca mengambil hair dryer di atas meja.
'Diih, Tuan Edgar cuma menyuruhnya pasang baju tapi dia minta tugas yang baru. Gitu amat cari perhatian sampai berlenggak - lenggok di depan Tuan Edgar,' batin Keylin lumayan jengkel.
"Apa saya harus mengulangnya lagi? Atau saya sendiri melepaskan daun telingamu itu?" Tatap Edgar tampak risih juga pada Bianca yang memang suka menggodanya.
"Maaf, Tuan. Saya berpikir, mungkin Tuan mau dibantu keringkan rambut olehku juga," ucap Bianca merayu.
"Kalau saja tangan saya patah, kau bisa melakukannya, tetapi tangan saya baik - baik saja! Jadi keluarlah kau dari sini!" pinta Edgar kembali mengusir dan merebut hair dryernya kemudian mengeringkan rambutnya di depan cermin. Bianca menekuk wajahnya ditolak mentah - mentah.
"AKHHH!" jerit wanita itu jatuh tersungkur.
"Keylin! Kenapa kau jahat sekali padaku! Aku kan mau keluar, tapi kau kejam sekali menahan kakiku! Kau mau aku mati terbentur, ha!" Bianca membentak. Keylin mengerutkan dahi merasa bingung.
"Lah, aku? Kenapa kau tuduh aku? Daritadi aku cuma duduk dan diam saja. Kau pasti yang jatuh dengan sengaja!" bantah Keylin.
"Sengaja? Heh, jelas - jelas kakimu yang menahanku, kau tidak usah mengelak. Minfa maaf saja padaku." Bianca protes kencang.
"Apa lagi yang kalian berdua ributkan?" tanya Edgar yang tahu hubungan Keylin dan Bianca tidak baik. Dua perempuan itu selalu cekcok bila dia tidak ada di rumah itu dan sekarang dua - duanya lagi cekcok di depannya.
Bianca berdiri di sebelah Edgar kemudian menunjuk dengan wajah sedih. "Tuan, barusan saya mau keluar tetapi didorong olehnya. Tiap hari dia selalu begitu pada saya. Tidak bisa menghormati saya yang sudah lama bekerja di tempat ini." Bianca menyeka air matanya.
"Itu bohong, Tuan. Saya sama sekali tidak mendorong dia. Itu adalah fitnah!"
"Dan lagi, saya tiap hari selalu rajin bekerja dan tidak pernah sedikitpun saya menghina orang di rumah ini, terutama pada Bianca." Keylin menimpali semua kata - kata Bianca dengan bantahannya itu.
"Aelah! Maling mana mau ngaku!" ujar Bianca.
"Stop! Apa kalian tidak bisa diam? Coba lihat, gara - gara kau yang memulai, Samuel jadi terbangun!" bentak Edgar pada Bianca.
"Tapi, Tuan."
"Keluar! Sebelum aku memikirkan hukuman apa yang patut dijatuhkan untukmu." Edgar bicara tidak main - main. Bianca mendengkus sebal, rencananya yang mau mengusir Keylin berakhir gagal total. Sudah jelas bahwa Keylin semakin diperhatikan oleh Edgar ketimbang dirinya.
'Sial, dulu Tuan Edgar tidak pernah membentakku, tapi sekarang Tuan Edgar mengusirku dan lebih memilih gadis aneh yang berpenyakitan itu. Dasar Keylin manusia purba!' Bianca keluar dengan angkuh melewati Keylin. Dia lebih memilih itu daripada nanti dapat hukuman cambukan.
"Kau juga, pergilah ke kamar Samuel!" usir Edgar pada Keylin yang sedikit syok.
"Kenapa diam saja? Pergi sana!"
"Baiklah, permisi Tuan." Keylin keluar begitu saja membuat Edgar cemberut sendiri karena Keylin enteng sekali meninggalkan kamarnya itu.
"Haih, apa dia tidak punya rasa padaku? Apa pesona tampanku yang membahana ini tidak dia idamkan? Atau jangan - jangan dia punya kelainan lain? Misalnya, dia tidak punya hati?" gumam Edgar mulai dengan pikirannya itu. Kalau tidak punya hati, sudah lama Keylin jadi tulang belulang.
Treeng....
Edgar tersadar ketika hapenya mendapat notif.
'Sudah waktunya berkunjung, Tuan!' Isi pesan dari Gerry.
"Haiss! Aku hampir lupa!" Edgar bergegas pergi dari Mansionnya. Laki - laki itu bersama Gerry menuju ke sebuah tempat pemakaman dengan membawa buket bunga. Kemudian dua pria itu berdiri di dekat satu kuburan, tempat orang berharganya berada sekarang.
Edgar tidak hanya datang memberi bunga, ia juga mengantarkan doa untuknya. Sedangkan Gerry kini menunggu di dalam mobil.
