No woman no cry.

"Sepertinya, Kiana sudah tertidur. Kamu boleh pulang, Jo. Mungkin malam ini kamu masih bisa sedikit santai, tidak tahu besok dan beberapa hari kedepan nya, dia pasti akan memberontak, … kau tahu? dia sangat susah diatur." Kata Danu kepada Jovian.

Orang baru yang Danu tunjuk untuk menjadi Bodyguard pribadi putrinya, Jasmine Kiana Danuarta. Putri tunggalnya, yang saat ini hampir menginjak usia 21 tahun.

Mereka duduk di kursi teras belakang, pada hampir pukul sepuluh malam, setelah berbincang banyak hal di sana, terutama membicarakan Kiana, juga berbagai macam tugas yang harus Jovian lakukan.

"Baiklah kalau begitu, saya pamit undur diri dulu, Pak. Besok saya datang pagi-pagi, untuk mengantar Kiana kuliah." Jovian menatap pria paruh baya yang duduk tepat di samping.

Danu menjawab dengan anggukan pelan.

Jovia segera bangkit dari duduknya, berdiri tegak, dan disusul Danu, kemudian mereka berjalan ke arah dalam secara bersamaan.

"Apa rumahmu jauh?" Danu terus bertanya, berusaha mengorek identitas, Jovian lebih jauh.

Tentu saja, dia harus tahu asal-usul orang yang mungkin akan bersama Kiana setiap hari dalam kurung waktu yang lama.

"Lumayan." Jovian menjawab.

"Jika lelah untuk pulang-pergi, kamu bisa tidur di tempat yang sudah saya sediakan. Khusus untuk kalian istirahat, … mungkin besok Denis akan menunjukan kamarmu."

Jovian hanya mengangguk. Dia mengalihkan pandangannya kepada Herlin yang tampak tengah menuruni anak tangga, setelah selesai memberi pengertian kepada sang putri yang saat ini diam karena marah.

Herlin tampak tersenyum.

"Saya pamit pulang, Bu Herlin." Pamit Jovian yang langsung mendapat anggukan dari wanita itu.

Jovian terus berjalan keluar dari rumah itu, ditemani Danu yang terus mengikuti dari arah belakang.

"Mari, Pak Danu." Dia berbalik badan terlebih dulu.

Danu mengangguk.

Dengan langkah cepat Jovian mendekati mobil Honda CR-V berwarna putih miliknya, menekan remot, membuka pintu kemudian masuk.

Jovian memutar kunci mobilnya, sampai suara derum mesin mobil terdengar begitu jelas. Setelah itu dia menarik tali seatbelt, dan memasaknya sebelum dia benar-benar melajukan kendaraan roda empat itu meninggalkan pekarangan rumah yang terlihat sangat besar.

Pim pim!!

Pria itu menekan klakson beberapa kali, sebagai tanda pamit kepada Danu yang terus berdiri di teras depan rumah. Perlahan dia memundurkan mobilnya, memutar setir mobil, lalu pergi.

Jovian menekan salah satu tombol yang terletak di setir mobilnya, sampai volume musik di dalam sana terdengar sedikit lebih keras.

Dia merebahkan kepalanya pada sandaran kursi, menatap lurus kedepan, kadang-kadang bergumam, ikut bernyanyi dengan suara pelan.

Sesekali pandangannya menoleh ke arah samping, melihat-lihat kota pada malam hari. Bagaikan kota yang tak pernah mati, aktivitas beberapa orang, juga lalu-lalang kendaraan tak pernah ada hentinya, bahkan hingga menyebabkan kemacetan bahkan saat jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam.

"Manusia-manusia ini mau kemana? Kenapa ramai sekali." Gumamnya.

Jovian melambankan laju mobilnya, lalu berhenti di bahu jalan, untuk kemudian turun dan menghampiri salah satu pedagang kopi keliling yang tampak tengah duduk di trotoar.

"Mas?" Panggil Jovian.

"Eh!" Dengan segera dia bangkit, menepuk-nepuk tangannya, lalu berjalan menghampiri.

"Kopi Mas, satu." Dia memesan, lalu duduk di kursi besi yang tersedia disana.

"Hitam, Pak?"

"Jangan, Capuccino saja."

Pedangan itu mengangguk, dan segera menyiapkan gelas plastik untuk segera membuatkan pesanan yang Jovian minta.

"Masih jualan, Mas? Ini sudah hampir tengah malam."

"Ya, begini Pak … cari rupiah." Katanya sambil menuangkan air panas ke dalam cup plastik.

