Menjadi Istri Devano Seutuhnya

Pagi hari Lily terbangun karena silaunya cahaya matahari yang menerpa matanya, cahaya matahari masuk melalui gorden yang tertiup angin, melambai-lambai membiarkan cahaya matahari itu menyinari ke wajah Lily.

Lily mengerjakan matanya sejenak, ia melihat ke arah jendela dan menatap gorden yang bergoyang-goyang diterpa angin dan saat ia mengalihkan pandangannya ke sisi lain ia melihat Devano yang sedang sibuk merapikan pakaiannya, ia terlihat sedang mengenakan dasinya. Sepertinya suaminya itu sudah siap ingin pergi bekerja.

Lily sendiri tak tahu apa pekerjaan suaminya, yang ia tahu hanyalah dia adalah seorang yang memiliki harta yang melimpah.

Tanpa Lily sadari ia terus memperhatikan Devano dari tempatnya berbaring, ia terpesona melihat ketampanan dan penampilan suaminya. Devano hanya meliriknya sejenak dan kembali merapikan pakaiannya. Membiarkan Istrinya itu menatap ketampanan. Senyum menyeringai terbit di bibirnya.

"Istirahatlah, aku sudah meminta Bibi untuk membawa makanan kami kesini," ucap di Devano sebelum ia pun keluar dari kamar itu.

Baru saja Lily ingin bertanya dia ingin kemana. Namun, pria yang berstatus sebagai suaminya itu pun sudah menghilang di balik pintu. Lily hanya mengenal nafas kemudian ia melihat kembali ke arah tubuhnya yang tak mengenakan pakaian sehelai pun.

"Sekarang aku sudah menjadi miliknya seutuhnya. Baiklah aku akan mencoba menjadi istrinya, kita lihat apakah dia juga menganggapku sebagai istri atau hanya pelampiasan nafsunya saja. Apakah dia akan masih tetap menjalin hubungan dengan ibu atau menepati janjinya untuk tak menjalin hubungan lagi dengan ibu. Lily kemudian dengan sangat hati-hati berjalan kembali ke dalam kamar mandi, menyalakan keran air dan membiarkan air hangat memenuhi bathtub.

Ini sengaja membuat airnya lebih hangat dari biasanya, kemudian Ia pun mandi dan berendam di sana. Setelah dirasa semua badan dan area sensitifnya sudah lebih baik ia pun bangkit dari bathtub dan memakai jubah mandinya. Lily berjalan keluar dan ia melihat seorang bibi sedang menata makanan di meja yang ada di depan sofa di kamarnya.

"Silahkan, Bu. Ini Bu ini bawakan sarapan, sebaiknya sarapan dulu," ucapnya, membuat Lily hanya mengangguk sopan mengingat bibi itu usianya jauh lebih tua darinya. Mungkin juga bahkan lebih tua dari Delisa,

"Terima kasih ya, Bi," tambah Lily membuat Bibi pun tersenyum dan mengangguk sebelum ia keluar dari kamar majikannya itu.

Lily berjalan menghampiri apa yang baru saja disiapkan oleh Bibi, matanya berbinar senang. Bagaimana tidak, semua yang terhidang di sana adalah makanan kesukaannya. Entah dari mana Bibi tahu akan hal itu, makanan apa saja yang menjadi kesukaannya. Apakah ini hanya kebetulan, ia tak ingin memusingkannya, Lily yang memang sedang lapar karena permainannya semalam membuat dia makan dengan lahap.

Setelah memastikan perutnya kenyang, Lily kemudian berjalan menghampiri ruang ganti dan ternyata di kamar itu juga sudah disediakan begitu banyak pakaian dan perlengkapan lainnya. Lily pun dengan senang hati memakai dan memilih barang-barang branded itu untuk dikenakannya. Lily mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Devano jika ia ingin pulang, ia ingin ke rumahnya dan akan pulang sebelum malam.

Devano hanya mengatakan 'Iya' dalam balasan pesannya. Lily tak ingin banyak bertanya dimana dan apa yang dilakukan oleh suaminya, yang jelas ia sudah menjadi istrinya dan Devano tak akan mengganggu Delisa dan ayahnya lagi. Biarlah Delisa bersama dengan ayahnya dengan harapan ibu tirinya akan setia pada ayahnya.

Lily tak dikenangkan lagi membawa mobil sendiri, dia sudah diberikan supir pribadi yang bisa mengantarnya ke mana saja dan tentu saja Lily juga menerima hal itu. Ia ingin menikmati sebuah fasilitas yang diberikan oleh Devano, mengingat ia sudah melayaninya semalam dan memberikan apa yang sudah dijaganya selama Ia, mendapatkan semua itu darinya.

Mobil mewah pun melaju menuju ke kediaman Diego dan begitu sampai, sopir dengan sigap langsung membukakan pintu untuk Lily. Delisa yang berdiri di balkon kamarnya melihat semua itu, ia mengepal tangannya. Seharusnya dialah yang berada di posisi Lily saat ini, dia yang seharusnya menikmati fasilitas yang disiapkan oleh Devano. Walau Diego juga merupakan pria tampan dan kaya. Namun, tetap saja di hati Delisa masih tersimpan rasa cinta yang begitu besar untuk Devano. Namun, lagi-lagi ia membutuhkan kepastian, ia ingin menjalin hubungan dengan seorang dengan berstatus sebagai seorang istri dan itu tak bisa didapatkannya dari Devano.

