Adam menatap bangunan rumah berlantai dua yang ada diseberang jalan, pria itu sudah sepuluh menit duduk didalam mobil miliknya yang Ia parkir di seberang jalan.
Entah apa yang dia tunggu, tapi setidaknya dia bisa mendapatkan atau melihat sesuatu dari seberang sana.
Tak lama sebuah mobil berhenti didepan gerbang yang tidak terlalu tinggi itu. Adam tampak menegakkan tubuhnya agar bisa melihat dengan jelas.
Terdengar suara klakson mobil beberapa kali, mungkin untuk memberi tahu satpam agar membukakan pintu gerbang, tapi setelah ditunggu-tunggu pintu itu tak kunjung terbuka, dan keluarlah seorang dibalik kemudi itu.
Jantung Adam berdebar, melihat seorang wanita yang sangat dia kenali, wanita yang selalu ada di dalam bayangan Adam, dan entah kenapa hanya karena satu malam di London Adam tidak bisa melupakan kejadian malam panas itu sampai sekarang. Apalagi Adam membuang bibit kecebongnya di dalam rahim wanita itu hingga beberapa kali. Adam hanya takut jika wanita itu hamil dah tidak mengakuinya.
Dari jarak yang lumayan, Adam bisa melihat wajah Disya yang kesal. Mungkin saja karena pintu gerbang tidak cepat dibukakan.
"Pak gandi lama, bikin aku sebel." Ucap Disya saat melewati pintu gerbang, dengan dorong oleh pria berpakaian satpam.
"Maaf atuh non, bapak teh kebelakang setor." Pria yang bernama Gandi itu tertawa.
Disya langsung menjalankan mobilnya kembali untuk masuk ke halaman rumah, dan penjaga bernama Gandi itupun langsung menutup gerbang kembali.
Adam menarik sudut bibirnya, dia tidak sadar jika sudah menjadi penguntit sore hari ini.
"Baiklah, sekarang kamu tidak akan bisa lepas- dariku." Adam tersenyum menyeringai.
"Sya sudah pulang?" Diana menyambut putrinya yang baru saja masuk rumah.
"Sudah Bun, ayah belum pulang?" Tanya Disya sambil menyalami tangan bundanya.
"Sudah, lagi diruang kerja." Jawab Diana. "Kenapa?" Tanyanya lagi yang melihat wajah putrinya seperti menyimpan masalah. "Kamu punya masalah?"
"Em,," Disya sedikit berpikir. "Aku tadi bertemu Mas Dino Bun." Tutur Disya dengan menghela napas. "Dan seperti yang aku katakan dulu, jika aku ingin menyelesaikan pendidikan, dan sekarang aku sudah selesai dan Mas Dino masih menunggu keputusan dariku." Disya menatap budaya penuh kebimbangan.
Dirinya dulu memang menjalin hubungan dengan Dino, dan saat itu Disya belum merampungkan kuliah saat Dino ingin melamarnya, dengan menyakinkan Dino, Disya bisa menyelesaikan kuliah tanpa diganggu oleh Dino. Dan pria itu dengan terpaksa menuruti Permintaan sang kekasih, asalnya saat waktunya tiba Disya tidak lagi menolaknya.
"Lalu apakah kamu ingin menerima nak Dino?" Tanya Diana yang melihat kegundahan dihati putrinya.
"Jujur Disya senang bertemu Mas Dino lagi, hanya saja_"
Disya tidak mungkin bercerita jika yang menjadi pertimbangannya sekarang adalah kejadian saat di London, dimana sesuatu yang berharga dia lepaskan begitu saja dengan pria yang tidak dia kenal, dan Disya sama sekali tidak tahu dengan siapa dirinya melakukan ons itu.
"Sya.." Bunda Diana menyentuh bahu Disya. "Kamu melamun."
Disya tersadar. "Maaf Bun, nanti aku mau ngomongin ini sama ayah." Elaknya untuk mengalihkan kecurigaan bundanya.
"Ya sudah kamu bersih-bersih dulu."
Disya mengagguk dan berlalu untuk menuju kamarnya.
Disya langsung membersihkan diri, masuk kedalam balthup, hari ini begitu lelah karena banyak yang harus dia persiapkan, apalagi besok dirinya akan menghadapi sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan dalam bekerja. Bagaimana jika dirinya diserang dan dianggap memanipulasi apa yang sudah dia buat. Memikirkan itu membuat kepalanya sedikit nyeri.
Bahkan direktur keuangan dikantornya begitu senang melihat hasil kerjanya yang sudah dia revisi dua kali, dimana disana banyak kecurangan angka yang Disya ketahui.
