Disya membawa Dino ke taman belakang. Cahaya lampu yang redup tidak menyurutkan keinginan Disya untuk bicara dengan Dino. Meksipun debaran jantungnya bertalu-talu, tapi Disya yakin ini adalah waktu yang tepat.
Keduanya duduk di bangku yang menghadap kearah kolam renang, Dino bisa melihat kegundahan di mata Disya. Terlihat kedua tangan gadis itu saling bertaut, dan saling meremat.
"Sya, kamu mau bicara apa?" Tanya Dino untuk memecahkan keheningan yang sudah sepuluh menit berlalu.
Disya menoleh kepada Dino, dengan penuh keberanian Disya menatap wajah Dino yang terlihat begitu penasaran menunggu apa yang akan dia katakan.
Disya menarik napasnya dalam sebelum berucap. "Menurut Mas Dino bagaimana penilaian Mas tentang Ons?" Tanya Disya.
Dino tampak berpikir. "Realitanya, kebanyakan orang melakukanya karena sudah hal yang wajar dan lumrah, tapi ada juga yang menjunjung martabat dengan tidak melakukan ons itu sendiri, dan menurut aku semua tergantung kita yang menjalankan." Jawab Dino dengan menatap wajah Disya. "Memangnya kenapa? apa kamu juga pernah melakukannya?" Tanya Dino dengan dada yang berdebar kencang.
Disya menatap lurus kedepan dengan senyum tipis. "Ya, aku melakukanya." Jawabnya dengan ekpresi yang sama.
Mata Dino menatap Disya tidak percaya. Disya yang dia kenal wanita baik dan menjunjung budaya yang dia tinggali, bisa melakukan hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan untuk seorang yang belum menikah.
"Sya, jangan bercanda?" ucap Dino yang belum percaya dengan ucapan Disya.
Disya menoleh dan membalas tatapan Dino. "Apa Mas Dino melihat jika aku sedang berbohong?" Tanya Disya balik.
Dino menatap lekat kedua bola mata Disya, disana Dino bisa melihat jika Disya sedang tidak berbohong.
"Kapan?" Tanya Dino dengan suara tercekat.
Disya kembali menatap lurus kedepan untuk mulai bercerita.
"Saat aku liburan di London."
Tangan Dino terkepal erat, tapi dirinya mencoba untuk mendengarkan apa yang akan Disya katakan.
"Malam itu aku tidak tahu jika ternyata aku salah masuk kamar_"
Ya Disya memang tidak sadar saat dirinya salah masuk kamar orang, dirinya yang mabuk berat tidak bisa melihat angka dengan jelas, dan saat itu yang kebetulan pintu kamar itu tidak terkunci sehingga Disya bisa masuk dengan mudah.
Dia pikir bisa pulang dengan selamat, tapi ternyata dirinya tidak sadar malah masuk kandang buaya yang menerkamnya. Meskipun mabuk, tapi Disya masih bisa merasakan apa yang terjadi malam itu di London, mekipun tidak bisa melihat tapi tubuhnya bisa merasakan betapa perkasanya rudal yang sudah mengobrak-abrik lembah surgawinya.
Dino yang mendengar hanya bisa menahan napas, dirinya tidak menyangka jika Disya akan mengalami hal seperti itu.
"Jadi terserah mas Dino, aku sudah jujur tentang apa yang aku alami." Ucap Disya yang sudah dipenghujung cerita.
Dino mencoba untuk memahami perasanannya, Perasaanya setelah mendengar cerita Disya.
Dino menatap wajah Disya dengan lekat dan dalam, untuk menyakinkan hatinya masih untuk Disya atau tidak.
"Apa kau tau siapa pria itu?" Tanya Dino yang terlintas satu pertanyaan.
Kepala Disya menggeleng." Tidak, aku tidak tahu pria itu sama sekali."
Dino menghembuskan napasnya lega. "Sya." Dino menangkup wajah Disya untuk menatapnya.
Dino mulai menyelami perasaanya, dengan menatap wajah Disya intens.
Setelah dirasa cukup menatap wajah Disya, dan dirinya tahu jawaban apa yang harus dia utarakan. Dino merasa lega sekaligus senang karena perasaanya masih sama.
"Aku tidak ingin melihatmu menoleh kebelakang, aku hanya ingin kita menatap kedepan, dimasa depan kita." Ucap Dino dengan tatapan penuh cinta.
Melihat tatapan Dino saja, Disya sudah tahu jawabannya.
