Adam kembali keaparteman miliknya, pria itu memang jarang pulang kerumah kedua orang tuanya semenjak dirinya dewasa dan membantu papanya di perusahaan hingga sampai dirinya mengambil alih perusahaan papanya.
Adam yang sebenarnya pria yang hangat jika sedang bersama keluarganya, pria itu tidak akan menunjukkan sifat dinginnya kepada orang terdekatnya.
Menggemaskan tubuhnya disofa, Adam menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Pria itu cukup tersentil dengan ucapan Disya tadi, dirinya tidak menyangka jika memiliki harapan yang tinggi, dan pupus begitu saja. Sungguh dirinya juga memiliki perasaan.
Tapi semua itu tidak membuat Adam menyerah, pria itu memiliki banyak cara untuk membuat wanitanya jatuh kedalam pelukannya.
"Kamu belum tahu berhadapan dengan siapa rubah betina, Seorang pria keturunan Adhitama tidak akan melepaskan apa yang menjadi targetnya." Ucap Adam dengan terseyum smirik.
Dirinya hanya tinggal menaikan rencana apa yang sudah Ia pikirkan untuk membuat seorang Disya Fanesya menjadi miliknya. Adam pria yang mudah menyerah, dengan lawan bisnisnya saja Adam tidak akan menyerah sampai titik penghabisan.
Sedangkan di rumah Handoko, Disya baru saja masuk kedalam kamar, wanita itu merebahkan tubuhnya terlentang di atas ranjang, sama halnya yang dilakukan Adam, Disya juga menatap langit-langit kamarnya dengan pikiran tak jauh berbeda dengan Adam.
"Bertemu denganmu hanya akan membuatku tidak terkendali." Ucapanya dengan diri sendiri.
Entah mengapa rasanya Disya selalu kesal jika bertemu dengan Adam, yang dia rasa hanya ingin memaki dan marah-marah, entahlah Disya hanya tidak suka dengan sifat pemaksa Adam. Tapi Disya juga tidak bisa mengendalikan hatinya yang terkadang terasa aneh, dan Disya tidak tahu kenapa.
Meraih ponselnya diatas nakas Disya menghela napas saat melihat ponselnya yang sudah hancur.
"Ini gara-gara pria menyebalkan itu." Ucapnya yang merutuki kebodohannya saat menjatuhkan ponselnya tadi, karena terkejut melihat Adam didalam rumahnya.
"Biasanya pria sekelas dia itu akan infiel dengan wanita bar-bar dan matre jadi_"
Disya tersenyum lebar saat mengingat beberapa ucapanya tadi bersama Adam. Dan dia yakin jika pria sekelas Adam tidak akan mencari wanita yang bar-bar dan juga tidak ada atitud didepanya.
Mengingat kejadian tadi, Disya terkikik geli. Apakah Adam sudah mulai berpikir dengan keputusannya yang meng-klaim dirinya menjadi miliknya, menurutnya tidak akan mungkin.
"Mana mungkin CEO kelas kakap seperti itu, menyukai sifat jelek ku, ohh tidak akan mungkin." Tutur Disya sambil senyum-senyum sendiri mengingat wajah Adam yang kesal tadi.
"Sekarang kita akan buktikan siapa yang akan menang, karena aku tidak akan menyerah hanya karena tampangmu yang tampan dan hartamu yang banyak."
Entah apa yang akan dilakukan Disya, wanita itu tidak akan menyerahkan dirinya begitu saja, mekipun Adam yang memilikinya pertama kali, tapi Disya tidak ingin terjerat kehidupan dengan pria yang tidak dia tahu sama sekali.
.
.
Pagi hari Disya sudah rapi dengan penampilannya seperti biasa saat bekerja. Kali ini Disya memakai celana panjang bahan dengan atasan blouse seperti biasa, rambutnya yang digerai dan sedikit bagian depan Ia ikat dibelakang membuat wanita itu kelihatan begitu cantik dan anggun.
Disya menuruni tangga dengan bibir tersenyum manis, jika mood nya sedang baik, pasti Disya akan menunjukan senyum manisnya.
"Pagi ayah, bunda." Disya menghampiri kedua orangtuanya dan mencium pipi keduanya bergantian.
"Pagi sayang, tumben keliatan ceria benget ada apa?" tanya bunda Diana yang melihat wajah Disya berseri-seri.
"Em, coba tebak." Disya terseyum menatap Diana.
"Apa sih bunda tidak tahu." Jawab Diana sambil mengoleskannya roti untuk putrinya itu.
Disya beralih menatap ayahnya, tapi sebelum bicara seorang art tiba-tiba datang membawa sesuatu.
