"Ayahnya Vino masuk Rumah sakit, karena perampokan, Bu." jawabku.
"Tante Mawar sudah tahu?"
"Sudah, tadi Vino sudah meneleponnya. Mungkin sekarang Tante Mawar lagi di jalan."
"Oke kalau begitu Ibu juga mau kesana. Kamu share lokasinya ke Ibu sekarang!"
"Gak usah, Bu. Ini sudah malam, Lean khawatir. Besok saja Ibu ke sini nya. Mungkin Lean sebentar lagi juga pulang. Biar besok Ibu bareng sama Lean ke sini nya."
"Oh gitu, ya sudah kamu hati-hati di jalannya ya!"
"Baik, Bu. Assalamualaikum,"
"Wa'alaikumsalam," Kemudian Ibu menutup teleponnya.
Aku kembali menghampiri Vino di dalam, tapi seketika langkahku terhenti saat Tante Mawar memanggil ku.
"Lean! Lean!" panggilnya sambil berjalan tegesa-gesa menghampiriku. "Di mana Om Herman? Vino mana?" tanyanya padaku dengan wajah yang begitu khawatir dan sedih.
Aku mengusap punggung Tante Mawar, agar dia lebih tenang. "Vino ada di dalam, Tan. Dan Om Herman lagi di tangani oleh Dokter."
"Ayo antar Tante ke dalam!" ujarnya.
"Mari, Tan." Aku tuntun tangan Tante Mawar berjalan menuju ruangan UGD.
"Vin!" panggil Tante Mawar ketika bertemu dengan Vino. Ia peluk Vino dan menangis.
Vino balas pelukan Tante Mawar. "Yang sabar ya, Ma. Semoga Ayah tidak kenapa-kenapa."
Pintu ruang UGD dibuka. Seketika Dokter keluar dari ruangan tersebut. Dengan cepat Tante Mawar menghampirinya. "Dok, bagaimana dengan suami saya? Apa dia baik-baik saja."
Dokter menjawab. "Pasien mengalami pendarahan di dalam kepalanya. Mungkin akibat dari benturan benda tumpul yang begitu keras di kepalanya. Sehingga pasien belum sadarkan diri."
"Dok tolong berikan perawatan yang terbaik untuk suami saya!" ujar Tante Mawar pada Dokter tersebut.
"Baik, Bu. Mungkin butuh beberapa hari untuk Bapaknya sadar. Bersabarlah!" ujar Dokter.
Vino memeluk Mamanya, "Sabar ya, Ma. InsyaAllah Ayah akan baik-baik saja."
"Iya, Vin. Aamiin. Tapi siapa yang membuat Ayah jadi seperti ini. Coba kamu ceritakan pada Mama, Vin!"
"Aku tidak tahu siapa, Ma. Hanya saja ketika di perjalanan pulang, aku melihat Ayah lagi di keroyok orang-orang yang bertopeng. Sebelumnya aku dan Lean tidak menyangka kalau itu Ayah."
Sebenarnya aku tahu siapa. Orang di balik kejahatan yang menimpa Ayahnya Vino. Namun, aku harus memastikan dulu maksud dan tujuan Damar, mengeroyok Om Herman.
"Iya kan, Yan?" Tiba-tiba Vino mengejutkanku dengan sebuah pertanyaan.
"Emh, I-iya benar, Tan." jawabku gugup karena terkejut.
"Terima kasih ya, kalau kamu tadi gak melihat ini mungkin aku gak bisa menolong Ayah." ujar Vino padaku.
Aku tersenyum. "Gak perlu bilang makasih padaku, Vin. Kita sama-sama menolong Ayah kok."
"Lean. Ini sudah malam, maaf bukannya Tante mengusir kamu. Cuman, Tante takut Ibumu khawatir. Lebih baik kamu pulang saja." ujar Tante Mawar.
"Oh, iya Tan. Aku sudah memberi tahu kabar pada Ibu. Tapi Ibu bilang maaf Ibu gak bisa ke sini karena sudah malam. Mungkin besok Ibu bisa menjenguk Om Herman ke sini, Tan."
"Oh iya gak apa-apa." ujar Tante Mawar. "Vin, antarkan Lean pulang sampai ke rumahnya ya, biar Mama di sini jagain Ayah."
"Gak usah, Tan. Lean bisa pulang sendiri pakai ojek online. Ini Lean sudah memesannya. Vino biar temenin Tante di sini saja." Aku menolak nya. Kasian Tante Mawar sendiri di sini.
"Gak apa-apa, biar aku antar saja. Sebentar kok." timpal Vino.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Chandra Dollores
padahal ini jadwalnya lari sore...
eh malah maraton di novel ini
hadehhhh...
2023-01-08
1
Nadira
Semoga ayah Vino baik-baik saja.
2022-12-25
2