Manipulatif.

"Mamaaa!?" Panggil Kiana.

Dia mencari-cari sosok Ibunya, yang belum dia temui sejak dia pulang kuliah tadi sore.

"Mamaa?"

"Ya, Mama disini, Kia!" Herlin menyahut dari arah taman belakang.

Langkah kakinya bergerak cepat, berjalan ke arah pintu belakang rumah dimana suara ibunya terdengar menyahut. Dan disanalah Herlin, duduk bersama Danu di tepi kolam ikan koi yang terlihat begitu besar.

Kiana berhenti, berdiri di ambang pintu.

"Kemarilah." Herlin menggerakkan tangan, mengisyaratkan putrinya untuk segera mendekat.

Gadis itu masih diam, dia menatap ayahnya dengan raut wajah kecewa yang masih jelas terlihat. Entah harus bagaimana dia menyebutnya, namun kejadian akhir-akhir ini membuat Kiana sedikit merasa canggung sekaligus kesal.

Apalagi saat dia mengingat kejadian pagi dan siang, dia benar-benar tidak bisa menikmati fasilitas bahkan hanya sekedar membeli nasi Bento setelah Danu menarik semuanya, dan meminta Jovian memegang kendali.

"Kia? Ada apa?" Herlin memanggil lagi.

Namun, Kiana menggelengkan kepalanya, dia mundur untuk kembali berlari memasuki rumah, menaiki anak tangga, dan masuk kedalam kamarnya.

"Kia!"

Herlin hampir saja bangkit, tapi tangan Danu menahan agar Herlin tetap duduk bersamanya.

"Biarkan dia." Tukas Danu dengan suara pelan.

"Tapi sepertinya ada sesuatu yang penting, makanya dia mencari-cari seperti tadi." Herlin gelisah.

Tentu saja. Ibu mana yang tega melihat anaknya kini hidup bak dalam tempurung. Segala fasilitas yang selalu putrinya nikmati di ambil begitu saja.

"Kia akan datang jika memang ada sesuatu."

Herlin menghembuskan nafasnya kasar, wanita itu tidak mendengar, dia segera bangkit kemudian menghambur ke dalam rumah, berlari menaiki tangga, lalu mengetuk pintu kamar putrinya sebelum Herlin benar-benar menerobos masuk, karena keadaan pintu tidak di kunci.

Kiana yang sedang duduk bersandar di atas ranjang pun langsung mengubah posisi menjadi duduk tegak, dengan raut sendu yang begitu terlihat pilu, hingga siapapun yang melihatnya akan merasa tidak tega.

"Ada apa? Kenapa malah pergi lagi?" Tanya Herlin saat dia sudah duduk di tepi ranjang besar milik Kiana.

Gadis itu tidak menjawab, dia jutsru menundukan kepala, berusaha menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca, saat merasa kesal dengan tindakan sang ayah yang menurutnya begitu keterlaluan.

Kiana merasa Danu lebih mempercayai orang baru, menyerahkan segala hal, sampai Jovian mampu berbuat sesuka hati kepada dirinya.

"Kami hanya ingin yang terbaik untukmu. Kamu tidak mau kamu terus menerus seperti itu, … bayangkan jika Papa tidak tegas? Mungkin sekarang kamu sudah keluar lagi, mencari masalah baru yang bisa membuat kita benar-benar khawatir." Herlin menjelaskan dengan suara selembut mungkin.

Berusaha membuat putrinya untuk mengerti.

"Tapi kalian berlebihan, sudah aku katakan itu hanya kebetulan, … aku hanya sial sampai polisi terus menemukan aku."

Herlin menggelengkan kepala.

"Kamu sudah terlalu jauh, Kiana. Kamu sudah tidak mau mendengarkan apa kata Mama dan Papa, makanya Papa ambil Bodyguard baru untuk menjaga kamu."

"Kenapa nggak Om Denis? Kenapa harus dia? Dia terlalu berbuat seenaknya, Mama tahu? Aku nggak sarapan, terus tadi mau beli makan juga nggak di kasih uangnya. Om Jovian terlalu galak!" Kiana mengadu.