Tapi tekatnya sudah bulat, dirinya akan membongkar siapa dibalik tikus berdasi yang sudah bermain curang, meskipun pekerjaan yang dia inginkan menjadi taruhannya.
Setelah satu jam bergelut dengan pikirannya dan sempat tertidur di balthup, itulah kebiasaan Disya saat lelah mendera.
Disya menuruni tangga di saat makan malam tiba, dan betapa terkejutnya Disya melihat disana sudah ada Dino yang sedang mengobrol dengan ayah dan bundanya di meja makan. Untung saja Disya sempat bercerita kepada bundanya.
"Nah, itu Disya." Bunda Diana menunjuk Disya yang berjalan pelan kearah meja makan.
Dino tersenyum melihat wanita yang sejak dulu menepati hatinya kini bisa dia lihat lagi dalam jarak yang dekat.
"Mas Dino, kesini?" Tanya Disya yang mencoba untuk tersenyum, agar rasa keterkejutannya tidak terlalu ketara.
"Tadi kebetulan kewat, tapi sengaja mampir kesini." Jawab Dino sambil tersenyum.
"Ayah baru tahu kalau kamu sekantor sama nak Dino, setahu ayah dulu nak Dino tidak di kantor itu." Ucap ayah Disya menatap putri dan Dino teman pria putrinya sejak lama.
Disya mengambil duduk disebelah bundanya, dan berhadapan dengan Dino.
"Disya juga baru tahu tadi yah, kalau Mas Dino bekerja di sana." Disya menatap Dino yang juga menatapnya.
Ada desiran aneh yang Disya rasakan, rasanya sangat seperti sesuatu yang tidak bisa dirinya jelaskan.
"Saya baru dua tahun lebih dipindah ke kantor cabang yang lebih besar, dan yaa saya bersyukur Om, bisa ketemu Disya disana." Dino menatap Frans bergantian dengan Disya.
"Jadi kalian akan melanjutkan hubungan dua tahun yang tertunda?" Ceplos bunda Diana membuat Disya mendelik dengan jantung berdebar-debar.
Dino tersenyum menatap Disya yang menunduk.
"Jika Disya mau, saya ingin kembali menjalin hubungan dengan putri Om dah Tante ke jenjang yang lebih serius." Ucapan Dino membuat Disya mendongak dan menatapnya. "Waktu dua tahun tidak sebentar untuk menunggu, dan hari ini kita dipertemukan kembali untuk menyelesaikan hubungan yang tertunda."
Disya tidak bisa lagi berkata, lidahnya terasa kelu, membuatnya sulit untuk bicara. Disya bisa melihat ucapan tulus dari Dino yang memang sejak dulu mencintainya. Disya sudah hafal bagaimana cara Dino mencintainya. Dan tatapan cinta itu kini masih terlihat jelas di kedua mata Dino.
"Ayah tidak bisa memutuskan, karena semua keputusan ada ditangan Disya, dan kami orang tua hanya ingin melihat putrinya bahagia." Frans menatap kearah Disya yang juga menatapnya, Frans memberikan senyum untuk putrinya sebagai keyakinan untuk Disya menentukan pilihan.
"Jadi ayah serahkan pada kamu nak, kami akan menghargai keputusanmu jika itu yang terbaik untukmu."
Disya semakin dilema, disatu sisi dirinya juga masih menginginkan Dino berada di sampingnya, tapi di satu sisi Disya takut jika Dino tidak menerima apa yang sudah terjadi padanya. Tapi Disya berkeyakinan lagi, jika cinta yang tulus tidak akan merubah apapun meksipun kepadanya berbeda.. Dan Disya hanya tinggal melihat apa yang akan Dino lakukan jika dirinya berkata jujur. Bukankah memulai hubungan harus dilandasi dengan kejujuran, dan Disya akan membuktikan hal itu.
"Tapi ada yang akan aku sampaikan lebih dulu ke Mas Dino."
Semua menatap Disya dengan penuh tanda tanya, terutama Dino yang menatap penuh rasa penasaran.
.
.
semangat sayang, like'_komen jangan lupa ketinggalan 🤣🤣 love sekebon love 💙💙💙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
mundur saja Dino.. Disya buksn.jodohmu.. 🤭👍😂😍
2023-11-27
0
💕febhy ajah💕
bgus disya lebih baik jujur kepada dino, tinggal dinonya yg memutuskan maunya gimana.
2023-03-31
0
fifid dwi ariani
ttus sabar
2023-02-07
0