Jovian mengangguk, dia menatap pria yang umurnya terlihat masih sangat muda. Lalu dia beralih pada mobilnya, dan berakhir melihat dirinya sendiri.

Betapa beruntungnya dia, hidup dengan serba berkecukupan, sementara orang-orang di luaran sana masih sibuk mencari rupiah, bahkan sampai selarut ini.

"Kopinya, Pak."

"Terimakasih." Jovian menerima cup plastik itu, lalu pria itu meletakan tepat di sampingnya.

Dia merogoh saku jas, membawa keluar korek juga satu bungkus rokok, mengeluarkan satu batang, dan segera menghidupkannya.

"Pulang kerja, Pak?" Pemuda itu bertanya.

Jovia mengangguk, lalu dia menghembuskan asapnya di udara.

"Biasanya jualan sampai jam berapa?"

"Nggak tentu, Pak. Kadang sampe jam dua setengah tiga, kadang jam sembilang sudah pulang kalau rame, tapi hari ini sepi, jadi saya masih nyari buat tambah-tambah makan sehari-hari." Jelasnya.

Jovian mengangguk lagi, dia kembali menghisap rokoknya dalam-dalam, dan kembali mengepulkan asap itu ke udara.

Dua pria berbeda usia itu sama-sama diam. Jovian dengan pikirannya, sementara pedagang kopi keliling itu melayani beberapa pembeli, yang tiba-tiba saja bermunculan setelah pria itu berdiam diri disana.

Setelah perceraiannya satu tahun yang lalu. Membuat dia terus menerus merasa kesepian, kadang juga menyesal karena tidak bisa menyelamatkan pernikahannya, tapi apa boleh buat, wanita yang sangat dia cintai memilih untuk pergi, hanya karena pria itu yang tak pernah memiliki waktu untuk menghabiskan waktu bersama, bahkan setelah pernikahannya berjalan hampir tahun ke tiga, waktu tak mampu mempertahankan segalanya.

Hidup seorang diri setelah kedua orang tuanya tiadak. Sang ayah yang meninggal karena sakit saat dia masih sangat kecil, lalu disusul Ibunya sepuluh tahun kemudian dengan penyakit yang sama, membuat Jovian benar-benar merasa tidak beruntung meski memiliki uang yang cukup banyak.

Namun akhir-akhir ini pikiranya berubah, cara pandangannya terhadap Tuhan sudah sedikit terbuka. Bahwa tak selamanya hidup sesuai apa yang kita inginkan.

Lihatlah, betapa beruntungnya dia jika dibandingkan dengan penjual kopi keliling itu. Jovian hanya tinggal memesan dan mengeluarkan uang untuk apapu makanan yang mau dia makan, sementara pedagang kopi keliling itu? Dia harus berjuang lebih keras hanya untuk sesuap nasi setiap harinya.

"Umur berapa, Mas?" Tanya Jovian.

"Saya, … tahun ini 27."

"Sudah menikah?"

Pria itu mengangguk, tersenyum lalu menundukan kepala.

"Pernah, Pak. Tapi setelah satu tahun istri saya minta cerai."

"Lho, kenapa?"

"Keterbatasan ekonomi, Pak. Saya tidak mempunyai pekerjaan, ngelamar sana-sini juga nggak keterima, dari hasil jualan kopi kan tidak seberapa, … mungkin mantan istri saya dulu lelah, jika meminta sesuatu tapi saya tidak mampu membelikan."

Jovian bungkam.

"Ada anak?"

"Untungnya belum, kalau ada ya kasian dia menjadi korban perceraian orang tuanya."

Jovian menghela nafasnya.

"Dulu sebelum jualan kopi saya sempat nganggur karena terkena PHK pengurangan karyawan. Istri saya ngomel-ngomel terus, katanya ada di rumah juga percuma kalau nggak ada duit, setelah saya kerja jualan kopi, masih diomelin juga pulang malem hasilnya nggak ada. Saya cape, semuanya serba salah, jadi pas dia minta cerai, ya sudah saya ceraikan."

Mendengar itu Jovian tertawa pelan.

"Wanita. Diam di rumah tidak ada uang, salah. Suami kerja sampai tidak punya waktu, tapi uang lancar, masih juga salah, … memang sebaiknya kita laki-laki ini hidup sendiri." Jovian berujar.

"Memangnya begitu? Saya kira orang kaya hidupnya gampang-gampang saja."

