Pernikahan Lily

Devano dan kakeknya pun undur diri setelah menentukan tanggal pernikahan mereka. 

Ya, tanggal pernikahan mereka akan dilakukan satu minggu dari sekarang. Devano tak ingin membuang waktu, baginya sekarang ataupun nanti sama saja, Ia hanya ingin cepat-cepat menikah dan dia sudah bisa memulai kehidupannya seperti biasanya dan tak lagi dipusingkan dengan masalah pernikahan.

Setelah mobil Devano dan kakeknya pergi, Delisa langsung menyusul Lily ke dalam kamarnya. Dia masuk ke dalam kamar Lily dan mengunci pintunya.

"Plak…"

Satu tamparan dilayangkan Delisa pada Lily, nafasnya memburu. "Apa maksud kamu sebenarnya? Kamu ingin membalasku dengan meminta Devano menikahimu? Dasar murahan kamu, Lily," ucap Delisa mencengkram dagu Lily.

Lily bukanlah gadis lemah yang akan mengalah dan menerima apa yang ibu tirinya lakukan padanya. Lily langsung menepis tangan Delisa dari dagunya. Ingin rasanya ia menampar balik ibu tirinya itu. Namun, ia masih menghormatinya. Walau bagaimanapun Delisa adalah istri dari ayahnya yang berarti dia juga adalah ibunya saat ini.

"Iya, Bu. Ibu benar, aku menikahi Devano agar Ibu berhenti berselingkuh dengannya! Apa Ibu tak kasihan dengan ayah? Ayah sangat mencintai Ibu, ayah sudah memberikan segalanya bagi Ibu. Apa kurangnya ayah bagi Ibu sebenarnya sehingga Ibu tega melakukan semua ini pada ayah?" tanya Lily dengan sorot mata kemerahan menatap pada ibu tirinya itu.

Delisa  tersenyum miring  mendengar semua itu, "Denger ya Lily, walau kau sudah menikah dengan Devano sekalipun, aku akan tetap menjalin hubungan dengannya. Dengan persetujuan atau tanpa persetujuanmu. Kau belum tahu siapa Devano, dia  menikahimu karena keuntungannya sendiri. Pasti ada sesuatu hal yang membuat dia menikahimu. Dia bukanlah orang yang mau menikah dan bermain dengan satu wanita, aku mengenal sifatnya dengan sangat baik. Aku mengenalnya jauh sebelum mengenal ayahmu."

Mendengar itu Lily tertawa.

 "Jika ibu mengenal Devano lebih dulu dari ayah, lalu mengapa Ibu tak menikah saja dengan Devano, apa dia menolak Ibu? Sepertinya Devano juga tau membedakan mana wanita yang pantas dijadikan pendamping hidupnya dan mana wanita yang hanya sebagai pemuas nafsu nya," ucap Lily menyindir ibu tirinya.

Delisa mengeratkan giginya, satu tamparan lagi dilayangkan pada Lily. Pipi Lily terasa panas akibat tampar ibu tirinya, 

Lily yang tak terima mengangkat tangannya ingin membalas. Namun, ia tak meneruskan tamparannya. Ia mengepalkan tangannya yang masih terangkat, ia akan membalas  tamparan ibu tirinya itu dengan cara lain.

"Dengar ya, Bu. Aku masih menghormati Ibu sebagai ibuku, aku sudah menganggap Ibu seperti ibu kandungku sendiri, jadi  jangan biarkan aku melakukan hal yang bisa menyakiti Ibu. Aku bukan tak membalas karena aku tak mampu, tapi aku masih menghormati ayah dan Ibu. Sekarang Ibu keluar dari kamarku sebelum aku benar-benar melakukan kekerasan dan membalas apa yang Ibu lakukan padaku." Lily berbalik badan tak ingin melihat ibu tirinya itu.

