Dilema Lily

"Lily, Kamu kenapa sih sebenarnya?" tanya Rara saat Lily sudah menepikan mobilnya di tepi jalan.

Lily tak menjawab dan hanya terus menangis, ia tak mau bercerita pada teman-temannya. Lily tak ingin menikah dengan pria seperti itu, pria yang sangat menjijikkan. Walau tampangnya memang tampan, tapi tetap saja tak ada keinginannya sedikitpun untuk menjadi istri darinya. Entah apa yang ada di pikiran pria itu setelah melihatnya bercumbu dengan ibu tirinya mengapa ia malah menawarnya untuk menikah dengannya.

"Tidak! Aku tak mau," ucapnya membuat Nita dan Rara saling menatap dan mengerutkan alis mereka.

"Apanya yang tak mau?" tanya Nita.

"Aku tak mau menikah dengannya!" ucap Lily membuat Rara dan Nita menganga mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh sahabatnya itu.

"Menikah? Mengapa kamu ingin menikah dengannya? Apa kamu tak punya pria lain yang harus dinikahi? Kamu ini gimana sih? Maksudnya kamu apa? Yang jelas dong ngomong!" ucap Rara yang bahkan menggaruk kepalanya karena tak mengerti dengan apa yang dikatakan dan dimaksud oleh temannya itu.

"Tau, Ah! Antar aku pulang," ucap Lily keluar dari kursi kemudi dan masuk ke kursi penumpang di bagian belakang bersama dengan Nita, membuat Rara pun berpindah ke kursi kemudi tanpa turun terlebih dahulu.

Lily terus menangis sementara kedua temannya itu hanya diam dan saling melirik melalui kaca spion.

Mungkin lebih baik mereka saat ini membiarkan Lily untuk meluapkan semuanya, semua kesedihannya dan akan bertanya saat mereka bertemu besok.

Begitu Rara memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu utama kediaman keluarga Lily, Lily masuk tanpa mempersilahkan teman-temannya itu untuk masuk bersamanya.

"Bagaimana? Apa kita masuk atau langsung pulan," tanya Rara melihat ke arah Nita.

"Emangnya Lily tadi mempersilahkan kita masuk? Ngajak kita masuk ke rumahnya?" tanya Nita membuat Rara pun menggeleng.

"Yaudah, kita pulang. Aku juga mau istirahat. Aku lelah kondisi tadi membuatku tegang," ucap Nita memijat tengkuknya, kejadian tadi benar-benar membuatnya tegang apalagi saat Lily mengatakan jika ia tak bisa membuka pintu kamar pria itu." Nita bergidik saat membayangkan situasi menegangkan tadi.

Rara mengangguk, ia membenarkan apa yang dikatakan oleh Nita. Ia juga sangat tegang, bahkan Rara sampai sekarang masih penasaran tak tahu apa yang terjadi di dalam sana. Ingin rasanya ia menanyakan langsung pada Lily. Namun, saat melihat Lily menangis seperti itu, ia tak tega untuk membahas masalah di kamar tadi bahkan Ia berpikir mungkinkah pria itu telah melecehkannya.

Saat makan malam Lily, Delisa dan juga Diego makan malam bersama seperti biasanya. Lily melihat betapa ayahnya itu bahagia dan tersenyum sambil berbicara dengan ibu tirinya. Mereka terlihat bahagia seperti pasangan pada umumnya.

"Delisa, bagaimana kalau kita program kehamilan? Apa kamu tak ingin memiliki anak sendiri? Walau ada Lily tetap saja kan Lily hanya anakku. Apa kamu tak pernah berpikir ingin memiliki anak kandung dariku?" ucap diego tiba-tiba di tengah makan mereka membuat Lily langsung tersedak makanannya, ayah dan ibunya melihat ke arahnya.

"Maaf," lirih Lily mengambil air minum dan meminumnya.

Delisa kambali ke pembicaraan mereka, "Tentu saja aku mau, tapi sepertinya belum saatnya. Aku belum siap untuk menjadi seorang ibu."

Diego menggenggam tangan Delisa dan itu membuat Lily merasa sangat geram.

"Apa maksudmu tak siap. kamu sudah menjadi Ibu yang baik untuk Lily. Aku juga ingin punya anak darimu, bagaimana jika besok kita mulai memeriksakan kondisi kita berdua ke dokter, kita mulai program kehamilan."

"Baiklah jika itu yang kamu inginkan, aku hanya menurut saja," ucap Delisa dengan senyumnya dan membalas genggaman tangan Diego.

"Ayah, aku sudah selesai, aku ke kamar dulu," ucap Lily tak tahan melihat Delisa yang kembali memerankan tokoh sebagai ibu yang baik dan juga istri idaman.