"Non ada paket buat non Disya." Ucap art itu berjalan mendekati Disya.
"Paket apa mbak? aku nggak pernah pesen barang." Jawab Disya.
Dirinya memang tidak pernah memesan barang online.
"Ngak tau non, tadi dan kurir pake mobil yang antar." Jawab art itu semakin membuat Disya dan kedua orangtuanya bingung.
"Sejak kapan kurir pakai mobil." Ucap Diana. "Ada-ada saja." Lanjutnya sambil terkekeh.
"Ya sudah ambil saja, nanti juga tahu dari siapa?" Ucap Frans yang diangguki Disya.
"Ya udah makasih ya Mbak." Disya menerima paper bag yang diberikan art itu.
"Sama-sama non." Art itupun pergi.
Disya membolak-balikkan paper bag itu, mencari tanda pengirim, tapi tidak ada.
"Buka saja nak, Bunda penasaran apa isinya." Ucap Diana.
Disya hanya menggunakan, Frans juga sama penasaran tapi pria itu hanya diam sambil mengibaskan sarapannya.
Disya mengernyit saat melihat kotak ponsel keluaran terbaru. "Ponsel Bun?" Ucap Disya memperlihatkan pada Diana.
"Wahh itu kan keluaran terbaru sayang, dari siapa?" Tanya Diana lagi.
Disya hanya mengakat kedua bahunya. "Tidak ada memonya Bun." Jawabnya.
"Mungkin orang sama, yang memberimu mobil." Ucap Frans yang menebak.
Disya membulatkan kedua matanya, sedangkan Diana bingung dengan ucapan suaminya.
"Mobil? mobil apa yah?" Tanya Diana penasaran.
"Di depan ada mobil yang putrimu inginkan, sepertinya dia mendapat hadiah setelah memasukan si Pram ke bui." Ucap Frans sambil tersenyum.
Disya masih syok, dengan tangan menyentuh ponsel keluaran terbaru, tak lama ponsel itu bergetar, dan menampilkan nama seseorang diponsel yang dia pegang.
"Yah, Bun Disya berangkat dulu." Ucap Disya yang langsung pamit untuk berangkat.
"Heh, kok buru-buru belum dimakan ini Sya." Panggil Diana yang tidak dihiraukan oleh Disya.
"Bairkan saja Bun, nanti dia juga kenyang sendiri." Ucap Frans.
"Maksud ayah apa sih, terus kenapa ada mobil ponsel? apa Disya sedang ulang tahun?" Tanya Diana yang masih bingung dan belum mengerti.
"Tidak usah dipikirkan, kita lihat saja siapa yang akan berhasil mengambil hati putrimu itu, Dino atau_"
"Atau apa yah?" Tanya Diana penasaran.
Disya berlari tergesa-gesa menuju mobilnya yang diberikan Adam, sejak tadi ponselnya turus bergetar dan belum dia angkat.
"Halo.." Setelah duduk dibalik kemudi barulah Disya mengangkat panggilan itu.
"Bagaimana suka dengan hadiahnya?"
Tanya seseorang diseberang sana.
Disya menelan ludah, bibirnya terseyum kecut. Sebelum menjawab Disya lebih dulu berdehem.
"Suka tuan, saya sangat menyukai hadiah-hadiah yang anda kirim." Jawab Disya sambil tersenyum sinis, meskipun di seberang sana Adam tidak bisa melihat.
"Bagus jika kamu senang, maka aku tidak akan sungkan lagi mengirim hadiah jika kamu saja senang menerimanya."
Adam terseyum menyeringai dibalik percakapan mereka.
"Eh, tapi kan_"
Tut... Tut... Tut...
"Heh nyebelin..!" Disya mengumpat saat sambungan telponnya putus begitu saja, kesal tentu saja, karena pria itu seenaknya melakukan sesuatu.
"Aku kan hanya pura-pura jadi cewek matre biar dia itu ilfil, tapi kenapa malah jadi begini." Ucap frustrasi dengan menyadarkan kepalanya disetir kemudi.
"Ohh, Disya sepertinya kamu harus ekstra kerja keras membuat pria itu mengalah." Gumamnya dengan hati miris.
.
.
Next jangan lupa like komen. karena kalian Suka lupa jika up doubel 🤣🤣🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
sherly
si ayah Frans lebih cepat menganalisa calon mantu ya
2024-09-20
0
Katherina Ajawaila
biar hamil thour Disya, jadi ngk sombong
2024-04-11
0
HR_junior
gak pa matre wong km di ksh kok soale kekayaan si adhitam berlebihan
2024-01-28
0