Diego memperlakukan dengan sangat baik dan tak diragukan lagi cinta Diego padanya, tetapi tetap saja di hatinya tetap ada nama Devano.

Lily juga melihat ke arah balkon kamar ibunya dan tersenyum kepada Delisa, senyum penuh kepuasan karena telah membuat wajah ibu tirinya di pagi hari ini terlihat sangat kesal dan dengan santainya Lily masuk ke dalam dan ikut bergabung dengan ayahnya yang duduk di ruang tengah. Terlihat ayahnya sedang memeriksa beberapa pekerjaannya sebelum berangkat ke kantor.

"Selamat pagi, Ayah," sapa Lily.

Diego yang memang sangat menyayangi putrinya langsung menyambut putrinya dengan pelukan dan kecupan hangat," Duduklah," ucap Diego. "Dimana suamimu? Apa dia mengantarmu?"

"Tidak, Ayah. Devano sedang ke kantor," jawabnya.

Mendengar itu Diego hanya mengangguk dan kembali merapikan berkas-berkasnya Ayah ingin dibawa ke kantor.

"Apa kamu masih tetap ingin disini?" tanyanya dan Lily pun mengangguk.

"Ia, Ayah. Aku ingin berbincang dengan ibu sebentar. Ibu sudah lama menjadi seorang istri, aku ingin banyak tahu tentang bagaimana seorang istri melayani suami. Aku lihat ayah terlihat begitu bahagia sejak ibu datang di kehidupan Ayah. Aku juga ingin membuat suamiku bahagia," ucapnya membuat Diego pun tersenyum dan mengusap rambut putrinya.

Belajarlah dari ibumu, dia istri dan ibu yang baik. Istri dan ibu yang sempurna untuk ayah," ucapnya membuat Lily hanya tersenyum terpaksa.

'Ayah belum tahu saja siapa ibu sebenarnya dan semoga saja ayah tak pernah tahu sampai Ibu bisa merubah sikapnya. Aku selalu berdoa untuk kebahagiaan ayah," batin Lily.

Setelah kepergian ayahnya ke kantor, Lily pun langsung menuju ke kamar ayahnya, mengetuk pintunya sebentar dan membuka pintunya. Lily membuka pintu dan disambut tatapan tajam dari Delisa.

"Pagi, Bu?" sapa Lily.

"Ngapain kamu kesini?"

"Walaupun aku sudah menikah ini tetap rumahku juga, Bu!"

Delisa tak menanggapi ucapan Lily dan memilih untuk duduk di sudut kasurnya sibuk dengan ponselnya.

"Hufff, ternyata aku salah tentang hubungan suami istri. Waktu itu aku melihat ibu begitu menikmatinya, tapi ternyata rasanya sangat sakit. Belum lagi Devano melakukannya dengan sangat kasar dan cukup lama," ucap Lily memainkan kukunya dan duduk di sofa membuat Delisa mencengkram ponsel di tangannya.

"Kamu ingin apa kesini, kamu ingin pamer jika kamu telah bercinta dengan suamimu," sesal Delisa.

Lily berdiri dan menghampiri Delisa. "Tak bisakah Ibu setia pada ayah? Sekarang Devano sudah menjadi suamiku dan takkan kubiarkan ia selingkuh dengan ibu. Jadi aku harap Ibu berpikir dua kali untuk selingkuh lagi dari ayah. Aku hanya takut ibu akan menyesal nantinya. Ayah sangat mencintai ibu dan aku rasa ibu tahu akan hal itu. Ibu tahu pasti apa yang akan Ibu dapatkan jika ayah sampai mengetahuinya."

"Ayahmu tak akan tau, jadi kamu tenang saja," ucap Delisa tersenyum miring.

"Apa Ibu pernah mendengar peribahasa sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga?"

"Sepandai-pandainya ibu menyembunyikan bangkai, pasti suatu saat aromanya pun akan tercium dan aku yakin ibu akan mengalami semua itu. Jadi berhentilah, Bu! Sebelum Ibu menyesal, aku masih menghormati Ibu karena ayah sangat mencintai Ibu, tapi jika ayah juga membenci Ibu aku akan jadi orang pertama yang akan menendang ibu dari rumah ini."

"Diam kamu dan keluar dari kamar ini! Ibu tak mau berbicara denganmu," ucap Delisa berdiri dan membuka pintu, mempersilahkan Lily untuk keluar dari kamarnya.

"Aku juga ingin pergi," ucap Lily keluar dari kamar itu, ia lebih baik berjalan-jalan bersama dengan Rara dan Nita menghabiskan uang yang diberikan oleh Devano. Ia akan memanfaatkan semua fasilitas tanpa berpikir dua kali.

Terpopuler

Comments

Widi Widurai

Widi Widurai

pdhl lily uda baik ngasih dia kesempatan buat berubah. serakah sih. nanti malah jatuhnya ga dapet siapa siapa. devano ga dapet, diego pula. rugi bandar malah. mending legowo aja kl emg ga dtakdirin sama devano

2023-04-16

0

Aminah Adam

Aminah Adam

lanjuut thor..

2023-01-14

0

Leon Wijaya

Leon Wijaya

lanjut

2022-12-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!