Lily berlari naik ke kamarnya, "Semoga saja jika kamu hamil itu memang anak Ayah bukan anak pria itu," geram Lily, ia masuk ke dalam kamar dan membanting pintunya. Ia mengacak-ngacak tempat tidurnya merasa sangat kesal mengapa ia baru menyadari jika ibunya itu adalah wanita sampah yang tak pantas menjadi pendamping ayahnya.

Lily sangat kesal dan semakin kesal saat baru menyadari jika ia tak memiliki ponsel. Lily pun keluar untuk membeli ponsel. Namun, begitu ia keluar dari toko ponsel seseorang menghadangnya dan memintanya masuk ke sebuah mobil mewah yang terparkir di dekat toko ponsel tersebut.

Lily terkejut saat melihat pria itu duduk di sana.

"Apa kau sudah mengambil keputusan?" tanyanya.

Ingin rasanya Lily meneriakkan jika ia menolaknya. Namun, bayangan senyuman ayahnya dan pelukan ayahnya kembali terbayang di benaknya. Lily yakin jika ayahnya sampai tahu kelakuan ibunya itu, semua kenyataan itu akan berdampak pada penyakit jantung ayahnya. Lily belum siap jika harus kehilangan ayahnya.

"Beri aku waktu. Bukankah kamu mengatakan akan memberiku waktu."

"Aku beri waktu Sampai besok, besok aku akan kembali menemuimu jika besok kamu tak memberi keputusan aku akan langsung menemui ayahmu dan kita lihat saja apa yang terjadi." Pria itu melihat ke arah Lily dengan senyum tipis.

Lily hanya mengeratkan rahangnya kemudian ia keluar dari mobil itu. Lily membanting pintunya dan Ia berlari menuju ke mobilnya sendiri dan langsung menancap gasnya meninggalkan tempat itu.

Devano menghela nafas panjang, ia tak pernah menyangka jika ia akan mengajak seorang wanita untuk menikah dengannya. Ia tak pernah percaya dengan adanya pernikahan, ia tak pernah memiliki keluarga yang bahagia. Ia terlahir dari hasil hubungan gelap kedua orang tuanya dan ia dibesarkan oleh kakeknya, ibunya meninggal dan ia tak tahu siapa ayah kandungnya. Itulah yang membuat ia tak pernah menghargai seorang wanita. Hingga usianya menginjak 35 tahun ia belum pernah menikah.

Awalnya Devano sering sekali bergonta-ganti wanita. Namun, saat ia bertemu dengan Delisa, hanya Delisa seorang yang menjadi pelampiasan nafsunya. Setelah menjalaninya selama 2 tahun. Delisa meminta Devano untuk menikahinya, tapi Devano dengan tegas menolak dan mengatakan jika ia tak akan pernah menikahinya sampai kapanpun membuat Delisa memutuskan untuk mencari seorang pria yang mau menikahinya, usianya sudah tak muda lagi, ia tak mungkin menjadi pelampiasan Devano selamanya tanpa adanya kepastian seperti itu.

Devano yang awalnya mengira jika Delisa tak akan lagi datang padanya setelah menikah menjadi semakin tak menghargai wanita saat Delisa ternyata kembali datang padanya Walaupun dia sudah menikah.

Devano memiliki harta yang berlimpah sudah terbiasa hidup berfoya-foya, ia harus dihadapkan pada kenyataan jika kakeknya menginginkan dia untuk menikah dan memiliki keluarga. Sudah cukup kakek dan ibunya yang tak memiliki keluarga, kakeknya ingin jika Devano memiliki keluarga dan bahagia. Mulai memperbaiki garis keturunan mereka. Kakek mengancam tak akan memberikan sepeserpun harta warisan kepada Devano jika dalam seminggu ini Devano tak membawa istrinya ke hadapannya.

Lily adalah pilihan yang dipilih oleh Devano untuk menjadi Istrinya dan di perkenalkan pada kakeknya.

Terpopuler

Comments

n4th4n14e4

n4th4n14e4

duh

2022-12-09

1

qeeraira

qeeraira

kasian Lily bagai makan buah simalakama 🥺🥺🥺
siapa pun diposisi Lily yang pasti galau tingkat dewa🤭 maju ga bisa mundur ga bisa DAN keduanya sama sama makan ati.. gila banget nikah sama orang menjijikkan yang sudah diliat live berhubungan dengan Nene lampir 😡

lanjuuuut ka M Anha 🤗🤗🤗
walaupun devano punya alasan sendri TAPI disini kasian Lily yang jadi korban 🥺
semoga devano setelah mengenal Lily tobat dan bucin😁

2022-12-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!