"Denis kan sama Papah. Dulu sering jagain kamu ya karena memang harus, tapi sekarang ada Jo."

Raut wajah Kiana berubah masam, dia cemberut lalu menghela nafasnya pelan.

"Aku nggak suka sama Om Jo! Pemikirannya kolot, dingin, ekspresi wajahnya kaya kanebo, belum lagi galak, aku nggak suka aku mau kaya biasa saja nggak mau ada Bodyguard." Kiana terus merengek.

Kiana terus berusaha, dia mengguncang lengan Herlin sambil terus memohon.

"Untuk saat ini Mama tidak bisa apa-apa."

"Ah Mama!" Ekspresi wajah Kiana tampak kecewa.

"Papa serius sekarang, menurutlah atau kamu benar-benar Papa masukan ke asrama wanita."

"Ck!"

"Percayalah Papa hanya khawatir dengan pergaulan kamu. Dia hanya ingin menyelamatkan putrinya, kami berbuat seperti ini bukan karena tidak sayang, tapi justru kami sangat menyayangi kamu."

Herlin mengusap kepala Kiana.

"Kalau begitu, aku minta sedikit di longgarin. Om Jo boleh jagain aku, tapi kredit card nya tetap aku yang pegang, … boleh tidak?"

Herlina diam, wanita itu terlihat berpikir.

"Mah!?"

"Baiklah nanti Mama coba bicarakan dengan Papa."

"Masa Mama tega, aku nggak bisa beli jajan cuma gara-gara nggak pegang uang. Nggak etis, Maa!"

"Ya ya ya, … nanti Mama coba bicarakan dengan Papa."

Kiana tersenyum, lalu dia meraih tubuh Herlin dan memeluknya sangat erat.

"Terimakasih." Ucap Kiana dengan senyum penuh arti.

"Berjanjilah untuk tidak lagi membahayakan dirimu."

Kiana mengangguk.

"Iya, Ma."

Kiana terus memeluk ibunya, sambil terus tersenyum miring, seraya bersorak dalam hati;

Lihat saja! Siapa yang akan berkuasa setelah ini. Aku hanya harus sedikit menjadi penurut dan menjadi gadis baik bukan? Lalu semuanya akan kembali seperti semula. ATM, fasilitas, Kredit card. Lalu aku bujuk Papa untuk menyingkirkan Jovian, Om-om yang sangat menyebalkan.

***

"Kau belum pulang, Jo?"

Denis datang menghampiri Jovian yang terlihat duduk di kursi kayu, yang tidak jauh dari garasi mobil.

"Belum ada perintah. Entah sampai Kiana tidur atau aku harus tetap berjaga, dia itu sedikit degil, dia bisa saja pergi mengendap-endap." Jelas Jovian, dia melirik kaca besar yang terletak di lantai dua rumah besar itu, saat mendapati seseorang terlihat mengintip di celah gorden sana.

Denis mengikuti kemana Jovian melihat, lalu dia tersenyum dan menepuk lengan temannya.

"Hati-hati. Dia itu cerdik, terkadang dia sangat penurut, seolah-olah takut dengan sebuah ancaman, tapi kenyataannya dia sedang menyiapkan sebuah rencana." Denis terkekeh.

Dia mengingat beberapa kejadian yang benar-benar membuatnya berada dalam kesulitan. Apalagi saat Danu murka karena dirinya yang dinilai tidak becus, bahkan hanya menjaga satu gadis belia.

"Seperti itu? Tadi sore dia merengek, apa itu juga bagian dari sandiwaranya?" Jovian mengalihkan pandangannya kepada Denis.

Sementara pria yang Jovian maksud hanya mengendikan kedua bahunya.

"Bisa jadi, iya. Kamu jangan gampang percaya dengan Kiana, hari ini mungkin kamu merasa mudah mengurusnya, entah esok atau seterusnya, … jadi mulailah tingkatkan kadar kesabaranmu, Jo!"