"Hah, … selain di tuntut finansial, kita juga dituntut memiliki waktu yang lebih untuk menemani mereka. Tapi ya namanya hidup, harus ada salah satu yang dikorbankan. Jika saya mempunyai waktu, berarti saya tidak mempunyai uang yang memadai dan menutupi semua keinginannya, begitu pun sebaliknya … tuntutan untuk kita tidak akan pernah selesai."

"Bapak duda?"

Jovian mengangguk.

"Punya anak?"

"Tidak, awalnya kami memilih untuk menunda. Karena selain tanggung jawab yang besar, dari segi mental juga harus benar-benar siap, tapi sebelum itu terjadi, kita sudah berpisah."

Dadanya sesak, hatinya terasa begitu di remas saat Jovian mengingat momen-momen menyakitkan itu, sampai membuatnya tidak berkenan dalam kurun waktu yang bisa dibilang cukup lama, hanya karena merasa kecewa kepada dirinya sendiri.

Dan kini dia sudah benar-benar kembali, bekerja sebagai Bodyguard atas ajakan temannya. Kini tidak ada wanita, atau percintaan apapun, dia hanya ingin fokus dengan pekerjaan, dan menikmati kesendiriannya yang mulai membuatnya merasa nyaman.

Terpopuler

Comments

Mr.VANO

Mr.VANO

masi mangamati ceritany thor

2023-04-01

2

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ʀᴇͣᴠᷞᴀᷦ⚔️⃟𝗦𝖘𝖕➻

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ʀᴇͣᴠᷞᴀᷦ⚔️⃟𝗦𝖘𝖕➻

masih banyak typo ya kak 🙏🙏

2023-03-18

1

buk e irul

buk e irul

duh ada mas duda... gak usah galau mas,kaya gak laku aja xixixi

2023-02-09

1

lihat semua
Episodes
1 Kantor polisi.
2 Tawaran pekerjaan.
3 Si keras kepala.
4 No woman no cry.
5 Tugas pertama.
6 Anak keras kepala.
7 Rindu.
8 Manipulatif.
9 Licik.
10 Rubah cantik dan licik.
11 Bodyguard.
12 Gagal move on.
13 Mulai beraksi.
14 Drift girls.
15 Pilih-pilih.
16 Perjanjian.
17 Membiasakan diri.
18 Lebih tenang.
19 Merasa terancam.
20 Bad mood.
21 Langganan razia polisi!
22 Bandel tapi penakut.
23 Perlakuan bodoh.
24 Tanggung jawab.
25 Privasi.
26 Deg-degan.
27 Makan malam atau kencan.
28 Perasaan Kiana.
29 Obrolan orang tua.
30 Demam.
31 Ajakan!
32 Berpikir.
33 Status yang lebih jelas.
34 Cream sup.
35 Mall.
36 The feeling.
37 Ask for a solution.
38 Akhir dari sebuah jawaban.
39 Menikah.
40 Memulai.
41 Malam Minggu.
42 I love you.
43 Sarapan.
44 Skandal.
45 Skors.
46 Bertarung dengan masa lalu.
47 Calon menantu idaman.
48 Khawatir.
49 Musyawarah.
50 Kompensasi.
51 Hal serius.
52 Perjalanan yang sangat panjang.
53 Broken hearted.
54 Pilihan.
55 Kehangatan keluarga.
56 Pamit.
57 Kiana & Eva.
58 Teh hangat di pagi hari.
59 Kebun teh.
60 Mencari pelaku.
61 Mobile Legen.
62 Chicken Cordon bleu.
63 Apartemen.
64 A girl.
65 Obrolan serius.
66 Sesuatu yang lebih berarti.
67 Give me one Kiss.
68 Mengantar sarapan.
69 It's my pleasure.
70 Kopi & coklat panas.
71 Pikun.
72 Pria dewasa.
73 Jasmine Kiana Danuarta.
