"Kok bisa? Lain kali hati-hati. Ini masih beruntung tidak terkena bola mata. Kalau kena bisa patal." ujar Dokter sambil tersenyum.
"Iya, Dok. Begitulah kalau perempuan lagi marah, suka kalaf. Tapi anehnya marahnya ke siapa, yang dilempar siapa?" omel Vino.
"Memang begitu kalau perempuan. Kita harus lebih sabar kalau menghadapi perempuan." saran Dokter.
Vino menggeleng. "Tidak mudah untuk dipahami ya, Dok."
"Sebenarnya perempuan itu lembut. Namun jika hatinya sakit dan terlalu sering sakit hati bisa jadi hatinya akan keras kaya batu dan lebih seram mengalahkan seramnya raja hutan, loh." saran Dokter sambil tersenyum.
Saran sang Dokter membuat Vino teringat dengan sikap kasar yang dilakukan Lean tadi. "Apa mungkin Lean sering mendapatkan rasa sakit di hatinya? Hingga dia menjadi bar-bar seperti itu?" Vino bertanya di dalam hatinya, karena heran dengan perubahan sikapnya Lean.
"Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Lukanya sudah aku obati, tinggal menunggu kering saja. Jangan lupa kasih betadine ya! Agar lukanya cepat kering." saran Dokter kembali.
"Oh, iya Dok. Terima kasih." ucap Vino.
Setelah selesai semuanya, ia bergegas ke luar Klinik dan segera pergi ke kantor untuk menemui kliennya.
***
Di tempat yang berbeda, Lean masuk ke dalam sebuah toko bernama D'Lean Bakery and Cake. Toko tersebut menjadi salah satu mata pencaharian sang Ibu, karena ayah Lean lebih dulu meninggal dunia satu tahun yang lalu.
"Aku kan mau ngasih kejutan, kenapa mesti aku yang terkejut." omel Lean sambil membuka pintu toko.
Ibu Anjani yang melihat kedatangan anak semata wayangnya dengan muka sedih seperti itu bertanya. "Loh, kok cemberut gitu sih? Kenapa lagi?" tanyanya.
"Bu, aku kesel banget sama Damar...," rengek Lean sambil memeluk sang Ibu.
"Kenapa lagi dengan Damar?" tanya sang Ibu membalas pelukan anaknya.
"Aku putus sama Damar. Dia selingkuh, Bu. Dan lebih parahnya lagi dia lebih memilih perempuan itu dibanding aku!" rengek Lean.
"Apa? Kamu putus sama Damar?" tanya sang Ibu.
"Iya Ibu, putus."
Mendengar anaknya putus, sang ibu bukannya ikut sedih, malah senang dan berjingkrak-jingkrak. "Alhamdulillah, akhirnya kamu putus juga sama Damar, Ibu seneng banget." ujar sang Ibu yang kegirangan. Hingga pandangan semua pembeli yang berada di dalam toko tersebut tertuju pada mereka.
"Loh, kok Ibu seneng? Jahat sekali Mami!" ucap Lean kesel dengan sikap sang Ibu.
"Iya, Mami seneng sekali kamu putus sama Damar. Dari dulu Mami nggak pernah suka sama sikapnya Damar yang arogan dan sombong itu."
"A'aaaah Mami jahat! Bukannya ditenangin, malah dijingkrakin." gadis itu marah dan berlalu pergi ke sebuah ruangan khusus dalam toko tersebut. Lalu ia tuntaskan kekesalan itu dengan tangisan yang histeris. Tapi untungnya ruangan itu sudah di desain khusus, jadi gak akan kedengaran sekeras apapun teriakan Lean di sana gak akan mengganggu pelanggan yang berbelanja.
"Puasin dulu saja sedihnya, jika sudah puas segera bantu Ibu ya!" ujarnya di balik pintu ruangan tersebut. "Ingat! Jangan lama-lama sedihnya, gak baik!" sang Ibu kembali memberi saran pada anak gadisnya itu.
Bu Anjani tau jika anaknya tengah sedih, akan tetapi dia tidak terlalu mengkhawatirkan gadisnya itu, karena ia pun sangat tidak suka jika anaknya berhubungan dengan Damar. Ia memiliki rencana akan menjodohkan gadisnya dengan laki-laki anak dari teman bisnisnya. "Sudah saatnya kamu harus Ibu jodohkan, Lean." gumam sang Ibu di dalam hatinya. Lalu, Ia lanjut menjaga toko tersebut dan menghampiri beberapa pelanggannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Yusha Krya
Damar orangnya tempramen alias mudah marah. Itu salah satu sifat Damar yang Ibu gak suka.
2022-12-06
0
Nadira
Yah si mami malah bahagia lihat Lean putus sama damar, rupanya emang mami ga suka sama damar.
2022-12-02
2