Jovian melipat kedua tangannya diatas dada, seraya kembali menengadahkan pandangan, saat mendapati gorden di jendela lantai kembali terbuka, lalu tertutup lagi setelah dia melihat ke arah sana.

"Apa dia mau kabur? Kenapa terus mengintip?" Cicit Jovian dengan perasaan jengkel.

"Kalau sekarang tidak mungkin, ancaman Pak Danu sangat membuat dia takut, … tapi sepertinya dia sedang mengawasi gerak-gerikmu." Denis tertawa.

"Sungguh!?" Suara Jovian sedikit memekik.

"Terbalik bukan? Harusnya kamu yang mengawasi gerak-gerik Kiana, ahahahah!" Denis terus tertawa.

Dia merasa lucu dengan tingkah Kiana yang terkadang berbuat di luar batas. Dan sebentar lagi itu akan membuat temannya menjadi benar-benar pusing.

Jovian bungkam, dia terus menatap ke arah kaca sana.

Sepertinya Kiana memang bukan gadis yang bisa di sepelekan.

Batin Jovian berbicara.

"Pulang sajalah, Jo. Hari sudah semakin larut, kamu juga pasti butuh istirahat!"

"Tunggu sampai, Pak Danu memberi perintah." Tukas Jovian kepada temannya.

Dan tak lama setelah itu sosok yang mereka tunggu keluar dari dalam rumah, menghampiri Jovian juga Denis yang masih duduk di kursi kayu dekat garasi.

"Kalian boleh pulang, Kiana sudah aman." Ujar Danu.

Jovian dan Denis pun mengangguk bersamaan. Dua pria dengan setelan jas hitam itu segera bangkit dari tempat duduknya.

"Baik, Pak. Kalau begitu saya pamit undur diri, segera hubungi jika ada hal yang sangat penting, … maka dengan segera saya akan langsung datang." Ucap Jovian kepada atasannya.

Danu mengangguk, dia terlihat mengulum senyum.

"Baik, hati-hati di jalan selamat beristirahat." Danu kepada Denis dan Jovian.

"Mari Pak Danu." Pamit Denis.

Mereka berjalan ke arah mobil masing-masing yang terparkir bersisian, namun panggilan Danu membuat keduanya berhenti dan menoleh.

"Besok tolong longgarkan aturan untuk Kiana. Berikan ATM nya, … hanya ATM tidak dengan yang lain!"

Jovian terdiam mematung. Bagaimana bisa secepat itu Danu berubah pikiran, bahkan sebelumnya pria itu yang berkata jika harus benar-benar teguh dalam pendirian dan tidak boleh merasa iba sedikitpun.

Lalu apa ini? Baru sehari dia sudah mengubah aturan yang dia buat sendiri.

"Ini permintaan istri saya." Danu sedikit tersenyum, saat menyadari Jovian yang kebingungan.

"Baik, Pak." Jovia mengangguk.

Setelah itu Danu memasuki rumahnya.

"Lihat! Gadis itu mulai melancarkan aksinya, Jo." Denis berbisik, sedikit tertawa, hingga akhirnya mereka benar-benar masuk kedalam mobil, dan meninggalkan tempat itu, melaju melewati pos security, kemudian menekan klakson untuk berpamitan kepada dua petugas keamanan yang berjaga.

Terpopuler

Comments

Arifa Zahra

Arifa Zahra

percaya la jo mungkin dengn gadis menyebalkan ini yg akan membuat hari mu penuh warna hahaha warna jengkel warna sabar semua pasti ada hahha