74 Gym bersama.
75 Diamond.
76 Bayi Rubah.
77 Seperti dirimu.
78 Storry.
79 Mahar.
80 Menjadi egois.
81 Sabotase.
82 Engagement.
83 Sidang skripsi.
84 I miss you.
85 Segelas Wine.
86 Kecemburuan Kiana.
87 Bonsai.
88 Mencari tahu sesuatu.
89 Persetujuan.
90 Akad.
91 Bermalam.
92 Oversize.
93 Oversize part 2.
94 Morning first.
95 Sarapan bersama.
96 First drive in the morning.
97 Obrolan dua lelaki.
98 Hadiah.
99 Perubahan sikap.
100 Open minded.
101 Patah hati.
102 Investasi.
103 Kegiatan setelah menikah.
104 Antara jajan dan pengalihan.
105 Night routine.
106 Night routine part 2.
107 Sunda Bule.
108 Seperti Axel.
109 wedding gifts.
110 Perjalanan pulang.
111 Aktivitas baru.
112 Sarapan bersama & berkemas
113 Kevin?
114 Villa
115 Keadaan
116 Lime ocean
117 First Love
118 Permintaan kedua
119 Problem
120 Makan malam
121 Overthink
122 Potato Head Beach Club
123 List
124 Keluarga bahagia
125 Potato Head Beach party
126 Pulang dan sebuah kabar
127 Pria tulang lunak
128 Demam
129 Mie rebus
130 Breakfast
131 Rencana
132 Bersinar
133 Persepsi Kiana
134 Keberuntungan hidup
135 Tentang kita
136 Healing
137 Healing part 2
138 Flashback
139 Masa subur
140 Pancake
141 Kedatangan Axel
142 Tangerang-Pangalengan
143 01.00 Dini hari
144 Sepuluh derajat
145 Tidak enak badan
146 Hadiah Wisuda
147 Hari Wisuda
148 Axel birthday
149 Sebuah kisah
150 Kemarahan Danu
151 Kemarahan Danu part 2
152 Khawatir
153 Rasa kesal Jonathan
154 Tentang Kiana
155 G-town lantai 17 pintu Q001
156 Rasa kecewa dan rencana
157 Mulai menyadari
158 Bahu untuk bersandar
159 Dokumen pribadi
160 Pasang perangkap
161 Disappointed
162 Perjalanan awal
163 Perasaan luar biasa
164 Pertunjuk selanjutnya
165 Bertindak Hati-hati
166 Pembuktian
167 Rasa rindu
168 sadness
169 335 ayat (1) KUHAP
170 Obrolan bersama
171 Soekarno-Hatta
172 Mama dan Papa
173 Kembali
174 Trouble
175 Hasil USG
176 Perasaan orang tua
177 Bawaan Hamil
178 Bau bawang!!
179 Berendam & Sarapan roti bakar
180 Bodyguard seumur hidup
181 Suasana kebun teh
182 Syukur & resepsi pernikahan
183 Menjadi lebih manja
184 Trimester pertama
185 Berpura-pura?
186 Aib
187 Kesulitan di trimester pertama
188 present
189 Mual-mual
190 A little cake
191 Siraman
192 Persiapan acara
193 Sabilulungan
194 Perjalanan bisnis
195 Kiana dan Jovian
196 Direktur utama vs Markisa
197 Gender reveal
198 Berita sore
199 Antara rumah baru dan buah markisa
200 Rencana kunjungan kerja
201 Jovian dan dunianya
202 Rindu
203 Rencana pergi
204 Pulang
205 Bekal sebelum ke Belanda
206 Kebiasaan
207 Markisa di belakang rumah
208 Moody's
209 Drama sebelum tidur
210 Pizza di sore hari
211 Percakapan
212 Schiphol
213 Zeeburg
214 15°C
215 Cerita sebelum tidur
216 Sebuah Acara
217 The End (Bintang & Langit)
218 Bintang Hisya Alton
Episodes