"Hei, Tuan Ed! Bagaimana dengan lukamu? Apa sudah pulih?" tanya Gerry pada Edgar yang masuk ke mobil.
"Lumayan," ucap Edgar kemudian mencari sesuatu.
"Lalu apa yang kau cari?" tanya Gerry.
"Mana kotak P3K yang tadi ku minta padamu?" Edgar ingin mengganti perban lukanya.
"Ohh, ini dia!" Gerry memberikannya.
"Sebentar, aku keluar dulu, ada panggilan dari Ibu Negara." Gerry keluar mengangkat panggilan dari Ibunya. Sedangkan Edgar mulai mengganti sendiri perbannya. Dia bisa saja ke rumah sakit, tetapi pria bernama Edgar itu tidak suka ke sana sebab akan mengingatkannya dengan kenangan Tania.
Usai menelpon, Gerry masuk. Alisnya yang sebelah terangkat melihat softex di dekat Edgar yang berisi noda darah.
"Ini kan pembalut wanita, kenapa bisa ada di sini, Tuan Ed?" Edgar tidak menanggapi pertanyaan Gerry, dia sibuk memperban lukanya itu. Ingin cepat - cepat sembuh supaya bisa bergerak leluasa.
"Jangan - jangan Tuan Ed -" Edgar melirik Gerry yang tertawa. "Ada apa denganmu?" tanya Edgar sudah selesai.
"Saya merasa lucu, orang berkuasa seperti anda masih mau menggunakan benda seperti ini. Jika orang lain melihatnya, mungkin saja akan berpikir bahwa Tuan Ed memiliki kelainan gender."
Edgar terpaku lalu melirik sinis. "Jadi kau pikir aku ini seorang wanita jadi - jadian, begitu?"
"Sorry, aku tidak bermaksud menghina, aku cuma bercanda sedikit," ucap Gerry tutup mulut sebelum Edgar menjatuhkan hukuman untuknya.
"Ck, kalau bukan dia yang pasangkan, aku juga tidak mau dibalut dengan softex," decak Edgar membungkus softex itu lalu membuangnya ke sungai saat Gerry melajukan mobilnya dan melewati sebuah jembatan.
"Oh soal gadis itu, apa Tuan Ed tidak mau memeriksa kembali kelainannya?" saran Gerry yang dari awal tertarik pada Keylin, khususnya pada kelebihannya.
"Tidak perlu, sekarang ini aku mau fokus memberantas orang." Edgar menolak. "Dan juga mencari petunjuk."
"Baiklah, saya juga satu pikiran denganmu, Tuan Ed." Gerry mengegas mobilnya dengan kecepatan di atas rata - rata untuk memulai aksi samarannya.
🎀🎀
"Hei, bodoh!" panggil Bianca mendatangi Keylin.
"Namaku Keylin, apa kau tidak bisa memanggilku dengan sebutan itu?" ucap Keylin merem*s selimut di tangannya.
"Nama kau itu jelek, mulutku tidak sudi menyebut namamu itu." Bianca tersenyum meremehkan.
'Tidak sudi? Tapi ujung - ujung dia tetap panggil namaku disaat butuh bantuan. Dasar Dinosaurus, beraninya sama yang kecil!' gerutu Keylin dalam hati.
"Lalu apa tujuanmu memanggilku?" tanya Keylin dengan suara memelas.
"Bu kepala asisten menyuruhmu pergi membeli daging! Barusan Tuan Ed menyuruh dia membuat sup ayam. Jadi karena kau tidak ada kerjaan, pergilah."
Keylin pun menatap Samuel.
"Tidak usah mencemaskan Tuan muda kecil, aku bisa menjaganya," ucap Bianca.
"Tapi kau 'kan bisa pergi, Bianca," kata Keylin.
"Hadeh, pekerjaan kita itu beda, aku lebih banyak ditugaskan di rumah ini daripada kau yang cuma disuruh mengurus satu anak. Kalau kau mau bertukar, boleh juga sih," ucap Bianca memberi sapu dan baskom. Keylin menolak dan setuju pergi.
"Baiklah, tapi kalau dia rewel, tolong hubungi aku cepat,"
"Tenang, kau serahkan dia padaku saja." Bianca memberi cek bahan - bahan yang perlu dibeli. Setelah itu menyapu lantai di kamar Samuel.
'Huft, padahal ada satu pembantu yang bisa ditugaskan, tapi Bianca masih mau memilihku. Dia pasti yang merekomendasikan aku pada kepala asisten!' celetuk Keylin yang kini tiba di pusat perbelanjaan setelah membayar ongkos taksi. Saat mau masuk ke sana, tiba - tiba seseorang menarik tangannya. Keylin diam terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Keser Galby
air mata buaya nya dikeluarkan
dasar Bianca🤭
2022-12-22
1
Keser Galby
jahat sekalikmu key ngeledekin Bianca 🙈🙈
2022-12-22
1
Suky Anjalina
lanjut 🥰
2022-12-07
1