2023-02-15

1

puputgendis

puputgendis

hayooo jooo jngn mau di kalah kan sm bocil ya😜😜😜🤣🤣🤣

2022-12-16

2

Tri Sulistyowati

Tri Sulistyowati

licik.bamget

2022-12-07

2

lihat semua
Episodes
1 Kantor polisi.
2 Tawaran pekerjaan.
3 Si keras kepala.
4 No woman no cry.
5 Tugas pertama.
6 Anak keras kepala.
7 Rindu.
8 Manipulatif.
9 Licik.
10 Rubah cantik dan licik.
11 Bodyguard.
12 Gagal move on.
13 Mulai beraksi.
14 Drift girls.
15 Pilih-pilih.
16 Perjanjian.
17 Membiasakan diri.
18 Lebih tenang.
19 Merasa terancam.
20 Bad mood.
21 Langganan razia polisi!
22 Bandel tapi penakut.
23 Perlakuan bodoh.
24 Tanggung jawab.
25 Privasi.
26 Deg-degan.
27 Makan malam atau kencan.
28 Perasaan Kiana.
29 Obrolan orang tua.
30 Demam.
31 Ajakan!
32 Berpikir.
33 Status yang lebih jelas.
34 Cream sup.
35 Mall.
36 The feeling.
37 Ask for a solution.
38 Akhir dari sebuah jawaban.
39 Menikah.
40 Memulai.
41 Malam Minggu.
42 I love you.
43 Sarapan.
44 Skandal.
45 Skors.
46 Bertarung dengan masa lalu.
47 Calon menantu idaman.
48 Khawatir.
49 Musyawarah.
50 Kompensasi.
51 Hal serius.
52 Perjalanan yang sangat panjang.
53 Broken hearted.
54 Pilihan.
55 Kehangatan keluarga.
56 Pamit.
57 Kiana & Eva.
58 Teh hangat di pagi hari.
59 Kebun teh.
60 Mencari pelaku.
61 Mobile Legen.
62 Chicken Cordon bleu.
63 Apartemen.
64 A girl.
65 Obrolan serius.
66 Sesuatu yang lebih berarti.
67 Give me one Kiss.
68 Mengantar sarapan.
69 It's my pleasure.
70 Kopi & coklat panas.
71 Pikun.
72 Pria dewasa.
73 Jasmine Kiana Danuarta.
74 Gym bersama.
75 Diamond.
76 Bayi Rubah.
77 Seperti dirimu.
78 Storry.
79 Mahar.
80 Menjadi egois.
81 Sabotase.
82 Engagement.
83 Sidang skripsi.
84 I miss you.
85 Segelas Wine.
86 Kecemburuan Kiana.
87 Bonsai.
88 Mencari tahu sesuatu.
89 Persetujuan.
90 Akad.
91 Bermalam.
92 Oversize.
93 Oversize part 2.
94 Morning first.
95 Sarapan bersama.
96 First drive in the morning.
97 Obrolan dua lelaki.
98 Hadiah.
99 Perubahan sikap.
100 Open minded.
101 Patah hati.
102 Investasi.
103 Kegiatan setelah menikah.
104 Antara jajan dan pengalihan.
105 Night routine.
106 Night routine part 2.
107 Sunda Bule.
108 Seperti Axel.