Updated 218 Episodes

1
Kantor polisi.
2
Tawaran pekerjaan.
3
Si keras kepala.
4
No woman no cry.
5
Tugas pertama.
6
Anak keras kepala.
7
Rindu.
8
Manipulatif.
9
Licik.
10
Rubah cantik dan licik.
11
Bodyguard.
12
Gagal move on.
13
Mulai beraksi.
14
Drift girls.
15
Pilih-pilih.
16
Perjanjian.
17
Membiasakan diri.
18
Lebih tenang.
19
Merasa terancam.
20
Bad mood.
21
Langganan razia polisi!
22
Bandel tapi penakut.
23
Perlakuan bodoh.
24
Tanggung jawab.
25
Privasi.
26
Deg-degan.
27
Makan malam atau kencan.
28
Perasaan Kiana.
29
Obrolan orang tua.
30
Demam.
31
Ajakan!
32
Berpikir.
33
Status yang lebih jelas.
34
Cream sup.
35
Mall.
36
The feeling.
37
Ask for a solution.
38
Akhir dari sebuah jawaban.
39
Menikah.
40
Memulai.
41
Malam Minggu.
42
I love you.
43
Sarapan.
44
Skandal.
45
Skors.
46
Bertarung dengan masa lalu.
47
Calon menantu idaman.
48
Khawatir.
49
Musyawarah.
50
Kompensasi.
51
Hal serius.
52
Perjalanan yang sangat panjang.
53
Broken hearted.
54
Pilihan.
55
Kehangatan keluarga.
56
Pamit.
57
Kiana & Eva.
58
Teh hangat di pagi hari.
59
Kebun teh.
60
Mencari pelaku.
61
Mobile Legen.
62
Chicken Cordon bleu.
63
Apartemen.
64
A girl.
65
Obrolan serius.
66
Sesuatu yang lebih berarti.
67
Give me one Kiss.
68
Mengantar sarapan.
69
It's my pleasure.
70
Kopi & coklat panas.
71
Pikun.
72
Pria dewasa.
73
Jasmine Kiana Danuarta.
74
Gym bersama.
75
Diamond.
76
Bayi Rubah.
77
Seperti dirimu.
78
Storry.
79
Mahar.
80
Menjadi egois.
81
Sabotase.
82
Engagement.
83
Sidang skripsi.
84
I miss you.
85
Segelas Wine.
86
Kecemburuan Kiana.
87
Bonsai.
88
Mencari tahu sesuatu.
89
Persetujuan.
90
Akad.
91
Bermalam.
92
Oversize.
93
Oversize part 2.
94
Morning first.
95
Sarapan bersama.
96
First drive in the morning.
97
Obrolan dua lelaki.
98
Hadiah.
99
Perubahan sikap.
100
Open minded.
101
Patah hati.
102
Investasi.
103
Kegiatan setelah menikah.
104
Antara jajan dan pengalihan.
105
Night routine.
106
Night routine part 2.
107
Sunda Bule.
108
Seperti Axel.
109
wedding gifts.
110
Perjalanan pulang.
111
Aktivitas baru.
112
Sarapan bersama & berkemas
113
Kevin?
114
Villa
115
Keadaan
116
Lime ocean
117
First Love
118
Permintaan kedua
119
Problem
120
Makan malam
121
Overthink
122
Potato Head Beach Club
123
List
124
Keluarga bahagia
125
Potato Head Beach party
126
Pulang dan sebuah kabar
127
Pria tulang lunak
128
Demam
129
Mie rebus
130
Breakfast
131
Rencana
132
Bersinar
133
Persepsi Kiana
134
Keberuntungan hidup
135
Tentang kita
136
Healing
137
Healing part 2
138
Flashback
139
Masa subur
140
Pancake
141
Kedatangan Axel
142
Tangerang-Pangalengan
143
01.00 Dini hari
144
Sepuluh derajat
145
Tidak enak badan
146
Hadiah Wisuda
147
Hari Wisuda
148
Axel birthday
149
Sebuah kisah
150
Kemarahan Danu
151
Kemarahan Danu part 2
152
Khawatir
153
Rasa kesal Jonathan
154
Tentang Kiana
155
G-town lantai 17 pintu Q001
156
Rasa kecewa dan rencana
157
Mulai menyadari
158
Bahu untuk bersandar
159
Dokumen pribadi
160
Pasang perangkap
161
Disappointed
162
Perjalanan awal
163
Perasaan luar biasa
164
Pertunjuk selanjutnya
165
Bertindak Hati-hati
166
Pembuktian
167
Rasa rindu
168
sadness
169
335 ayat (1) KUHAP
170
Obrolan bersama
171
Soekarno-Hatta
172
Mama dan Papa
173
Kembali
174
Trouble
175
Hasil USG
176
Perasaan orang tua
177
Bawaan Hamil
178
Bau bawang!!
179
Berendam & Sarapan roti bakar
180
Bodyguard seumur hidup
181
Suasana kebun teh
182
Syukur & resepsi pernikahan
183
Menjadi lebih manja
184
Trimester pertama
185
Berpura-pura?
186
Aib
187
Kesulitan di trimester pertama
188
present
189
Mual-mual
190
A little cake
191
Siraman
192
Persiapan acara
193
Sabilulungan
194
Perjalanan bisnis
195
Kiana dan Jovian
196
Direktur utama vs Markisa
197
Gender reveal
198
Berita sore
199
Antara rumah baru dan buah markisa
200
Rencana kunjungan kerja
201
Jovian dan dunianya
202
Rindu
203
Rencana pergi
204
Pulang
205
Bekal sebelum ke Belanda
206
Kebiasaan
207
Markisa di belakang rumah
208
Moody's
209
Drama sebelum tidur
210
Pizza di sore hari
211
Percakapan
212
Schiphol
213
Zeeburg
214
15°C
215
Cerita sebelum tidur
216
Sebuah Acara
217
The End (Bintang & Langit)
218
Bintang Hisya Alton

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!