Kesedihan Lean

"Kenapa? Kaget?" tanya Rika pada Lean.

Lean hanya diam dan menatap Rika. Ia sangat sedih dan heran, kenapa semuanya mesti di rebut sama Rika?

"Dasar perebut! Bukan hanya Damar, ternyata pekerjaanku juga kau rebut. Jahat kau Rika!" gumam Lean dalam hatinya yang bergemuruh kesal.

"Tunggu apa lagi? Sana pergi!" ujar Rika sambil menggandeng tangan Damar dengan mesra. Ia senagaja agar Lean semakin cemburu. Begitu juga dengan Damar, ia sengaja bermesraan dengan Rika di depan Lean. "Sana pergi!"  Damar pun ikut mengusir gadis itu.

"Jahat! Awas ya kalian!" ancam Lean pada mereka berdua. Kemudian dengan cepat ia bergegas pergi dari lokasi syuting.

Kini dirinya sudah gagal menggapai cita-citanya. "Semuanya jahat! Aku kesal dengan semuanya!" Lean teriak kesal, hingga tanpa sadar ia lempar ponsel di genggamannya ke tengah jalan.

Tapi tak lama Lean sadar, ia melihat ponselnya berserakan ditengah jalan. Untuk belum ada kendaraan yang lewat. Ia memungutnya lagi. "Duh, pecah kan. Semua gara-gara mereka." omel Lean duduk berlutut di tengah jalan.

Namun tiba-tiba Vino yang melintasi jalan itu, melihat Lean yang sedang duduk berlipat lutut di tengah jalan raya sebrang sana. "Lean! Ngapain dia di sana?" ujarnya. Ia segera menghentikan. Laju kendaraannya dan turun dari mobilnya.

Vino tau kalau Lean sedang sedih. "Apa mungkin ia akan bunuh diri? Tak boleh dibiarkan. Aku harus mencegahnya." gegas Vino menghampiri Lean.

"Stop Lean! Kamu jangan seperti ini! Kamu sadar! Kamu bisa selesaikan masalahmu dengan kepala dingin. Nggak baik seperti ini, Lean!" ujar Vino khawatir sambil memeluk erat tubuh Lean. Ia menyangka kalau gadis itu sedang ingin mencoba bunuh diri, padahal Lean lagi memungut handphone miliknya yang tadi dilemparkan ke tengah jalan raya.

Sontak Lean kaget dengan perilaku Vino padanya. "Lepaskan! Apa-apaan sih?!" gadis itu berdiri dan melepaskan pelukan Vino. "Kamu jangan coba-coba mencuri kesempatan, Vin!" tegasnya lagi.

"Kamu nyebut Lean! Sadar kamu! Jangan memutuskan semuanya dengan cara konyol seperti ini!" ujar Vino tetap dengan rasa khawatirnya.

"Apa sih kamu? Aku gak akan bunuh diri. Aku masih kuat iman, kamu yang mikirnya kejauhan. Orang hanya mau ambil handphoneku yang jatuh." jelas Lean pada pria itu.

Penjelasan Lean membuat Vino jadi salah tingkah. "O-oh gitu. Jadi kamu bukan mau bunuh diri?" Vino berbicara gugup sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Karena rasa malunya ia sengaja mengalihkan pembicaraannya. "Emh, kalau gitu kebetulan kita ketemu lagi, mana ganti rugi kamu?"

"Iih jahat kali kamu ya, orang lagi sedih malah di tagih ganti rugi," omel gadis itu hendak berlalu kesebuah taman.

"Sudah jangan banyak alasan, kalau kamu gak bisa ganti rugi ataupun tanggung jawab, tinggal bilang saja. Gak usah cari-cari alasan." ujar Vino sembari mengikuti gadis itu dari belakang.

Lean duduk di sebuah kursi yang berada di taman tersebut. "Bukannya aku mencari alasan, akan tetapi memang aku ini lagi sedih, Vin." ucap Lean.

Rasa kecewa, marah bercampur dalam hati gadis itu. Hingga tak terasa air matanya jatuh membasahi pipi. Hatinya begitu hancur, ketika tau jika sosok laki-laki idamannya kini telah berselingkuh dengan sahabatnya. Dan lebih sakitnya lagi Damar lebih memilih perempuan lain dibanding dirinya.

Vino melihat raut wajah Lean yang begitu semerawut. "Benar-benar dia sedang hancur hatinya. Siapa yang sudah berani membuat hatinya hancur seperti ini?" gumam Vino bertanya dalam hatinya. Dia sangat iba melihat perempuan yang dulu pernah singgah di hatinya, kini menangis sesenggukan di hadapannya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***