109 wedding gifts.
110 Perjalanan pulang.
111 Aktivitas baru.
112 Sarapan bersama & berkemas
113 Kevin?
114 Villa
115 Keadaan
116 Lime ocean
117 First Love
118 Permintaan kedua
119 Problem
120 Makan malam
121 Overthink
122 Potato Head Beach Club
123 List
124 Keluarga bahagia
125 Potato Head Beach party
126 Pulang dan sebuah kabar
127 Pria tulang lunak
128 Demam
129 Mie rebus
130 Breakfast
131 Rencana
132 Bersinar
133 Persepsi Kiana
134 Keberuntungan hidup
135 Tentang kita
136 Healing
137 Healing part 2
138 Flashback
139 Masa subur
140 Pancake
141 Kedatangan Axel
142 Tangerang-Pangalengan
143 01.00 Dini hari
144 Sepuluh derajat
145 Tidak enak badan
146 Hadiah Wisuda
147 Hari Wisuda
148 Axel birthday
149 Sebuah kisah
150 Kemarahan Danu
151 Kemarahan Danu part 2
152 Khawatir
153 Rasa kesal Jonathan
154 Tentang Kiana
155 G-town lantai 17 pintu Q001
156 Rasa kecewa dan rencana
157 Mulai menyadari
158 Bahu untuk bersandar
159 Dokumen pribadi
160 Pasang perangkap
161 Disappointed
162 Perjalanan awal
163 Perasaan luar biasa
164 Pertunjuk selanjutnya
165 Bertindak Hati-hati
166 Pembuktian
167 Rasa rindu
168 sadness
169 335 ayat (1) KUHAP
170 Obrolan bersama
171 Soekarno-Hatta
172 Mama dan Papa
173 Kembali
174 Trouble
175 Hasil USG
176 Perasaan orang tua
177 Bawaan Hamil
178 Bau bawang!!
179 Berendam & Sarapan roti bakar
180 Bodyguard seumur hidup
181 Suasana kebun teh
182 Syukur & resepsi pernikahan
183 Menjadi lebih manja
184 Trimester pertama
185 Berpura-pura?
186 Aib
187 Kesulitan di trimester pertama
188 present
189 Mual-mual
190 A little cake
191 Siraman
192 Persiapan acara
193 Sabilulungan
194 Perjalanan bisnis
195 Kiana dan Jovian
196 Direktur utama vs Markisa
197 Gender reveal
198 Berita sore
199 Antara rumah baru dan buah markisa
200 Rencana kunjungan kerja
201 Jovian dan dunianya
202 Rindu
203 Rencana pergi
204 Pulang
205 Bekal sebelum ke Belanda
206 Kebiasaan
207 Markisa di belakang rumah
208 Moody's
209 Drama sebelum tidur
210 Pizza di sore hari
211 Percakapan
212 Schiphol
213 Zeeburg
214 15°C
215 Cerita sebelum tidur
216 Sebuah Acara
217 The End (Bintang & Langit)
218 Bintang Hisya Alton
Episodes