"Kamu pikir aku takut dengan ancamanmu, Aku tak takut denganmu. Dengar ya Lily! Aku peringatkan kepadamu batalkan pernikahanmu dengan Devano, Devano itu adalah milikku, hanya aku yang boleh bersama dengan Devano."

"Baiklah, aku akan membatalkan pernikahanku dengan Devano dengan satu syarat." Lily mengucap tanpa melihat Delisa.

"Syarat apa?"

"Ibu bercerai dengan ayah, aku tak mau punya ibu tiri seperti Ibu, ayah sangat terhormat dan tak pantas memiliki pasangan hidup seperti Ibu."

"Ya sudah, Kenapa kamu tak melaporkan saja kelakuan Ibu pada ayahmu, apa kamu takut ayahmu tak percaya padamu dan lebih percaya padaku?" Sinis Delisa

"Percuma bicara sama Ibu, sebaiknya Ibu keluar. Waktu pernikahanku masih ada satu minggu lagi, jika dalam satu minggu itu Ibu mengajukan perceraian terhadap ayah, aku pastikan akan akan membatalkan pernikahanku dengan Devano."

Mendengar itu Delisa hanya mengepalkan tangannya, kemudian ia keluar dari kamar Lily dan  langsung ke kamarnya menghubungi Devano.

"Sial! Mengapa Devano tak mengangkat panggilanku," kesalnya. Saat ini Delisa sedang ada di kamarnya terus menghubungi Devano selingkuhannya itu. Devano tak mengangkat panggilannya walau sambungannya terhubung, ia langsung menghentikan apa yang dilakukannya saat Diego masuk.

"Sayang! Apa kamu yakin akan menikahkan Lily dengan Devano? Kau tahu Devano Seperti apa kan? Dia hanya pria brengggsek, tak akan ada kebahagiaan dalam pernikahan mereka nantinya," ucap Delisa mencoba mempengaruhi suaminya agar membatalkan pernikahan lily dan juga Devano, sampai saat ini walau ke tanggal pernikahannya sudah ditetapkan.

Delisa tetap tak terima kehilangan sosok Devano.

"Sudahlah, kita doakan saja mereka bisa bahagia. Itu sudah keputusan Lily dan aku juga sudah berbicara dengan Pak Bachtiar. Jika dia akan menjamin kebahagiaan Lily. Devano pria bajhingank tapi aku percaya pada kakeknya, Pak Bachtiar, beliau akan menepati apa yang dikatakannya."

Delisa semakin Kesal mendengar hal itu.

Hari berlalu dengan begitu cepat, walau setiap harinya Delisa terus mencoba menggagalkan pernikahan Lily dan  Devano. Namun, tetap saja ia selalu gagal. Ia juga sudah menemui Devano dan meminta Devano untuk menghentikan pernikahan mereka. Namun, Devano hanya mengatakan jika dia akan tetap menikahi Lily bahkan meminta Delisa untuk tak menemuinya lagi.

Delisa tak bisa memilih perceraian dengan Suaminya. Dia  mencintai Devano, tapi dia membutuhkan Diego.

*****

Hari pernikahan pun tiba.

Para tamu undangan sudah berdatangan, keluarga Bachtiar juga sudah datang.

Delisa bisa melihat Devano terus tersenyum dan bercengkrama dengan beberapa kerabatnya.

Hari ini Devano terlihat sangat tampan, bahkan dengan melihatnya saja Delisa sudah membayangkan permainan mereka di atas ranjang.

Tak lama kemudian Lily juga keluar. Dengan di gandeng oleh Diego. Lily terlihat begitu cantik. Diego menemani Lily menghampiri Devano yang sudah menunggunya.

 Mereka pun menikah dan Delisa hanya bisa mengepalkan tangannya.

Semua tamu undangan memberi selamat kepada kedua mempelai, melakukan sesi foto bersama dan juga meminta doa restu kepada kedua orang tua masing-masing.

