Kiana menyingkap tirai putih tipis yang membentang menutupi kaca jendela kamarnya, menatap ke arah garasi rumah yang sangat luas dimana sebuah mobil yang baru saja tiba dan berhenti di tempat biasa, bersama mobil-mobil lain, entah itu miliknya atau pegawai lain.
Kening gadis itu berkerut kencang.
"Untuk apa datang pagi-pagi sekali?" Ucap Kiana kala mendapati Jovian turun dari dalam mobilnya dengan keadaan rapih.
"Curiga cuma punya setelan jas satu di lemarinya. Dari awal masuk sampai sekarang hitam terus." Tukas Kiana dengan nada sedikit mengejek. "Sesekali pakailah warna coklat, abu-abu, navy, atau pink misalhnya." Sambung gadis itu sambil terkekeh geli.
Dan tiba-tiba saja Jovian mengalihkan pandangan ke arah jendela kamarnya berada, yang seketika membuat Kiana mundur dan menutup tirai itu kembali.
"Astaga! Apa dia dengar." Gadis itu memegangi dadanya dengan perasaan sedikit panik.
Untuk beberapa saat dia terdiam. Setelah itu kembali mengintip dan Jovian masih menatap ke arah jendela kamarnya.
"Ya ampun. Dia itu anak indohome yah!" Kiana berseru dengan perasaan tidak percaya.
Kiana kembali merapatkan tirai jendela kamarnya, kemudian beranjak memasuki kamar mandi, setelah selesai berlari diatas treadmill beberapa waktu lalu, di sebuah ruangan khusu yang memang di sediakan Danu agar anak dan istrinya tidak perlu keluar rumah hanya untuk berolahraga.
Sementara di sisi lain.
Danu tampak menarik pegangan koper besar miliknya yang sudah semalaman Herlin siapankan, kemudian mendorong ke arah luar, diikuti sang istri yang ikut membantu membawakan jas juga tas kerja suaminya.
Pria itu langsung duduk di kursi meja makan. Dimana sudah disiapkan nasi, dan berbagai macam lauk di atas meja makan sana. Tak lupa roti, selai, dan butter untuk menjadi pelengkap.
"Papa mau makan nasi atau roti?" Herlin mendekati piring setelah menyimpan jas dan tas kerja milik Danu.
"Roti saja, Ma. Nanti juga di pesawat pasti dapat makanan. Atau kalau lapar lagi Papa bisa makan di restoran Bandara." Jelas Danu seraya tersenyum kepada istrinya.
Herlin mengangguk.
"Mau pakai selai? Atau hanya butter?"
"Butter saja, … kalau sama selai nantinya tidak pas. Soalnya tadi kamu sudah siapkan kopi hitam."
"Baiklah."
Herlin mulai meraih roti tawar dan di letakan di atas piring berukuran kecil, untuk dia berikan batter sesuai permintaan Danu.
"Nah, selamat makan sayang!" Herlin meletakan piring kecil berisikan roti di hadapan sang suami.
"Terimakasih."
Herlin tersenyum. Dan tidak lama setelah itu suara derap langkah kaki terdengar begitu jelas menuruni setiap anak tangga. Munculah Kiana, dengan keadaan segar, mengenakan kaos rumahan dan celana super pendekat hingga menampilkan kaki jenjang berbalut kulit yang sangat putih.
Gadis itu tampak sempurna meski hanya memakai pakaian rumahan saja.
"Morning, Mama … Papa!" Sapa Kiana yang langsung duduk di salah satu kursi meja makan.
"Selamat pagi, Kia. Duduklah ayo sarapan!" Kata Danu, dia tersenyum.
"Mau sarapan nasi atau roti?" Herlin langsung bertanya.
"Nasi saja." Gadis itu menjawab singkat.
Kiana menatap mangkuk berisikan berbagai macam sayur. Ada brokoli, wortel, jagung, kol bahkan irisan tomat segar. Lalu dia berali kepada irisan dada ayam, yang hanya di panggang tanpa di lengkapi bumbu apapun selain sedikit minyak wijen yang membuat daging ayam panggang itu berbau lezat.
"Mau pakai apa?" Herlin menatap putri cantiknya.
"Ayam panggang sama sayur sup, tapi jangan pakai airnya, cukup sayur."
Kiana membuka lilitan handuknya, dan menyampirkan di sandaran kursi meja makan yang sedang dia duduk.
"Selamat makan." Ucapk Hermin ketika meletakan piring di hadapan Kiana.
Setelah menyiapkan sarapan untuk suami juga putrinya, Herlin kembali duduk. Menikmati teh hijau hangat yang menjadi sarapannya setiap hari.
"Mama tidak makan?" Kiana bertanya.
"Mama sedang diet." Dia menjawab pertanyaan putrinya.
"Hanya minum teh?"
"Iya." Herlin menganggukkan kepalanya.
Tak heran jika wanita itu masih sangat cantik di usianya yang sekarang. Selain melakukan olah raga rutin, Herlin juga sangat menjaga penampilan dari cara mengatur pola makannya.
Lalu Kiana kembali kepada sarapannya. Menikmati sedikit nasi putih dengan sayur dan daging ayam panggang kesukaannya. Dengan keadaan rambut pendek yang masih sangat berantakan karena belum sepenuhnya kering.
Suasana meja makan kini terasa hening, namun terasa begitu hangat dengan kebersamaan satu sama lain. Tidak ada lagi cekcok dan adu mulut diantara ayah dan anak yang sering terjadi.
"Semoga terus seperti ini. Rasanya lega melihat melihat mereka berdamai." Batin Herlin berbicara.
Herlin menggenggam cangkir teh hangat dengan kedua tangganya. Kemudian tersenyum saat memperhatikan Danu dan Kiana yang tampak lebih tenang dari pada biasanya.
"Ah manis sekali mereka kalau sedang seperti ini." Batin Herlin kembali berbicara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
buk e irul
emang Ki...satu lemari hitam semuanya xixixi sehat sehat terus ya sayang ❤️
2023-02-16
1
puputgendis
mk nya beliin ksh dong buat om Duren 😜😜😜
2022-12-16
1
Eka Putri Handayani
semangat kak
2022-12-08
1