Updated 218 Episodes

1
Kantor polisi.
2
Tawaran pekerjaan.
3
Si keras kepala.
4
No woman no cry.
5
Tugas pertama.
6
Anak keras kepala.
7
Rindu.
8
Manipulatif.
9
Licik.
10
Rubah cantik dan licik.
11
Bodyguard.
12
Gagal move on.
13
Mulai beraksi.
14
Drift girls.
15
Pilih-pilih.
16
Perjanjian.
17
Membiasakan diri.
18
Lebih tenang.
19
Merasa terancam.
20
Bad mood.
21
Langganan razia polisi!
22
Bandel tapi penakut.
23
Perlakuan bodoh.
24
Tanggung jawab.
25
Privasi.
26
Deg-degan.
27
Makan malam atau kencan.
28
Perasaan Kiana.
29
Obrolan orang tua.
30
Demam.
31
Ajakan!
32
Berpikir.
33
Status yang lebih jelas.
34
Cream sup.
35
Mall.
36
The feeling.
37
Ask for a solution.
38
Akhir dari sebuah jawaban.
39
Menikah.
40
Memulai.
41
Malam Minggu.
42
I love you.
43
Sarapan.
44
Skandal.
45
Skors.
46
Bertarung dengan masa lalu.
47
Calon menantu idaman.
48
Khawatir.
49
Musyawarah.
50
Kompensasi.
51
Hal serius.
52
Perjalanan yang sangat panjang.
53
Broken hearted.
54
Pilihan.
55
Kehangatan keluarga.
56
Pamit.
57
Kiana & Eva.
58
Teh hangat di pagi hari.
59
Kebun teh.
60
Mencari pelaku.
61
Mobile Legen.
62
Chicken Cordon bleu.
63
Apartemen.
64
A girl.
65
Obrolan serius.
66
Sesuatu yang lebih berarti.
67
Give me one Kiss.
68
Mengantar sarapan.
69
It's my pleasure.
70
Kopi & coklat panas.
71
Pikun.
72
Pria dewasa.
73
Jasmine Kiana Danuarta.
74
Gym bersama.
75
Diamond.
76
Bayi Rubah.
77
Seperti dirimu.
78
Storry.
79
Mahar.
80
Menjadi egois.
81
Sabotase.
82
Engagement.
83
Sidang skripsi.
84
I miss you.
85
Segelas Wine.
86
Kecemburuan Kiana.
87
Bonsai.
88
Mencari tahu sesuatu.
89
Persetujuan.
90
Akad.
91
Bermalam.
92
Oversize.
93
Oversize part 2.
94
Morning first.
95
Sarapan bersama.
96
First drive in the morning.
97
Obrolan dua lelaki.
98
Hadiah.
99
Perubahan sikap.
100
Open minded.
101
Patah hati.
102
Investasi.
103
Kegiatan setelah menikah.
104
Antara jajan dan pengalihan.
105
Night routine.
106
Night routine part 2.
107
Sunda Bule.
108
Seperti Axel.
109
wedding gifts.
110
Perjalanan pulang.
111
Aktivitas baru.
112
Sarapan bersama & berkemas
113
Kevin?
114
Villa
115
Keadaan
116
Lime ocean
117
First Love
118
Permintaan kedua
119
Problem
120
Makan malam
121
Overthink
122
Potato Head Beach Club
123
List
124
Keluarga bahagia
125
Potato Head Beach party
126
Pulang dan sebuah kabar
127
Pria tulang lunak
128
Demam
129
Mie rebus
130
Breakfast
131
Rencana
132
Bersinar
133
Persepsi Kiana
134
Keberuntungan hidup
135
Tentang kita
136
Healing
137
Healing part 2
138
Flashback
139
Masa subur
140
Pancake
141
Kedatangan Axel
142
Tangerang-Pangalengan
143
01.00 Dini hari
144
Sepuluh derajat
145
Tidak enak badan
146
Hadiah Wisuda
147
Hari Wisuda
148
Axel birthday
149
Sebuah kisah
150
Kemarahan Danu
151
Kemarahan Danu part 2
152
Khawatir
153
Rasa kesal Jonathan
154
Tentang Kiana
155
G-town lantai 17 pintu Q001
156
Rasa kecewa dan rencana
157
Mulai menyadari
158
Bahu untuk bersandar
159
Dokumen pribadi
160
Pasang perangkap
161
Disappointed
162
Perjalanan awal
163
Perasaan luar biasa
164
Pertunjuk selanjutnya
165
Bertindak Hati-hati
166
Pembuktian
167
Rasa rindu
168
sadness
169
335 ayat (1) KUHAP
170
Obrolan bersama
171
Soekarno-Hatta
172
Mama dan Papa
173
Kembali
174
Trouble
175
Hasil USG
176
Perasaan orang tua
177
Bawaan Hamil
178
Bau bawang!!
179
Berendam & Sarapan roti bakar
180
Bodyguard seumur hidup
181
Suasana kebun teh
182
Syukur & resepsi pernikahan
183
Menjadi lebih manja
184
Trimester pertama
185
Berpura-pura?
186
Aib
187
Kesulitan di trimester pertama
188
present
189
Mual-mual
190
A little cake
191
Siraman
192
Persiapan acara
193
Sabilulungan
194
Perjalanan bisnis
195
Kiana dan Jovian
196
Direktur utama vs Markisa
197
Gender reveal
198
Berita sore
199
Antara rumah baru dan buah markisa
200
Rencana kunjungan kerja
201
Jovian dan dunianya
202
Rindu
203
Rencana pergi
204
Pulang
205
Bekal sebelum ke Belanda
206
Kebiasaan
207
Markisa di belakang rumah
208
Moody's
209
Drama sebelum tidur
210
Pizza di sore hari
211
Percakapan
212
Schiphol
213
Zeeburg
214
15°C
215
Cerita sebelum tidur
216
Sebuah Acara
217
The End (Bintang & Langit)
218
Bintang Hisya Alton

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!