 Devano dan Lily meminta doa restu kepada Diego dan Delisa dari pihak perempuan, kemudian mereka berdua kembali meminta doa restu dari kakek dari pihak pria.

Sepanjang berlangsungnya acara pernikahan, Diego bisa melihat senyum di wajah putrinya, membuat ia semakin yakin jika putrinya memang bahagia menikah dengan Devano, tanpa ayahnya ketahuan Lily sebenarnya merasa sangat sedih. Namun, ia menahannya. Lily tahu jika sejak tadi ayahnya memperhatikannya.

Kesedihannya menikah dengan Devano tertutupi oleh rasa senangnya melihat kemarahan Delisa.

Acara pun selesai, semua kembali ke kediaman mereka masing-masing. Diego dan Delisa kembali ke rumah mereka, kakek juga kembali ke kediamannya sedangkan Lily dan juga Devano menuju ke Apartemen mereka. Devano sudah mempersiapkan Apartemen tersendiri untuk Lily.

"Kita mau ke mana?" tanya Lily yang tahu jika Devano mengarahkan mobilnya bukan ke arah apartemennya. Lily tau benar dimana Apartemen pria yang sudah menjadi suaminya itu dan mobil mereka tak mengarah ke sana. 

Lily mendengar dengan jelas jika  Devano  mengatakan pada kakeknya jika mereka akan pergi ke Apartemennya.

"Tentu saja kita akan ke Apartemenku, aku kan sudah mengatakannya padamu," ucap Devano masih dengan konsentrasi pada kemudinya.

"Bukankah ini jalan lain. ini tak mengarah ke Apartemenmu?" tanya Lily. Entah mengapa ia panik sendiri, takut jika Devano akan menjualnya ke orang lain mengingat siapa Devano dan apa alasan mereka menikah.

Devano sudah menceritakan jika ia menikahinya hanya demi kakeknya dan Lily tak masalah selagi ia tak menjalin hubungan dengan ibu tirinya lagi.

Sepanjang perjalanan Lily terus bertanya kemana mereka akan pergi. Namun, Devano memilih untuk diam dan terus melajukan mobilnya hingga mereka sampai ke sebuah gedung apartemen dan naik ke lantai teratas Apartemen tersebut.

Begitu masuk matanya langsung disuguhkan pemandangan yang indah, terlihat pemandangan kota yang sangat indah dari tempat dia berdiri. 

Tempat itu juga begitu mewah lebih mewah dari apartemen sebelumnya.

"Apakah ini juga apartemenmu?" Tanya Lily. Saat ini Lily sedang berdiri di dalam sebuah kabar, didepan jendela besar dengan kaca yang besar, memperlihatkan pemandangan yang sangat indah di hadapannya.

"Tentu saja," jawab Devano. 

Lily sangat terkejut saat dia berbalik Devano sudah melepaskan pakaian atasnya, ia sudah bertelanjang dada dan hanya tersisa celananya saja.

"Kamu mau apa?" tanya Lily waspada, ia memundurkan langkah  dan menutupi dadanya dengan kedua tangannya.

"Apalagi? Ini kan malam pertama kita, aku sudah bilang padamu aku akan mematuhi semua poin-poin yang  kamu ajukan kecuali poin pertama," ucap Devano langsung menarik Lily merapatkan pada tubuhnya dan tampa persetujuan Lily ia langsung ******* bibir Lily yang sejak beberapa hari ini terus saja dibayangkannya. Ia tak tahan menikmati bibir itu kembali, sejak terakhir ia mencium bibir Lily, ia tak bergairah lagi pada wanita manapun dan hanya Lily yang ada dalam pikirannya dan sekarang Lily sudah menjadi istrinya.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

heemmm bgtu rupaynya,,diem² si dev ya 🙃🙃

2023-11-28

0

Aminah Adam

Aminah Adam

baguslah jika begitu kau dev

2023-01-14

3

Aminah Adam

Aminah Adam

good Lily👍🏼👍🏼

2023-01-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!