Kabar adanya ledakan di gedung xxx menarik perhatian seorang pemuda tampan. Niatnya ingin menonton pertandingan olahraga, sekarang ia mendapat berita hal yang mengejutkan itu.
"Mamah!" Ia memanggil wanita baya yang barusaja keluar dari arah dapur.
"Ada apa kau teriak - teriak, Justin?" tanya wanita itu.
"Mamah! Coba perhatikan berita ini. Salah satu gedung di sana meledak, beruntung sih tidak ada korban jiwa, tetapi mamah tahu sendirikan gedung itu tempat penyelundupan para bajingan itu. Khususnya Worlfard." Justin berdiri di dekat televisi dan menunjuk gedung yang tampilannya sudah rusak.
Wanita itupun menyentuh dagunya dan menggigit sepotong apel segar dari tangan satunya. Ia sedang mencerna hasil penyelidikan yang disampaikan repoter dalam media tersebut. Yang mengatakan jika pemilik gedung itu sekarang ditahan oleh pihak berwajib dan dalam proses introgasi. "Hmm, bagus sekali ada yang memporak - porandakan tempat itu, tapi siapa yang sudah berani?" gumam wanita itu beranama, Regina. Ibu kandung Edgar dan juga Justin. Regina berumur 47 thn dan Justin 20 thn, cowok itu hanya beda selisih 5 thn dengan Edgar.
"Hmm, mamah. Daripada kita memikirkannya dan bikin kepala pusing, lebih baik kita ke mansion Edgar. Aku yakin, insiden ini ulah dari putra sulungmu yang keras kepala dan durhaka itu." Justin mematikan televisi.
Regina berkacak pinggang. Diambilnya majalan di atas meja kemudian menggetok kepala si bungsu.
"Aduh! Mamah, apa salah Justin?" ringis Justin cemberut.
"Kalian berdua lahir dari rahim mamah, dan tumbuh sama - sama jadi anak mamah. Ucapanmu itu diperbaiki dulu dan kau juga bercermin sebelum mengatai kakakmu anak durhaka." Regina mendengkus sebal karena dua anaknya tumbuh di lingkungan yang tidak benar sehingga kadang bertutur kurang sopan di depannya.
Pantas sih, dua - duanya turunan dari sang Ayah. Regina berharap, satu putranya ada yang jadi ahli medis sepertinya. Tapi, tau - taunya Edgar dan Justin terjun ke dunia sebaliknya. Edgar diberi amanat menjaga organisasi Mafia ayahnya, dan Justin dipercayai mengelola perusahaan keluarga di usinya yang masih muda. Regina sedikit menyesal tidak melahirkan satu anak sebelum suaminya meninggal sepuluh tahun lalu dikarenakan penyakitnya. Bisa dibilang, Regina adalah janda kaya dengan wajah yang awet muda.
Banyak wanita di luar sana ingin menjadi menantunya. Bahkan wanita terkadang mengantri di depan perusahaan Group Cope hanya ingin memikat Justin. Kalau teruntuk Edgar, tidak ada yang berani mendekati pria itu. Mereka cuma bisa mengagumi diam - diam.
"Maaf, mamah." Justin memelas.
"Sudah, sekarang bawa mamah ke mansion Edgar."
"Baik, nyonya besar!" Hormat Justin. Regina geleng - geleng kepala melihat tingkah lucu satu putranya itu, tidak seperti Edgar yang selalu melihatnya dengan muka jutek dan tatapan biasa.
Sesampainya di sana, hari sudah berganti malam. Regina dan Justin masuk ke mansion itu dan langsung disambut ramah tamah oleh kepala asisten dan Bianca.
'Kyaaa, Tuan Justin dan nyonya ada di sini! Tumben sekali mereka ke sini, apa mungkin ada rencana? Rencana kejutan untukku?' pikir Bianca salah tingkah di depan Justin dan mengira Regina datang mau membahas hal pribadi dengannya. Bisa jadi dia mau diminta untuk jadi menantu Regina. Wanita itu pergi menyiapkan jamuan.
"Bibi, mana Edgar?" tanya Regina.
"Aneh, kalau aku datang ke sini, aku langsung mendengar tangisan Samuel, kenapa tiba - tiba sepi? Apakah Samuel dan Edgar sedang keluar?" tanya Justin yang memang pernah datang sebelum Keylin dibeli.
"Tuan Edgar belum pulang, Nyonya. Sedangkan Tuan Samuel ada di kamarnya," ucap kepala asisten sopan.
"Mamah, sudah aku bilang dulu, mamah yang rawat saja Samuel. Kalau Edgar terus begini, anak itu bisa terlantarkan," kata Justin dengan sarannya itu.
"Ck, mamah tidak mau. Anak itu bukan cucu kandung mamah. Harusnya dikirim saja ke panti asuhan, bikin orang merepotkan saja." Regina menolak tegas. Raut wajahnya langsung tidak karuan.
Justin membuang nafas kemudian ia pun ke kamar Samuel untuk melihat anak Tania itu.
'Lho, kemana Tuan Justin?' batin Bianca meletakkan nampan di atas meja dan di depan Regina yang main hape.
"Kira - kira, berapa jam lagi Edgar pulang, Bibi?" tanya Regina.