"Aku baru saja menyelami hatiku sendiri setelah kamu mengatakan hal yang memang membuatku syok dan tidak percaya. Tapi setelah aku menemukan jawaban isi hatiku, aku masih merasakan cintaku untukmu sama besarnya."
Keduanya saling tatap, Disya terharu sekaligus merasa bersalah, pria sebaik Dino menerima dirinya yang sudah kotor dan tidak bisa menjaga apa yang seharusnya dia jaga untuk sang suami.
"Disya, apapun keadaanmu sekarang, esok lusa dan yang akan datang, aku berjanji akan merima apapun keadaanmu itu."
Disya sudah tidak bisa membendung rasa harunya, dan langsung memeluk Dino dengan erat.
"Terima kasih kak, sudah mau menerima aku yang kotor ini." Disya berucap didalam dekapan Dino.
"Sttt, jangan bicara seperti itu." Dino mengelus kepala Disya penuh sayang, bahkan Dino memberi kecupan di pucuk kepala Disya. "Takdir tidak ada yang tahu, dan kita tidak bisa menyingkir dari takdir jika Tuhan sudah berkehendak."
Ucapan Dino membuat Disya merasa dihargai, meskipun yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan, tapi jika Dino bisa menilai dari sisi yang baik, maka dirinya merasa jika tuhan memang menggariskan dirinya seperti ini.
"Mulai sekarang, kita buka lembaran baru, jangan lagi menoleh kebelakang dimana masa lalu yang akan membuat kita terpuruk dan merasa bodoh. Jadi Disya Fanesya aku menerima kekurangan dan kelebihanmu dengan segenap jiwaku."
.
.
Adam baru saja memakirkan mobilnya di halaman rumah kedua orang tuanya, pria itu memang jarang pulang kerumah dan memilih tinggal diaparteman.
"Malam den," Sapa art yang membukakan pintu.
"Mama mana mbok?" tanya Adam sambil menggulung kemeja lengan panjangnya.
"Ada, tapi di kamar." Jawab art yang Adam panggil mbok itu.
"Ck, ini masih sore kenapa mereka tidak tahu waktu. Aku tidak yakin papa setelah ini tidak akan encok."
Bugh
"Sembarangan kalau ngomong." Nathan tiba-tiba sudah berdiri dibelakang Adam dan memukul kepala putranya yang kurang ajar itu.
"Pah, kepalaku ini difitrahin." Kesal Adam yang mendapat pukulan.
Nathan hanya mendengus. "Kalian ini kenapa sih." Ami datang dengan membawa cemilan diatas nampan, mereka kini berada di ruangan tengah untuk bersantai.
"Dam, kamu sering-sering pulang nak, Mama kesepian." Ucap Ami menatap putranya yang sedang minum yang dia bawa tadi.
"Daniel suruh dirumah Mah, belajar bisnis." Jawab Adam sekenanya. "Hawa sudah lepas tanggung jawab, dan kini hanya Adam yang menggeluti bidang bisnis, sedangkan Daniel memilih untuk menjadi pesepakbola bola, yang entah menurun dari siapa."Kesal Adam.
Adam pikir Daniel sang adik akan mengikuti jejaknya untuk terjun ke dunia bisnis, tapi ternyata malah terjun ke dunia sepak bola.
"Makanya kamu nikah, dan berikan Mama cucu, agar tidak kesepian." Jawab Ami yang tidak singkron dengan ucapan Adam.
"Mah, jaka sembung bawa golok." Ucap Adam yang malah mendapat lemparan bantal kursi dari Nathan.
"Kamu mengatai mamamu go*bl*ok hah!!" Nathan menatap Adam tajam.
Adam mengusap wajahnya yang terasa panas, karena tidak bisa menghindar dari lemparan bantal Nathan dan mengenai tepat wajahnya.
Ami membulatkan kedua matanya, mendengar ucapan suaminya.
"Mah papa yang kurang ajar, ngatain Mama."
bugh
Bugh
Bugh
"Anak kurang ajar, kamu Dam!!"
Dan terjadilah adu mekanik antara anak dan bapak, yang sama-sama ngak jelas.
.
LIKE KOMEN JANGAN LUPA 💋💋💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
keluarga yang luar biasa.. 🙏🙏😍
2023-11-27
0
Ita rahmawati
eh eh eh in si dino saurus kok ya luar biasah bgt toh 🤦♀️🤦♀️
2023-11-12
0
Mus Zuliaka
Adam krng gercep nih, dah ditikung sm mntan disya 😂😂
2023-02-13
1