"Tuan Edgar sering pulang terlambat dan juga tidak menentu, Nyonya," jawab kepala asisten.
"Dan juga, Tuan muda kadang bermalam di luar, nyonya." Bianca menyahut, ikut bicara sopan.
"Begitu rupanya, dia akhir - akhir ini sibuk. Kalau begitu, siapkan makan malam untukku, Bibi." Regina yang tidak makan tadi sekarang sudah lapar.
"Baik, nyonya." Kepala asisten menghela nafas lega sudah pergi membeli bahan tadi. Bianca pun ingin duduk mengobrol dengan Regina tetapi Kepala asisten itu menariknya ke dapur.
"Ihhh, Bibi! Kenapa sih tarik - tarik?" celetuk Bianca.
"Tidak usah banyak tingkah, sekarang bantu aku masak," ucap kepala asisten.
"Bi, suruh saja Mona! Aku mau menemani nyonya Regina. Kasihan dia jauh - jauh datang ke sini dan tidak ada yang mempedulikannya." Bianca tetap ngotot. Sontak saja, Kepala asisten menyodorkan pisau di depan wajahnya.
"Banyak sekali alasanmu. Mau aku potong saja kau? Atau kau yang potong ayam ini? Pilih yang mana?"
"Ishh, okeh!" ucap Bianca ketus. 'Dasar nenek - nenenk sialan, aku mau deketin calon mertua, tapi ada saja halangan dari dia! Mona juga, kenapa sih dia sama Keylin! Waktu berhargaku kan jadi terbuang!" gerutu Bianca.
Sedangkan di kamar Samuel, Mona yang menemani bayi itu. Pembantu berkacamata itu terkejut ketika pintu kamar dibuka.
"Selamat datang, Tuan!" sambut Mona berdiri dan menunduk sopan.
"Lho, dengar - dengar Samuel punya pengasuh, apa itu kau, Mona?" tanya Justin mengenal Mona karena wanita itu dulu sering disuruh - suruh.
"Itu, salah! Saya bukan pengasuh Tuan Samuel," ucap Mona sedikit canggung dan tidak berani menatap wajah tampan Justin. Takutnya ia terlena dan pindah haluan menganguminya. Meskipun Mona lebih tua, bisa saja hatinya terpikat. Tapi Mona pokoknya lebih mengidolakan Edgar.
"Kalau bukan kau, siapa lagi? Dan dimana dia?" tanya Justin duduk di dekat Samuel. Bayi menggemaskan yang barusan habis disusui Keylin.
"Namanya Keylin, Tuan. Sekarang dia sedang ada di kamarnya." Mona menjawab terbata - bata. Justin mangut - mangut kemudian menunjuk ke pintu.
"Kalau begitu, tolong bikinkan aku segelas kopi."
"Baik, Tuan!" Mona segera pergi dari kamar itu.
"Hey, bocah. Kau mirip dengan ayahmu, tapi sayang sekali ya, dia tidak bisa melihatmu tumbuh sekarang."
"Tapi rasanya cukup lega, ada pengasuh yang cocok denganmu." Justin sangat penasaran siapa Keylin. Gadis itu saat ini sedang terperangah dan syok melihat pantulan tubuhnya di cermin ada banyak capung - capung cinta bertebaran di mana - mana.
"Akhhh!" jerit Keylin menutupi tubuhnya pakai selimut. Gadis itu tidak tahu dari mana dan bagaimana bisa ada bekas merah di tubuhnya.
"Tidak salah lagi! Aku punya kelainan lain! Bekas ini lebih banyak dari kemarin itu! Kalau begini, aku tidak bisa menyusui Tuan Samuel." Keylin yang habis mandi pun memeluk dadanya. Ia gelisah punya penyakit baru dari bentol - bentol merah itu. Tiba - tiba pintu kamarnya diketok oleh Justin. Pria itu sempat mendengar jeritan dari kamar itu.
"Siapa? Apa itu Tuan Edgar?" Keylin cepat - cepat memakai pakaiannya. Jantungnya berdebar - debar dengan raut wajah ketakutannya itu. Ia berpikir tidak mungkin ada pria yang menggigitnya karena seingatnya, tidak pernah berhubungan cinta.
"Ya Tuhan, jika benar asiku bermasalah, apakah aku akan dikubur hidup - hidup oleh Tuan Edgar?" Karena kepolosannya, Keylin tidak menyadari semua kecupan itu dari Edgar sendiri. Gadis itu pun berjalan bimbang ke pintu dengan keringat dingin dan hati deg-degan.
.
🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Fatma Kodja
Bianca tinggal menunggu waktunya kamu akan diusir dari Mension tuan Edgar, duh Keylin betapa polosnya kamu hingga tidak menyadari kalau sebenarnya tanda" merah yang ada di tubuhmu adalah bekas kissmark dari tuan Edgar dan tunggu aja kehamilanmu akan datang 🤣🤣😂😂
2022-12-26
0
Keser Galby
jangan terlalu tinggi mimpi nya..takut nanti kmu jatoh nyesek lobaru tau rasa
2022-12-22
1
fifid dwi ariani
trus ceria
2022-12-09
0